PERTANYAAN :
Assalamualaikum. Tolong pencerahannya, bagaimana bila seseorang membunuh dengan santet, dan juga membuat orang lain menderita kepanjangan, hingga berobat kesana dan kemari tak kunjung sembuh, hingga buat susah untuk ibadah. Wallahu a'alam. Pertanyaannya :
1. Sanksi apa untuk orang yang melakukan perbuatan keji itu?
2. Dan apakah cukup ia bertobat dan tidak meminta maaf kepada yang disakitinya, atau tidak membayar denda akibat menghilangkan nyawa manusia? Monggo derek dijawab karena ini sering dialami oleh saudara-saudara kita. [Abi Tetaplah Saepudin]
JAWABAN :
Wa’alaikumus salam. Masalah sihir itu masalah yang samar baik dari sisi si penyihir maupun yang disihir, jadi sulit sekali mendapat pengakuan dari si penyihir maupun mendapat bukti dari orang yang disihir. Jika ada seorang tersangka sebagai penyihir, maka ditanyai dahulu : " apakah kau penyihir atau tidak ? "
- Jika ia mengingkarinya atau mengakuinya namun tidak mengaku telah menyihirnya, maka yang di pakai adalah ucapan dia tersebut beserta sumpahnya dan dia tidak terkena hukuman apa-apa.
- Jika ia mengaku telah menyihirnya, maka ditanyai dulu tentang sihirnya, karena akibat sihir itu berbeda-beda :
1. jika ia menjawab : "saya sengaja menyihirnya dan sihirku biasanya membunuh walaupun terkadang tidak sampai mati ", maka ini termasuk kasus pembunuhan murni dan dia wajib di qowad/hukum bunuh.
2. jika ia menjawab : "sihirku biasanya tidak sampai membunuh walaupun terkadang sampai membunuh dan dia meninggal sebab sihirku". Maka ini termasuk kasus pembunuhan sengaja yang mirip salah bunuh, maka dia wajib bayar diyat yang di beratkan, bukan qowad.
3. Jika ia menjawab : "sihirku hanya sampai menjadikan sakit saja, tidak sampai membunuh, sihirku telah membuatnya sakit dan dia mati sebab selain sihirku ". Maka dalam kasus ini dilihat dulu keadaan orang yang terkena sihir;
- jika sakit terus menerus mulai dari awal waktu tersihir sampai meninggal dunia, maka yang jelas kematiannya sebab sakit terkena sihir, jadi yang dipakai pegangan adalah ucapan walinya orang yang tersihir beserta sumpahnya.
- jika sakitnya telah sembuh kemudian ada penyakit lain yang masuk, maka yang jelas kematiannya sebab hal baru selain sihirnya, jadi si penyihir harus di sumpah bahwa orang yang tersihir telah meninggal tapi bukan karena sihirnya.
4. Jika ia menjawab : "sihirku terkadang membuat sakit dan terkadang tidak membuat sakit, dan sihirku tidak membuat dia sakit ". Maka dalam kasus ini yang menjadi pegangan adalah ucapannya si penyihir beserta sumpahnya, dan dia tidak berkewajiban bayar apa apa, namun di ta'zir sebagai adab dan pencegah dan di suruh bertaubat. Wallohu a'lam. [Mujawib : Ust.Nur Hamzah] @santrialit
Referensi:
- Al Hawi Kabir (13/97-98) :
مسألة : قال الشافعي رحمه الله تعالى : وإذا سحر رجلا فمات ، سئل عن سحره : فإن قال : أنا أعمل هذا لأقتل فأخطئ القتل وأصيب وقد مات من عملي ، ففيه الدية ، وإن قال : مرض منه ولم يمت . أقسم أولياؤه لمات من ذلك العمل ، وكانت الدية ، وإن قال : عملي يقتل المعمول به ، وقد عمدت قتله به ، قتل به قودا " .
قال الماوردي : وأما السحر : فهو ما يخفى فعله من الساحر ، ويخفى فعله في المسحور ، فلا يمكن أن يوصف في الدعوى على الساحر ، ولا تقوم به بينة في المسحور . فإذا ادعى رجل على ساحر أنه سحر وليا له ، فقتله بسحره لم يستوصف عن السحر لخفائه عليه ، ولا يكلف البينة لامتناعها ، فإذا امتنعا رجع إلى سؤال الساحر هل سحر أو لم يسحر ؟ فإن أنكر أن يكون ساحرا ، أو اعترف بالسحر ، وأنكر أن يكون قد سحره ، فالقول قوله مع يمينه ولا شيء عليه . وإن اعترف أنه سحره سئل عن سحره ؛ لأن آثار السحر مختلفة وليس يمكن العمل فيها إلا على قول الساحر ، ولا يخلو حال بيانه من أربعة أقسام :
أحدها : أن يقول : عمدت سحره ، وسحري يقتل في الأغلب ، وإن جاز أن لا يقتل . فهذا قاتل عمد محض وعليه القود .
وقال أبو حنيفة : لا قود عليه بناء على أصله في أن لا قود إلا بالمحدد ، ودليلنا : أنه قتله بما يقتل مثله في الأغلب ، فوجب أن يستحق في عمده القود كالمحدد .
والقسم الثاني : أن يقول : سحري لا يقتل في الأغلب ، وإن جاز أن يقتل ، وقد مات من سحري . فهذا قاتل عمد شبه الخطأ ، عليه الدية مغلظة دون القود .
وقال أبو حنيفة : لا دية عليه ، احتجاجا بأن القتل إنما يضمن بالمباشرة ، أو بالأسباب الحادثة عن المباشرة . وليس في السحر واحد منها ، فلم توجب ضمان النفس كالشتم والبهت .
ودليلنا : هو أن القتل حدث عن سبب قاتل ، فجاز أن يتعلق به ضمان النفس كالسم وحفر البئر ، ولأنه ليس يمتنع أن ينفصل من السحر ما يتصل بالمسحور ، كما ينفصل من المتثاوب ما يتصل بالمقابل له فيثاوب ، وكما ينفصل من نظر الذي يعين ما استحسن فيتصل بالمعين والمستحسن ، وقد روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال : العين حق كما أنا حق وفي هذا الدليل انفصال .
والقسم الثالث : أن يقول : سحري يمرض ولا يقتل ، وقد أمرضه سحري ومات بغيره . فهذا يعتبر فيه حال المسحور ، فإن لم يزل ضمنا مريضا من وقت السحر إلى وقت الموت ، فالظاهر منه حدوث موته من مرض سحره ، فيكون القول قول ولي المسحور مع يمينه . وإن كان قد انقطع عنه المرض وصار داخلا خارجا ، فالظاهر من موته أنه بسبب حادث غير سحره ، فيحلف الساحر لقد مات من غير سحره ، كالجراحة إذا حدث بعدها موت المجروح ، واختلف الولي والجارح ، فإن لم يندمل الجرح وكان على ألمه فالقول قول الولي مع يمينه ، وإن اندمل وزال الألم ، فالقول قول الجارح مع يمينه .
والقسم الرابع : أن يقول : سحري قد يمرض ولا يمرض ، وما أمرضه سحري . فالقول قوله مع يمينه ولا شيء عليه ، ويعزر أدبا وزجرا ، ويستتاب ، فإن لم يتب عزر إذا سحر ولا يعزر بعد امتناعه من التوبة ، إذا لم يسحر . وبالله التوفيق .
# Rabbi zidna 'ilman nafi'a #