Apakah mereka bisa bersatu menegakkan ukhuwah Islamiyah ?
Mengapa diantara mereka saling mensesatka n atau saling mentahdzir ?
Apakah benar mereka mengikuti Rasulullah maupun Salafush Sholeh ?
Silahkan simak informasi seputar perselisih an diantara mereka
Contoh "perselisi han" di antara mereka yang kami kutip dari http:// semogakamis elamat.wor dpress.com /2011/11/ 07/ point-point -kesesatan -para-peny embah-thog ut-radio-r odja/
*****awal kutipan*** **
Komentar 01: Apakah para pencela itu ingin menghalang i umat ini dari manhaj Salafush Sholeh ? Siapakah anta wahai para pencela sunnah ? Apa yang telah kalian berikan kepada ummat Islam ? Semoga Allah menjaga radio rodja beserta orang-oran g yang berusaha mengajak ummat Islam kepada sunnah
Komentar 02 : Mereka memulyakan benda mati (maksudnya radio rodja) sangat berlebihan , salah satu bentuk perbuatan mendekati kekufuran.
*****akhir kutipan*** **
Apa yang dialami oleh mereka membuktika n bahwa apa yang mereka pahami adalah semata-mat a berdasarka n akal pikiran mereka sendiri sehingga saling bertentang an satu dengan yang lainnya
Andaikan apa yang dipahami oleh mereka bersumber dari lisannya ulama-ulam a yang sholeh yang tersambung kepada lisannya Sayyidina Muhammad Shallallah u alaihi wasallam pastilah tidak akan bertentang an karena apa yang disampaika n oleh Rasulullah adalah apa yang diwahyukan Nya dan seluruh yang berasal dari Allah Azza wa Jalla , pastilah tidak bertentang an
Al Qur’an adalah firmanNya yang disampaika n melalui malaikat Jibril.
As Sunnah adalah apa yang diwahyukan Nya.
Hadits Qudsi adalah firmanNya yang disampaika n dengan redaksi/ matan berasal dari Rasululah
Firman Allah Azza wa Jalla,
أَفَلاَ يَتَدَبَّر ُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللّهِ لَوَجَدُوا ْ فِيهِ اخْتِلاَفا ً كَثِيراً
“Maka apakah mereka tidak memperhati kan Al Qur’an ? Kalau kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentang an yang banyak di dalamnya.” (QS An Nisaa 4 : 82)
Sebagaiman a yang telah kami sampaikan dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/12/19/ ciri-ciri-m ereka/ dan http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/12/18/ ciri-ulama- berselisih / tentang ciri-ciri mereka, salah satunya adalah ada diantara mereka mengada-ad a atau membuat perkara baru (bid'ah) dalam perkara larangan maupun kewajiban berdasarka n akal pikiran mereka sendiri.
Mereka membuat-bu at larangan yang tidak pernah dilarang oleh Allah Azza wa Jalla maupun oleh RasulNya. Mereka membuat larangan berdasarka n kaidah yang tidak berdasarka n Al Qur’an dan As Sunnah yakni “LAU KAANA KHOIRON LASABAQUNA ILAIHI” (Seandainy a hal itu baik, tentu mereka, para sahabat akan mendahului kita dalam melakukann ya). Kesalahpah aman kaidah ini telah kami uraikan dalam tulisan pada
Padahal Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda "mereka mengerjaka n agama dengan pemahaman berdasarka n akal pikiran, padahal di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarka n akal pikiran, sesungguhn ya agama itu dari Tuhan, perintah-N ya dan larangan-N ya" (Hadits riwayat Ath-Thabar ani). Hadits selengkapn ya merupakan kenyataan yang kita alami pada zaman kini sebagai berikut
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhn ya di masa kemudian akan ada peperangan di antara orang-oran g yang beriman.” Seorang Sahabat bertanya: “Mengapa kita (orang-ora ng yang beriman) memerangi orang yang beriman, yang mereka itu sama berkata: ‘Kami telah beriman’.” Rasulullah Shallallah u alaihi wasallam bersabda: “Ya, karena mengada-ad akan di dalam agama (mengada-a da dalam perkara yang merupakan hak Allah ta’ala menetapkan nya yakni perkara kewajiban, larangan dan pengharama n) , apabila mereka mengerjaka n agama dengan pemahaman berdasarka n akal pikiran, padahal di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarka n akal pikiran, sesungguhn ya agama itu dari Tuhan, perintah-N ya dan larangan-N ya.” (Hadits riwayat Ath-Thabar ani)
Mereka "memerangi " orang beriman sebagaiman a yang dialami oleh mufti mesir Profesor Doktor Ali Jum`ah sebagaiman a yang terurai dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/10/30/ hukum-penut up-muka/
Contoh lain mereka "memerangi " orang beriman sebagaiman a yang terurai dalam tulisan pada http:// www.aswaja- nu.com/ 2010/01/ dialog-syai kh-al-syan qithi-vs-w ahhabi_20. html atau pada http:// www.faceboo k.com/ photo.php?f bid=220630 637981571& set=a.2206 3051131491 7.56251.10 0001039095 629
Selain perselisih an mereka dikarenaka n pemahaman mereka berdasarka n akal pikiran mereka sendiri atau pemahaman mereka mengikuti para ulama-ulam a yang bersandark an pada belajar sendiri (secara otodidak) melalui cara muthola’ah (menelaah kitab) dan memahaminy a dengan akal pikiran sendiri (pemahaman secara ilmiah) juga dikarenaka n mereka tidak menjalanka n tasawuf dalam Islam atau tidak memperjala nkan diri mereka kepada Allah Azza wa Jalla
Dalam suatu riwayat. ”Qoola a’liyy bin Abi Thalib: Qultu yaa Rosuulollo h ayyun thoriiqoti n aqrobu ilallohi? Faqoola Rasulluloh i: dzikrullah i”. artinya; “Ali Bin Abi Thalib berkata; “aku bertanya kepada Rasullulah , jalan/ metode(Thar iqot) apakah yang bisa mendekatka n diri kepada Allah? “Rasullula h menjawab; “dzikrulah .”
Dzikrullah yang memperjala nkan diri kita agar sampai (wushul) kepada Allah Azza wa Jalla atau jalan (tharikat) menedekatk an diri kita kepada Allah Azza wa Jalla. Jalan mengikuti jalan (tharikat) Rasulullah melalui maqam-maqa m hakikat hingga sampai (wushul) kepada Allah Azza wa Jalla atau mencapai muslim yang berma'rifa t, muslim yang ihsan atau muslim yang berakhlaku l karimah sebagaiman a tujuan Rasulullah diutus oleh Allah Azza wa Jalla
Rasulullah bersabda “Sesungguhn ya aku diutus (Allah) untuk menyempurn akan Akhlak.” (HR Ahmad).
Indikator telah bertauhid, beri'tiqod , berakidah, beragama yang baik dan benar adalah berakhlaku l karimah
Urutannya adalah Ilmu -> Amal -> Akhlak
Amal berdasarka n ilmu berdasarka n Al-Quran dan As Sunnah
Amal yang sering diperbuat akan membentuk akhlak yang baik, maka jadilah mereka ulama yang berakhlak baik, ulama sholeh atau alim ulama. Ulama sholeh semakin berilmu dan beramal maka mereka semakin merunduk (tawadu) bagaikan padi yang berisi.
Hal itu sesuai urutannya dengan
Muslim -> Mukmin -> Muhsin
Muslim adalah minimal manusia yang telah bersyahada t
Muslim yang menjalanka n amal ketaatan atau perkara syariat (syarat hamba Allah) atau “bukti cinta” adalah disebut orang beriman (mukmin)
Firman Allah ta’ala yang artinya
“Katakanlah : “Jika kamu (benar-ben ar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosam u.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ali Imron [3]:31 )
“Katakanlah : “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhn ya Allah tidak menyukai orang-oran g kafir” (QS Ali Imron [3]:32 )
“dan ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-oran g yang beriman.” (QS Al Anfaal [8]:1 )
Muslim yang menjalanka n amal ketaatan atau muslim yang beriman (mukmin) dan menjalanka n amal kebaikan atau mereka yang mengungkap kan cintanya kepada Allah Allah Azza wa Jalla dan RasulNya adalah disebut muhsin / muhsinin, muslim yang ihsan atau muslim yang baik atau sholihin.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Inilah ayat-ayat Al Qura’an yang mengandung hikmah, menjadi petunjuk dan rahmat bagi muhsinin (orang-ora ng yang berbuat kebaikan), (yaitu) orang-oran g yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat. Mereka itulah orang-oran g yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-oran g yang beruntung” (QS Lukman [31]:2-5)
Ada dua kondisi yang dicapai oleh muslim yang ihsan atau muslim yang telah berma’rifa t.
Kondisi minimal adalah mereka yang selalu merasa diawasi oleh Allah Azza wa Jalla.
Kondiri terbaik adalah mereka yang dapat melihat Allah Azza wa Jalla dengan hati (ain bashiroh)
Apakah Ihsan ?
قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْإِحْسَا نُ قَالَ أَنْ تَخْشَى اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنَّكَ إِنْ لَا تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Lalu dia bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah , apakah ihsan itu? ‘ Beliau menjawab, ‘Kamu takut (takhsya / khasyyah) kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Ny a, maka jika kamu tidak melihat-Ny a maka sesungguhn ya Dia melihatmu. ’ (HR Muslim 11) Link: http:// www.indoqur an.com/ index.php?s urano=2&ay atno=3&act ion=displa y&option=c om_muslim
Rasulullah bersabda “Iman paling afdol ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaim u dimanapun kamu berada“. (HR. Ath Thobari)
Imam Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bernama Zi’lib Al-Yamani,
“Apakah Anda pernah melihat Tuhan?”
Beliau menjawab, “Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?”
“Bagaimana Anda melihat-Ny a?” tanyanya kembali.
Sayyidina Ali ra menjawab “Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati”
Sebuah riwayat dari Ja’far bin Muhammad beliau ditanya: “Apakah engkau melihat Tuhanmu ketika engkau menyembah- Nya?” Beliau menjawab: “Saya telah melihat Tuhan, baru saya sembah”. Bagaimana anda melihat-Ny a? dia menjawab: “Tidak dilihat dengan mata yang memandang, tapi dilihat dengan hati yang penuh Iman.”
Muslim yang telah mencapai Ihsan atau muslim yang telah berma’rifa t, minimal mereka yang selalu merasa diawasi oleh Allah Azza wa Jalla atau yang terbaik mereka yang dapat melihat Allah dengan hati maka mereka mencegah dirinya dari melakukan sesuatu yang dibenciNya , menghindar i perbuatan maksiat, menghindar i perbuatan keji dan mungkar hingga terbentukl ah muslim yang berakhlaku l karimah sesuai dengan tujuan Rasulullah shallallah u alaihi wasallam diutus oleh Allah Azza wa Jalla
Rasulullah menyampaik an yang maknanya “Sesungguh nya aku diutus (Allah) untuk menyempurn akan Akhlak.” (HR Ahmad).
Tentang Ihsan dikupas dan dijabarkan oleh tasawuf dalam Islam
Tasawuf dalam Islam adalah jalan (thariqat) untuk mencapai muslim yang Ihsan atau muslim yang berma'rifa t
Tasawuf hanyalah sebuah istilah. Memang istilah ini ditemukan dalam keyakinan kaum non muslim dan semua sepakat bahwa tasawuf adalah istilah untuk cara/ jalan mengenal atau mendekatka n diri kepada Tuhan. Tasawuf dalam Islam adalah thariqat (jalan) untuk mencapai muslim yang Ihsan atau muslim yang berakhlaku l karimah. Sejak dahulu kala di perguruan tinggi Islam, tasawuf adalah pendidikan akhlak.
Ahmad Shodiq, MA-Dosen Akhlak & Tasawuf, UIN Syarif Hidayatull ah Jakarta, menceritak an kisah sedih pendidikan akhlak dalam sistem pendidikan . Ia merupakan dilema, antara jauhnya standar akhlak menurut kualitas hidup sufi, dengan angkuhnya sistem pendidikan . Dilema sistemik ini dipersedih oleh fakta bahwa para gurupun ternyata jauh dari standar akhlak, dalam sebuah ruang kelas, dimana para murid hanya mencari coretan nilai, atau sebatas titik absensi. Selengkapn ya dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2010/06/07/ pendidikan- akhlak/
Rasulullah bersabda kepada Mu’adz bin Jabal ra, “Ya Mu`adz bin Jabal ma min ahadin Yashaduan la illaha illallahu washadu anna muhammadan rasullulla hi sidqan min qalbihi illa ahrramahu allahu alla annari “,
“Ya Mu’adz bin Jabal, tak ada satu orang pun yang bersaksi bahwa sesungguhn ya tiada tuhan selain Allah dan Muhammad rasul Allah yang ucapan itu betul-betu l keluar dari kalbunya yang suci kecuali Allah mengharamk an orang tersebut masuk neraka.” (H.R. Bukhari dan Muslim
Jika seseorang bersyahada t sidqan min qalbihi, betul-betu l keluar dari qalbunya atau merasuk kedalam qalbunya maka dia akan tidak masuk ke neraka karena “hati” nya akan menggerakk annya untuk mentaati Allah ta’ala dan RasulNya, melaksanak an perkara syariat (syarat sebagai hamba Allah) yakni menjalanka n segala kewajibanN ya (ditinggal kan berdosa), menjauhi segala laranganNy a (dikerjaka n berdosa) dan menjauhi segala apa yang diharamkan Nya (dikerjaka n berdosa) serta mereka memperjala nkan dirinya agar sampai (wushul) kepada Allah ta’ala, sehingga sebenar-be narnya menyaksika n (melihat) Allah dengan hati dan mereka mencapai muslim yang Ihsan, muslim berma’rifa t.
Imam Al Qusyairi mengatakan bahwa, “Asy-Syahid untuk menunjukka n sesuatu yang hadir dalam hati, yaitu sesuatu yang membuatnya selalu sadar dan ingat, sehingga seakan-aka n pemilik hati tersebut senantiasa melihat dan menyaksika n-Nya, sekalipun Dia tidak tampak. Setiap apa yang membuat ingatannya menguasai hati seseorang maka dia adalah seorang syahid (penyaksi)”.
Syaikh Ibnu Athoillah mengatakan , “Sesungguhn ya yang terhalang adalah anda, hai kawan. Karena anda sebagai manusia menyandang sifat jasad, sehingga terhalang untuk dapat melihat Allah. Apabila anda ingin sampai melihat Allah, maka intropeksi ke dalam, lihatlah dahulu noda dan dosa yang terdapat pada diri anda, serta bangkitlah untuk mengobati dan memperbaik inya, karena itu-lah sebagai penghalang anda. Mengobatin ya dengan bertaubat dari dosa serta memperbaik inya dengan tidak berbuat dosa dan giat melakukan kebaikan“.
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilany menyampaik an, "mereka yang sadar diri senantiasa memandang Allah Azza wa Jalla dengan qalbunya, ketika terpadu jadilah keteguhan yang satu yang mengugurka n hijab-hija b antara diri mereka dengan DiriNya.
Semua banungan runtuh tinggal maknanya. Seluruh sendi-send i putus dan segala milik menjadi lepas, tak ada yang tersisa selain Allah Azza wa Jalla. Tak ada ucapan dan gerak bagi mereka, tak ada kesenangan bagi mereka hingga semua itu jadi benar. Jika sudah benar sempurnala h semua perkara baginya. Pertama yang mereka keluarkan adalah segala perbudakan duniawi kemudian mereka keluarkan segala hal selain Allah Azza wa Jalla secara total dan senantiasa terus demikian dalam menjalani ujian di RumahNya".
Nasehat Syaikh Ibnu Athoillah, “Seandainya Anda tidak dapat sampai / berjumpa kehadhirat Allah, sebelum Anda menghapusk an dosa-dosa kejahatan dan noda-noda keangkuhan yang melekat pada diri anda, tentulah anda tidak mungkin sampai kepada-Nya selamanya. Tetapi apabila Allah menghendak i agar anda dapat berjumpa denganNya , maka Allah akan menutupi sifat-sifa tmu dengan sifat-sifa t Kemahasuci an-Nya , kekurangan mu dengan Kemahasemp urnaan-Nya .
Allah Ta’ala menerima engkau dengan apa yang Dia (Allah) karuniakan kepadamu, bukan karena amal perbuatanm u sendiri yang engkau hadapkan kepada-Nya.”
Munajat Syaikh Ibnu Athoillah, “Ya Tuhan, yang berada di balik tirai kemuliaanN ya, sehingga tidak dapat dicapai oleh pandangan mata. Ya Tuhan, yang telah menjelma dalam kesempurna an, keindahan dan keagunganN ya, sehingga nyatalah bukti kebesaranN ya dalam hati dan perasaan. Ya Tuhan, bagaimana Engkau tersembuny i padahal Engkaulah Dzat Yang Zhahir, dan bagaimana Engkau akan Gaib, padahal Engkaulah Pengawas yang tetap hadir. Dialah Allah yang memberikan petunjuk dan kepadaNya kami mohon pertolonga n“
Mereka yang memperjala nkan diri kepada Allah Azza wa Jlla adalah mereka yang membersihk an hati (tazkiyatu n nafs) yang berarti mengosongk an dari sifat sifat yang tercela (takhalli) kemudian mengisinya dengan sifat sifat yang terpuji (tahalli) yang selanjutny a beroleh kenyataan Tuhan (tajjalli) atau mencapai muslim yang berma’rifa t atau melihat Rabb dengan hatinya.
Manusia terhalang atau menghijabi dirinya sehingga tidak dapat melihat Rabb dengan hatinya adalah karena dosa mereka. Setiap dosa merupakan bintik hitam hati (ketiadaan cahaya), sedangkan setiap kebaikan adalah bintik cahaya pada hati Ketika bintik hitam memenuhi hati sehingga terhalang (terhijab) dari melihat Allah. Inilah yang dinamakan buta mata hati.
Sebagaiman a firman Allah ta’ala yang artinya,
“Dan barangsiap a yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” (QS Al Isra 17 : 72)
“maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhn ya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (al Hajj 22 : 46)
Ingin bertasawuf silahkan baca tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/02/21/ tips-bertas awuf/
Namun hal yang harus diingat, sebelum bertasawuf penuhi dahulu perkara syariat, syarat sebagai hamba Allah yakni menjalanka n segala kewajibanN ya (ditinggal kan berdosa), menjauhi laranganNy a (dikerjaka n berdosa) dan menjauhi apa yang telah diharamkan Nya (dikerjaka n berdosa)
Apakah amalan atau praktek dasar tasawuf dalam Islam ?
Untuk mencapai kondisi minimal muslim yang Ihsan , yakni selalu merasa diawasi/ dilihat oleh Allah Azza wa Jalla. Dia yang tidak tidur , tiga diantara amal-amal yang harus dilaksanak an adalah
1. Setiap kita akan bersikap atau melakukan perbuatan, yakinlah bahwa Allah ta'ala melihat kita dan Dia tidak tidur maka kita akan bersikap dan melakukan perbuatan yang dicintaiNy a
2. Setiap kita mendapatka n permasalah an/ cobaan , segera ingat bahwa permasalahan/ cobaan tersebut dalam pengaturan Allah Azza wa Jalla maka kita menghadapi permasalah an/ cobaan tersebut dengan sikap dan perbuatan yang dicintaiNya
3. Setiap kita mendapatka n kenikmatan , segera ingat bahwa kenikmatan tersebut berasal dariNya sehingga kita melakukan perbuatan yang dicintaiNy a yakni segera bersyukur kepadaNya
Sikap dan perbuatan yang dicintaiNy a adalah yang tidak bertentang an dengan Al Qur'an dan As Sunnah. Cara mudah untuk mengetahui sikap dan perbuatan yang dicintaiNy a dengan memperguna kan akal qalbu (hati) karena hati tidak pernah berdusta.
Firman Allah ta’ala yang artinya, ‘Fu’aad (hati) tidak pernah mendustai apa-apa yang dilihatnya’ (QS An Najm [53]:11).
Wabishah bin Ma’bad r.a. berkata: Saya datang kepada Rasulullah shallallah u alaihi wasallam, beliau bersabda, “Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebaikan?” Saya menjawab, “Benar.”Be liau bersabda, “Mintalah fatwa kepada hatimu sendiri. Kebaikan adalah apa-apa yang menenteram kan jiwa dan hati, sedangkan dosa adalah apa-apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati, meskipun orang-oran g memberi fatwa yang membenarka nmu.” hadits diriwayatk an oleh Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Ad-Darami dengan sanad hasan
Nawas bin Sam’an r.a. meriwayatk an dari Nabi Saw., beliau bersabda, “Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah segala hal yang mengusik jiwamu dan engkau tidak suka jika orang lain melihatnya . “(Diriwaya tkan oleh Imam Muslim).
Setiap jiwa atau akal qalbu (hati) manusia telah diilhamkan pilihan baik dan buruk, haq dan bathil.
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya
“Dan Kami telah menunjukka n kepadanya dua jalan” (pilihan haq atau bathil) (QS Al Balad [90]:10 )
“maka Allah mengilhamk an kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaann ya“. (QS As Syams [91]:8 )
Ketidakmam puan manusia menggunaka n akal qalbu (hati) atau ketidakmam puan manusia menggunaka n ilham yang telah dihujamkan kedalam hati mereka dikarenaka n keadaan hati mereka. Semakin mereka berlumur dosa maka ketiadaan cahayaNya pada hati mereka , menuju kegelapan , kehinaan sehingga mereka buta hatinya
Firman Allah ta’ala yang artinya,
“Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaa n-perumpam aan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS An Nuur [24]:35)
“Barangsiap a yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun”. (QS An Nuur [24]:40 )
“Maka apakah orang-oran g yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya) ? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS Az Zumar [39]:22)
Manusia sebagai makhluk yang mulia dengan dikaruniak an akal (qalbu) dan akan mendapatka n kemuliaan (An Nuur) atau “naik” jika manusia memperguna kan akal (qalbu) di jalan Allah ta’ala dan RasulNya atau memperguna kan akal (qalbu) untuk mengikuti cahayaNya atau petunjukNy a dan sebaliknya akan mendapatka n kehinaan (An Naar) atau “jatuh” jika manusia tidak memperguna kan akalnya atau memperturu tkan hawa nafsu.
Firman Allah ta’ala yang artinya
“…Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatka n kamu dari jalan Allah..” (QS Shaad [38]:26 )
“Katakanlah : “Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatla h aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-oran g yang mendapat petunjuk” (QS An’Aam [6]:56 )
Mengikuti atau memperturu tkan hawa nafsu = tidak mengikuti petunjukNy a atau tersesat dari jalan Allah, menuju kegelapan atau ketiadaan cahayaNya
Manusia yang mendapat kemuliaan atau yang kembali ke sisi Allah yang Maha Mulia adalah Mereka yang mengikuti cahayaNya atau petunjukNy a yakni mereka yang memperguna kan akal (qalbu) di jalan Allah dan RasulNya atau dengan kata lain adalah manusia yang bertaqwa.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Sesungguhn ya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu” (Al-Hujura at [49]: 13 )
Indikator manusia bertaqwa adalah berakhlaku l karimah
Mereka yang mulia dan di sisi Allah Azza wa Jalla, mereka yang istiqomah di jalan yang lurus, mereka yang telah diberi ni’mat , mereka hanyalah terdiri dari 4 golongan manusia yakni para Nabi (yang utama adalah Rasulullah ), para Shiddiqin, para Syuhada dan orang-oran g sholeh.
Firman Allah ta’ala yang artinya
“Tunjukilah kami jalan yang lurus” (QS Al Fatihah [1]:6 )
” (yaitu) Jalan orang-oran g yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka….” (QS Al Fatihah [1]:7 )
“Dan barangsiap a yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya) , mereka itu akan bersama-sa ma dengan orang-oran g yang dianugerah i ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqii n, orang-oran g yang mati syahid, dan orang-oran g saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-bai knya .” (QS An Nisaa [4]: 69 )
Ketiga contoh amalan dasar tasawuf dalam Islam di atas termasuk dzikrullah sebagaiman a Ulil Albab sebagaiman a firman Allah Azza wa Jalla yang artinya, “(yaitu) orang-oran g yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptaka n ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharala h kami dari siksa neraka” (Ali Imran [3] : 191)
Ulil Albab adalah yang dapat membaca ayat-ayatN ya sebagaiman a yang telah kami sampaikan dalam tulisan sebelumnya pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/12/20/ bacalah-aya t-ayatnya/
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830