PERTANYAAN
:
Assalamu 'alaikum Wr Wb.
Para asatidz yang kami hormati, di dalam khutbah jum'at bulan jumadil tsani ada
lafadz :
"يوم
يقتص للشاة الجماء من اختها" .
Mohon pencerahan dari arti
lafadz tersebut secara detail. Terimakasih. [نورفوق نور].
JAWABAN
:
Wa 'alaikum salam Wr Wb.
Bahwa pengadilan Allah kelak adalah pengadilan yang maha adil, sehingga hak-hak
makhluk satu pada yang lainnya akan Allah selesaikan dengan sangat adil,
sehingga kezholiman yang terjadi di antara hewan sekalipun, walaupun akhirnya
Allah pada akhirnya mengembalikan hewan binatang menjadi tanah.
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لَتُؤَدُّنَّ
الْحُقُوقَ إِلَى أَهْلِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُقَادَ لِلشَّاةِ
الْجَلْحَاءِ مِنَ الشَّاةِ الْقَرْنَاءِ ».
Artinya: “Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Sungguh kamu benar-benar menunaikan hak-hak kepada yang memilikinya pada hari
kiamat sehingga diadili kambing yang tidak mempunyai tanduk dari yang mempunyai
tanduk.”
- Dalam musnad Imam Ahmad
:
حدثنا
ابن أبي عدي، عن شعبة، عن العلاء، ومحمد بن جعفر، قال حدثنا شعبة، قال سمعت العلاء،
يحدث عن أبيه، عن أبي هريرة، قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لتؤدن الحقوق
إلى أهلها يوم القيامة حتى يقتص للشاة الجماء من الشاة القرناء تنطحها وقال ابن
جعفر يعني في حديثه يقاد للشاة الجلحاء.
- Tafsir Ibnu Katsir
:
وقال
ابن كثير عند تفسير قوله تعالى: وَيَقُولُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنْتُ
تُرَاباً [النبأ: من الآية40].
وقيل:
إنما يود ذلك حين يحكم الله بين الحيوانات التي كانت في الدنيا فيفصل بينها بحكمه
العدل الذي لا يجور، حتى إنه ليقتص للشاة الجماء من القرناء، فإذا فرغ من الحكم
بينها قال لها: كوني تراباً فتصير تراباً، فعند ذلك يقول الكافر: ياليتني كنت
تراباً أي كنت حيواناً فأرجع إلى التراب
Beda Manusia, cara
menyelesaikan hak-hak di antara manusia adalah: sebagaimana diterangkan dalam
hadits :
عن
أبي هريرة - رضي الله عنه - أن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قال: ((من كانت
عنده مظلمة لأخيه فليتحلله منها، فإنه ليس ثم دينار ولا درهم، من قبل أن يؤخذ لأخيه
من حسناته، فإن لم يكن له حسنات، أخذ من سيئات أخيه فطرحت عليه))؛ رواه البخاري.
Saudaraku, bila kita pernah
punya salah kepada saudara, sudah sepantasnya kita meminta maaf dan meminta
kehalalannya. Sebab dosa yang terjadi antar sesama hanya akan diampuni oleh
Allah bila orang yang kita zalimi itu memaafkan kita.
Lebih dari itu, Allah akan
mencurahkan rahmat-Nya kepada seseorang yang jantan mau mengaku salah dan
meminta maaf akan kesalahannya itu. Rasulullah saw. bersabda:
رَحِمَ
اللَّهُ عَبْدًا كَانَتْ لِأَخِيهِ عِنْدَهُ مَظْلَمَةٌ فِي عِرْضٍ أَوْ مَالٍ
فَجَاءَهُ فَاسْتَحَلَّهُ قَبْلَ أَنْ يُؤْخَذَ
Artinya : Allah merahmati
seorang hamba yang pernah berbuat zalim terhadap harta dan kehormatan
saudaranya, laluia mau datang kepada saudara yang dizaliminya itu untuk minta
kehalalannya sebelum ajal menjemput … (HR. Tirmidzi dari Abu
Hurairah).
Setiap orang hampir bisa
dipastikan punya salah dan khilaf. Setiap orang hampir pasti pernah berbuat dosa
dan maksiat. Rasul sendiri menyatakan demikian. Bahwa semua bani Adamadalah
khattha’un, adalah banyak berbuat dosa dan maksiat. Dan sebaik-baik khattha’un
adalah at-tawwabun, yaitu orang yang banyak bertobat. Ini hadits diriwayatkan
oleh Imam Ibnu Majah dari Anas binMalik r.a. Allah sendiri di dalam Al-Quran
juga berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang banyak
bertobat.”
Maka, bukan suatu aib dan
cela bila kita mengaku salah dan meminta maaf. Bukan merendahkan diri bila kita
mengaku khilaf pada sesama. Bahkan semua itu akan mendatangkan curahan rahmat
Allah pada diri ini. Bahkan semua itu akan melahirkan cinta-Nya kepada kita.
Apalah artinya mempertahankan ego hingga tak mau datang meminta maaf. Apalah
artinya mengurung diri dalam malu hingga sungkan mengaku khilaf. Untuk apa
menunda-nunda dan melambat-lambatkan langkah guna meminta maaf? Bukankah cinta
dan rahmat Allah jauh lebih mulia ketimbang ego, harga diri, dan rasa malu ini?
Maka marilah kita datang. Mengaku salah. Mengetuk pintu rumah saudara kita.
Hingga terketuk pula hatinya untuk memaafkan kita.
Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ
كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ
مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ
عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ
حَسَنَاتٌ أُخِذَمِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
Artinya:Barang siapa
memiliki tanggungan kezaliman terhadap saudaranya, entah dalam hal kehormatan
atau pun hartanya, maka hendaklah meminta kehalalannya hari ini. Sebelum datang
hari(kiamat) di mana tidak berguna lagi dirham dan dinar. Pada hari kiamat
nanti,bila seseorang yang menzalimi belum meminta kehalalan dari saudaranya,
maka bila ia memiliki amal kebaikan, sebagian amal kebaikannya itu diambil
sekadar kezaliman yang ia lakukan untuk diserahkan kepada orang yang pernah ia
zalimi.Bila ia sudah tidak memiliki sisa amal kebaikan, maka dosa yang dimiliki
orang yang pernah ia zalimi di dunia akan dilimpahkan kepadanya senilai
kezaliman yang pernah ia lakukan. (HR. Bukhari dari Abu Hurairah
r.a.).
Teks Hadits dari
:
- Fathul Baari :
حدثنا
آدم بن أبي إياس حدثنا ابن أبي ذئب حدثنا سعيد المقبري عن أبي هريرة رضي الله عنه
قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من كانت له مظلمة لأخيه من عرضه أو شيء
فليتحلله منه اليوم قبل أن لا يكون دينار ولا درهم إن كان له عمل صالح أخذ منه بقدر
مظلمته وإن لم تكن له حسنات أخذ من سيئات صاحبه فحمل عليه قال أبو عبد الله قال
إسماعيل بن أبي أويس إنما سمي المقبري لأنه كان نزل ناحية المقابر قال أبو عبد الله
وسعيد المقبري هو مولى بني ليث وهو سعيد بن أبي سعيد واسم أبي سعيد
كيسان
- Syarah Mi-atu
Hadits
http://www.alukah.net/library/0/50717/
- Mausu'ah
Al-Akhlaqiyah
http://www.dorar.net/enc/akhlaq/2363
Dan pada pengadilan itu
semua orang kafir, berharap mereka juga menjadi debu saja , karena melihat amat
sangat dahsyatnya hukuman dan pengadilan Allah Yang Maha Adil dan adzab yang
sangat pedih. Tidak ada lagi harta dan kekuasaan yang menolong mereka
sebagaimana di dunia.
- Ibnu Katsir, surat
an-nisa ayat 58 :
إِنَّ
اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا
حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا
يَعِظُكُم بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا (58)
يخبر
تعالى أنه يأمر بأداء الأمانات إلى أهلها ، وفي حديث الحسن ، عن سمرة ، أن رسول
الله صلى الله عليه وسلم قال : " أد الأمانة إلى من ائتمنك ، ولا تخن من خانك " .
رواه الإمام أحمد وأهل السنن وهذا يعم جميع الأمانات الواجبة على الإنسان ، من حقوق
الله ، عز وجل ، على عباده ، من الصلوات والزكوات ، والكفارات والنذور والصيام ،
وغير ذلك ، مما هو مؤتمن عليه لا يطلع عليه العباد ، ومن حقوق العباد بعضهم على بعض
كالودائع وغير ذلك مما يأتمنون به بعضهم على بعض من غير اطلاع بينة على ذلك . فأمر
الله ، عز وجل ، بأدائها ، فمن لم يفعل ذلك في الدنيا أخذ منه ذلك يوم القيامة ،
كما ثبت في الحديث الصحيح أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : " لتؤدن الحقوق
إلى أهلها ، حتى يقتص للشاة الجماء من القرناء " .
Maka menyelesaikan sebanyak
mungkin masalah di dunia terkait hak hak sesama, baik berupa hutang piutang,
kezholiman dan lain lain adalah solusi untuk meringankan pengadilan kelak.
Wallohu a'lam. [Santrialit].
LINK ASAL :