PERTANYAAN
:
Assalamu 'alaikm, para kyai, ustadz/ah dan para gawagis, seperti yang sudah kita fahami kesunahan aqiqah itu terdapat pada ortu, namun ketika ortu tidak mampu mengaqiqahi anaknya sebelum baligh, dan setelah anaknya baligh ortu baru mampu, apakah ortu masih disunahkan mengaqiqahi ? Dan sampai kapan disunahkannya aqiqoh ? Mohon jawabanya pra mujawib. Syukron/matur nwun. Wasalam. [AL Faqir Raga Tali].
JAWABAN :
Wa 'alaikumus salaam warohmatulloh, kesunahan aqiqah bagi ortu hanya sampai anaknya baligh, jika sampai baligh belum di-akikahi maka kesunahannya sudah gugur dan terserah si anak mau akikah sendiri setelah dewasa.
- kitab kifayatul akhyar (1/534)
Untuk sekedar tambahan, berikut tanya jawab yang hampir sama di fiqihkontemporer :
Pertanyaan : Assalamu'alaikum... Minta penjelasan para ustazd, bagaimana hukum aqiqah untuk dirinya sendiri, karena tahu kalau oleh orang tuanya belum diaqiqohi karena tidak mampu secara ekonomi ? ( Dari : Anwar Tajuddin )
Jawaban : Wa'alaikum salam warohmatullohi wabarokatuh. Sebenarnya orang yang disunatkankan menyembelihkan hewan aqiqoh bagi seseorang adalah orang yang wajib menafkahi orang tersebut (seperti orang tua) dari hartanya, bukan dari harta anak yang akan diaqiqohi, dan anjuran ini masih berlanjut sampai anak tersebut baligh. Apabila sampai baligh orang tersebut belum diaqiqohi maka disunatkan baginya menyembelih hewan aqiqoh untuk dirinya sendiri. Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik rodhiyallohu 'anhu :
"Bahwasanya Nabi shollallohu 'alaihi wasallam aqiqoh untuk dirinya sendiri setelah nubuwwah (menjadi Nabi)." (Sunan Kubro, no.19273)
Meskipun Imam Baihaqi menyatakan bahwa hadits ini munkar yang berarti tidak dapat dijadikan dasar hukum, namun Syekh Zainuddin Al-Iroqi dalam "Torhut Tatsrib" menyatakan bahwa hadits ini memiliki sanad lain yang diriwayatkan oleh Abusy Syaikh dan Ibnu Hazm dari Al-Haitsam bin Jamil yang dapat dipakai sebagai dalil.
Kesimpulannya, jika sampai dewasa seseorang belum diaqiqohi oleh orang tuanya, disunatkan baginya untuk mengaqiqohi dirinya sendiri. Wallohu a'lam. ( Dijawab oleh : Siroj Munir )
Referensi :
- Tuhfatul Muhtaj, Juz : 9 Hal : 370-37 :
- Mughnil Muhtaj, Juz : 6 Hal : 139 :
- Torhut Tatsrib, Juz : 5 Hal : 209-210 :
Wallohu a'lam.
[Mas
Hamzah, Al Murtadho].
LINK ASAL :
www.fb.com/groups/piss.ktb/910209119001897/
Assalamu 'alaikm, para kyai, ustadz/ah dan para gawagis, seperti yang sudah kita fahami kesunahan aqiqah itu terdapat pada ortu, namun ketika ortu tidak mampu mengaqiqahi anaknya sebelum baligh, dan setelah anaknya baligh ortu baru mampu, apakah ortu masih disunahkan mengaqiqahi ? Dan sampai kapan disunahkannya aqiqoh ? Mohon jawabanya pra mujawib. Syukron/matur nwun. Wasalam. [AL Faqir Raga Tali].
JAWABAN :
Wa 'alaikumus salaam warohmatulloh, kesunahan aqiqah bagi ortu hanya sampai anaknya baligh, jika sampai baligh belum di-akikahi maka kesunahannya sudah gugur dan terserah si anak mau akikah sendiri setelah dewasa.
- kitab kifayatul akhyar (1/534)
وَالْمُخْتَار
أَن لَا يتَجَاوَز بهَا النّفاس فَإِن تجاوزته فيختار أَن لَا يتَجَاوَز بهَا
الرَّضَاع فَإِن تجَاوز فيختار أَن لَا يتَجَاوَز بهَا سبع سِنِين فَإِن تجاوزها
فيختار أَن لَا يتَجَاوَز بهَا الْبلُوغ فَإِن تجاوزه سَقَطت عَن غَيره وَهُوَ
الْمُخَير فِي العق عَن نَفسه فِي الْكبر
Untuk sekedar tambahan, berikut tanya jawab yang hampir sama di fiqihkontemporer :
Pertanyaan : Assalamu'alaikum... Minta penjelasan para ustazd, bagaimana hukum aqiqah untuk dirinya sendiri, karena tahu kalau oleh orang tuanya belum diaqiqohi karena tidak mampu secara ekonomi ? ( Dari : Anwar Tajuddin )
Jawaban : Wa'alaikum salam warohmatullohi wabarokatuh. Sebenarnya orang yang disunatkankan menyembelihkan hewan aqiqoh bagi seseorang adalah orang yang wajib menafkahi orang tersebut (seperti orang tua) dari hartanya, bukan dari harta anak yang akan diaqiqohi, dan anjuran ini masih berlanjut sampai anak tersebut baligh. Apabila sampai baligh orang tersebut belum diaqiqohi maka disunatkan baginya menyembelih hewan aqiqoh untuk dirinya sendiri. Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik rodhiyallohu 'anhu :
أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَقَّ عَنْ نَفْسِهِ بَعْدَ
النُّبُوَّةِ
"Bahwasanya Nabi shollallohu 'alaihi wasallam aqiqoh untuk dirinya sendiri setelah nubuwwah (menjadi Nabi)." (Sunan Kubro, no.19273)
Meskipun Imam Baihaqi menyatakan bahwa hadits ini munkar yang berarti tidak dapat dijadikan dasar hukum, namun Syekh Zainuddin Al-Iroqi dalam "Torhut Tatsrib" menyatakan bahwa hadits ini memiliki sanad lain yang diriwayatkan oleh Abusy Syaikh dan Ibnu Hazm dari Al-Haitsam bin Jamil yang dapat dipakai sebagai dalil.
Kesimpulannya, jika sampai dewasa seseorang belum diaqiqohi oleh orang tuanya, disunatkan baginya untuk mengaqiqohi dirinya sendiri. Wallohu a'lam. ( Dijawab oleh : Siroj Munir )
Referensi :
- Tuhfatul Muhtaj, Juz : 9 Hal : 370-37 :
والعاق
هو من تلزمه نفقته بتقدير فقره من مال نفسه لا الولد بشرط يسار العاق أي بأن يكون
ممن تلزمه زكاة الفطر فيما يظهر قبل مضي مدة أكثر النفاس وإلا لم تشرع له وفي
مشروعيتها للولد حينئذ بعد بلوغه احتمالان في شرح العباب وأن ظاهر إطلاقهم سنها لمن
لم يعق عنه بعد بلوغه الأول لأنه حينئذ مستقل فلا ينتفي الندب في حقه بانتفائه في
حق أصله وخبر «أنه - صلى الله عليه وسلم - عق عن نفسه بعد النبوة» قال في المجموع
باطل وكأنه قلد في ذلك إنكار البيهقي وغيره له وليس الأمر كما قالوا في كل طرقه فقد
رواه أحمد والبزار والطبراني من طرق قال الحافظ الهيثمي في أحدها أن رجاله رجال
الصحيح إلا واحدا وهو ثقة. اهـ
- Mughnil Muhtaj, Juz : 6 Hal : 139 :
تنبيه
لو كان الولي عاجزا عن العقيقة حين الولادة ثم أيسر بها قبل تمام السابع استحبت في
حقه، وإن أيسر بها بعد السابع مع بقية مدة النفاس أي أكثره كما قاله بعض المتأخرين
لم يؤمر بها، وفيما إذا أيسر بها بعد السابع في مدة النفاس تردد للأصحاب، ومقتضى
كلام الأنوار ترجيح مخاطبته بها، ولا يفوت على الولي الموسر بها حتى يبلغ الولد،
فإن بلغ سن أن يعق عن نفسه تداركا لما فات
- Torhut Tatsrib, Juz : 5 Hal : 209-210 :
قال
الشافعي فإذا بلغ سقط حكمها في حق غير المولود وهو مخير في العقيقة عن نفسه واستحسن
القفال الشاشي أن يعقلها وقال الحسن البصري إذا لم يعق عنك فعق عن نفسك وإن كنت
رجلا، «ويروى أن النبي - صلى الله عليه وسلم - عق عن نفسه بعد النبوة» رواه البيهقي
من حديث عبد الله بن محرر عن قتادة عن أنس وقال إنه حديث منكر ثم حكى عبد الرزاق
أنه قال إنما تركوا عبد الله بن محرر بسبب هذا الحديث ثم قال البيهقي وقد روي من
وجه آخر عن قتادة ومن وجه آخر عن أنس وليس بشيء قلت له طريق لا بأس بها رواها أبو
الشيخ وابن حزم من رواية الهيثم بن جميل عن عبد الله المثنى عن ثمامة عن أنس وذكرها
والدي - رحمه الله - في شرح الترمذي وقال النووي هو حديث باطل وعبد الله بن محرر
اتفقوا على ضعفه قال الرافعي ونقلوا عن نص الشافعي في رواية البويطي أنه لا يفعل
ذلك واستغربوه قال النووي نصه في البويطي: ولا يعق عن كبير وليس مخالفا لما سبق فإن
معناه لا يعق عنه غيره وليس فيه نفي عقه عن نفسه
LINK ASAL :
www.fb.com/groups/piss.ktb/910209119001897/
www.fikihkontemporer.com/2013/01/aqiqoh-untuk-diri-sendiri.html