PERTANYAAN
:
Apa hukumnya ngasih organ
kita tux orang lain? Conto Kita berwasiat, Ntar kalau aku meninggal, Kornea
mataku dermakan ke si fulan, biar si fulan bisa melihat lagi, atau Dermakan
jantung, hati, ginjal untuk orang lain, biar bisa difungsikan orang yang lagi
menderita sakit jantung, hati, ginjal. kalau mreka muslim kan mreka bisa
beribadah gunakan organ kita tc? *.* kalau derma ke orang kafir, boleh ga ya?
Manalah tahu masuk islam *.* [Nur
Hafizah].
JAWABAN
:
Wa'alaikumsalam. Hukum
wasiat tersebut tidak sah / batal, karena tidak memenuhi syarat wasiat yang
antara mutlaq almilki, karena menurut syara' organ mayit itu hak Alloh bukan
milik seseorang,adapun pencangkokan organ tubuh manusia ada yang membolehkan
dengan syarat :
- karena diperlukan, dengan
ketentuan tertib pengamanan
- tidak ditemukan selain
organ tubuh manusia itu
Lihat di Nihayah al-zain
:
WASYURITO
FIL MUSI BIHI KAONUHU MUBAHAN YAQBALUNAKLA MIN SYAHSIN ILA AKHORO FATASIHHU
BIHAMLIN MAOJUDIN ININPASOLA HAYYAN AO MAYYITAN MADMUNAN BI AN KANA WALADA
AMATIN WAJUNIYA A'LAIHI BIKHILAFI WALADILBAHIMATI ININPASOLA MAYYITAN
BIJANAYATIN FAINNAL WASIYYATA TABTULU WAMA YUGRIMUHUL JAANI HIINAIDZIN MIMMA
NAKOSO MIN KIMATIN UMMIHI YAKUNU LILWARISI.
Permasalahan CANGKOK MATA :
Bagaimana hukumnya cangkok mata? Transplantasi kornea atau cangkok mata ialah
mengganti selaput mata seseorang dengan selaput mata orang lain, atau kalau
mungkin dengan selaput mata binatang. Jadi yang diganti hanya selaputnya saja
bukan bola mata seluruhnya. Adapun untuk mendapatkan kornea / selaput mata ialah
dengan cara mengambil bola mata seluruhnya dari orang yang sudah mati. Bola mata
itu kemudian dirawat baik-baik dan mempunyai kekuatan paling lama 72 jam (tiga
hari tiga malam). Sangat tipis sekali dapat dihasilkan cangkok kornea dari
binatang.
JAWABAN : Hukumnya ada dua
pendapat :
Haram, walaupun mayat itu tidak
terhormat seperti mayitnya orang murtad. Demikian pula haram menyambung anggota
manusia dengan anggota manusia lain, bahaya buta itu tidak sampai melebihi
bahayanya merusak kehormatan mayit. Dasar Pengambilan Dalil :
1. Hasiah Ar-Rosidi ‘ala
ibni ‘imad, hal, 26 dalam Ahkamul Fuqoha, III: 58 :
مسألة:
ماقولكم فى إفتاء مفتى ديار المصرية بجواز أخد حداقة الميت لوصلها إلى عين الأعمى.
هل هو صحيح أولا ؟ قرر المؤتمر بأن ذلك الإفتاء غير صحيح ، بل يحرم أخد حداقة الميت
ولو غير محترم كمرتد وحربى. ويحرم وصله بأجزاء الآدمى لأن ضرر العمى لايزيد على
مفسدة إنتهاك حرمات الميت كما فى حاشية الرشيدى على ابن العماد. صحيفة 26 وعبارته:
أماالآدمى فوجوده حنئيد كالعدم كما قال الحلبى على المنهج، ولوغير محترم كمرتد
وحربى فيحرم الوصل به ويجب نزعه. انتهى. ولقول صلى الله عليه وسلم: كسر عظم الميت
ككسره حيا ( رواه أحمد فى المسند وأبو داود وابن ماجه) وعن عائشة "كسر عظم الميت
ككسر عظم الحى فى الإثم (رواه ابن ماجه عن أم سلمة) حديث حسن.
Boleh, disamakan dengan
diperbolehkannya menambal dengan tulang manusia, asalkan memenuhi 4 syarat:
1. Karena
dibutuhkan
2. Tidak ditemukan selain
dari anggota tubuh manusia
3. Mata yang diambil harus
dari mayit muhaddaroddam (halal darahnya)
4. Antara yang diambil dan
yang menerima harus ada persamaan agama
Dasar Pengambilan Dalil :
1. Fathul Jawad 26 :
وبقى
مالم يوجد صالح غيره فيحتمل جواز الجبر بعظم الآدمى الميت كمايجوز للمضطر أكل الميت
وإن لم يخش إلا مبيح التيمم. وجزم المدابغى بالجواز، حيث قال: فان لم يصلح إلاعظم
الآدمى قدم نحو الحربى كالمرتد ثم الذمى ثم المسلم.
Dan masih ada, bila sudah
tidak dijumpai yang baik boleh menambali (cangkok) dengan tulang orang yang
sudah mati. Seperti halnya boleh memakan bangkai orang yang sudah mati meski
tidak khawatir sampai batas diperbolehkannya tayamum. Dan Imam Al-Madabighi
yakin dengan hukum boleh, dia menyatakan jika tidak ada yang bagus (untuk
menambal) kecuali tulang orang, maka dahulukanlah orang kafir harbi, orang
murtad, lalu kafir dzimy, kemudian orang islam.
2. Al-mahali :
وله
أى للمضطر أكل أدمى ميت لأن حرمة الحى أعظم من حرمة الميت
Jika terpaksa dan yang
ditemukan hanya bangkai orang mati, maka boleh memakannya, karena kehormatan
orang yang masih hidup masih dikuatkan dari pada kehormatan orang yang sudah
mati.
3. Bujairomi iqna IV/272 :
والأوجه
كماهو ظاهر كلامهم عدم النظر إلى أفضلية الميت مع إتحادهما إسلاما وعصمة.
Menurut yang aujah, seperti
penjelasan ahli fiqih tidak memandang pada istemewanya seorang mayit jika
sama-sama islam dan terjaga.
4. Mughni Muhtaj IV/307 :
(
وَلَهُ ) أَيْ الْمُضْطَرِّ ( أَكْلُ آدَمِيٍّ مَيِّتٍ ) إذَا لَمْ يَجِدْ مَيْتَةً
غَيْرَهُ كَمَا قَيَّدَاهُ فِي الشَّرْحِ وَالرَّوْضَةِ ؛ لِأَنَّ حُرْمَةَ
الْحَيِّ أَعْظَمُ مِنْ حُرْمَةِ الْمَيِّتِ.
Boleh bagi orang yang
terpaksa makan bangkai orang ketika tidak di temukan lainnya, seperti alasan
dalam kitab syarah dan kitab raudloh, karena kehormatan orang hidup lebih
diutamakan dari pada orang mati.
5. Al-Muhadzab, I: 251
وان
اضطر ووجد آدميا ميتا جاز أكله لان حرمة الحى آكد من حرمة الميت.
Jika terpaksa dan yang di
temukan hanya bangkai orang mati maka boleh memakannya, karena kehormatan orang
yang masih hidup lebih di kuatkan dari pada orang yang sudah mati.
6. Al-qolyubi, I: 182
(
وَلَوْ وَصَلَ عَظْمَهُ ) لِانْكِسَارِهِ وَاحْتِيَاجِهِ إلَى الْوَصْلِ ( بِنَجَسٍ
) مِنْ الْعَظْمِ ( لِفَقْدِ الطَّاهِرِ ) الصَّالِحِ لِلْوَصْلِ ( فَمَعْذُورٌ )
فِي ذَلِكَ
Jika menyambung tulangnya
karena pecah dan ia memerlukan sembungan dengan tulang najis karena daftar
orang-orang yang menyatakan dirinya rela diambil bola mata nya sesudah mati
untuk kepentingan manusia.
7. Bujairimi ala- alwahab I/239
Wallohu a'lam.
[Dewi
Rosita, Masaji Antoro].
Sumber :
http://infopesantren.web.id/ppssnh.malang/cgi-bin/content.cgi/masail/wilayah/nganjuk_1981/02.single