PERTANYAAN
:
Assalaamu'alaykum. Bolehkah seorang anak (laki-laki) jadi wali nikah ibunya sendiri ? Terimakasih. [Enjang Wahid].
JAWABAN :
Wa'alaikumussalaam. Tidak boleh seorang anak (laki-laki) jadi wali nikah ibunya sendiri, khilaafan lil Muzanni wal A-immatitstsalaatsah.
Referensi :
- Kitab Nihayatul Muhtaj 14 / 52-53 :
Idem sama kyai abdullah afif. Anak laki-laki sendiri tidak bisa menjadi wali nikah ibunya. Kecuali jika anak laki-laki tersebut merupakan cucu laki-laki dari anak laki-laki yang merupakan paman dari saudara ayahnya perempuan itu (ibnu ibni 'ammiha). Seperti yang terjadi pada pernikahan ummu salamah menikah dengan Rosulullah yang menjadi wali adalah putera ummu salamah yang bernama umar. sebelumnya ummu salamah menikah dengan abu salamah yang merupakan putera pamannya dari ayahnya. Sedangkan hanabilah berpendapat : anak laki-laki memiliki haq wilayah (perwalian) pada ibunya.
- Syarh Al-Yaqut An-Nafis halaman 585-586 :
Link Diskusi :
Assalaamu'alaykum. Bolehkah seorang anak (laki-laki) jadi wali nikah ibunya sendiri ? Terimakasih. [Enjang Wahid].
JAWABAN :
Wa'alaikumussalaam. Tidak boleh seorang anak (laki-laki) jadi wali nikah ibunya sendiri, khilaafan lil Muzanni wal A-immatitstsalaatsah.
Referensi :
- Kitab Nihayatul Muhtaj 14 / 52-53 :
وَلَا
يُزَوِّجُ ابْنٌ بِبُنُوَّةٍ ) خِلَافًا لِلْمُزَنِيِّ كَالْأَئِمَّةِالثَّلَاثَةِ
لِعَدَمِ الْمُشَارَكَةِ بَيْنَهُمَا فِي النَّسَبِ ، فَلَا يُعْتَنَى بِدَفْعِ
الْعَارِ عَنْهُ وَلِهَذَا لَا يُزَوِّجُ الْأَخُ لِلْأُمِّ
وَأَمَّا
{ قَوْلُ أَمِّ سَلَمَةَ لِابْنِهَا عُمَرَ قُمْ فَزَوِّجْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ } فَإِنْ أُرِيدَ بِهِ عُمَرُ الْمَعْرُوفُ لَمْ
يَصِحَّ لِأَنَّ سِنَّهُ حِينَئِذٍ كَانَ نَحْوَ ثَلَاثِ سِنِينَ فَهُوَ طِفْلٌ لَا
يُزَوِّجُ ، فَالظَّاهِرُ أَنَّ الرَّاوِيَ وَهَمَ وَأَنَّ الْمُرَادَ بِهِ عُمَرُ
بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لِأَنَّهُ مِنْ عَصَبَتِهَا وَاسْمُهُ
مُوَافِقٌ لِابْنِهَا فَظَنَّ الرَّاوِي أَنَّهُ هُوَ ، وَرِوَايَةُ قُمْ فَزَوِّجْ
أُمَّك بَاطِلَةٌ عَلَى أَنَّ نِكَاحَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا
يَفْتَقِرُ لِوَلِيٍّ فَهُوَ اسْتِطَابَةٌ لَهُ ،
وَبِتَقْدِيرِ
أَنَّهُ ابْنُهَا أَنَّهُ بَالِغٌ فَهُوَ ابْنُ ابْنِ عَمِّهَا وَلَمْ يَكُنْ لَهَا
وَلِيٌّ أَقْرَبُ مِنْهُ وَنَحْنُ نَقُولُ بِوِلَايَتِهِ وَلَا يُزَوِّجُ ابْنٌ
بِبُنُوَّةٍ ) خِلَافًا لِلْمُزَنِيِّ كَالْأَئِمَّةِ
Idem sama kyai abdullah afif. Anak laki-laki sendiri tidak bisa menjadi wali nikah ibunya. Kecuali jika anak laki-laki tersebut merupakan cucu laki-laki dari anak laki-laki yang merupakan paman dari saudara ayahnya perempuan itu (ibnu ibni 'ammiha). Seperti yang terjadi pada pernikahan ummu salamah menikah dengan Rosulullah yang menjadi wali adalah putera ummu salamah yang bernama umar. sebelumnya ummu salamah menikah dengan abu salamah yang merupakan putera pamannya dari ayahnya. Sedangkan hanabilah berpendapat : anak laki-laki memiliki haq wilayah (perwalian) pada ibunya.
- Syarh Al-Yaqut An-Nafis halaman 585-586 :
أما
الابن فليس له ولاية على أمه ، إلا إذا كان ابن ابن عمها ، هذا له ولاية على أمه ،
لكن ليست من جهة البنوة ، ولكن من جهة النسب والعصبة لكن الحنابلة عندهم الابن له
حق الولاية ، وله أن يعقد لأمه ، ويستدلون بقول أم سلمة رضي الله عنها لما قالت
لابنها عمر : يا عمر ؛ قم فاعقد لي على رسول الله صلى الله عليه وسلم ، ولما خطبها
رسول الله صلى الله عليه وسلم . . قالت له : إنني امرأة غيور ، وإني مصبية ــ أي :
عندي صبية ــ فقال لها رسول الله صلى الله عليه وسلم : (أما الغيرة . . فإني سأدعو
الله أن يذهبها منك ، وأما الصبيان . . سأدعو لهم ، ولهم الله ورسوله) وكان هذا من
رسول الله صلى الله عليه وسلم شفقة ورحمة بها ؛ لما قتل زوجها وليس لها أحد يعولها
، فكان من شفقته صلى الله عليه وسلم أنه يعول أولادها ، ويجبر كسرها
قلنا
: إنها طلبت من ابنها أن يعقد لها ، إلا أنهم قالوا : إن ابنها الذي طلبت منه أن
يعقد لها كان صغيرا ، لكن الإمام مالك يقول : إن المراهق له حكم البالغ في كثير من
الأمور وأصحابنا الشافعية قالوا : إنه لم يتول عقد نكاحها من جهة البنوة ، وإنما
استحقها ؛ لأنه ابن ابن عمها لأن زوج أم سلمة السابق ــ وهو أبو سلمة ــ هو ابن
عمها {١} ـ
؛{١}
بعد هذه العبارة ، تحول كلام أستاذنا إلى ذكر مناقب سيدتنا أم سلمة ، وأنها من ذوات
الشحصية القوية ، وخوفا من الإطالة لم نثبته
Kecuali
jika anak laki-laki tersebut merupakan cucu laki-laki dari anak laki-laki yang
merupakan paman dari saudara ayahnya perempuan itu (ibnu ibni 'ammiha)
Maksudnya Anak laki-laki
itu adalah anak perempuan itu dan suaminya, dan suaminya itu adalah anak dari
pamannya perempuan itu, yang mana pamannya adalah saudara kandung ayah dari
perempuan itu. (ammun) = paman. (ibnun) anak laki-laki. (ibnu ibnin) = anak
laki-lakinya anak laki-laki (cucu laki-laki dari anak laki-laki). (ibnu ibni
ammin) = anak lakinya anak lakinya paman. sederhananya (ibnu ibni ammiha) = cucu
laki-laki pamannya perempuan dari jalur laki-laki. Wallahu A'lam. [Abdullah
Afif, Dik Ibnu Al-Ihsany Rinduku].Link Diskusi :
www.fb.com/groups/piss.ktb/882142785141864/