PERTANYAAN
:
Assalamualaikum. MAAF PERTANYAAN SAYA POSTING KEMBALI, MENGINGAT BELOM ADANYA JAWABAN YANG DI SERTAI DALIL \ IBAROT DARI PARA MUJAWWIB. DUA KALI PERKAWINAN. Ada Seorang Perawan sebut saja NUR JANNAH, dinikahkan dua kali. Orang tuanya (bapak kandung nya) ada di Mekkah, sedangkan si NUR JANNAH ada di indonesia, lalu oleh bapaknya (di Mekkah) dinikahkan dengan seorang jejaka (AHMAD), tanpa sepengetahuan NURJANNAH dan keluarga yang ada di Indonesia, sedangkan NURJANNAH di Indonesia sudah mempunyai cowok pilihannya, maka oleh pihak keluarganya diNikahkan dengan cowoknya (Ali) dengan Wali Hakim.
PERTANYAAN : Bagaimana Hukumnya Dua Pernikahan tersebut, lalu NURJANNAH Istri Siapa..? Ahmad Atao Ali ? Mohon Pencerahanya. Wassalam. [Alvia Aein Adjah].
JAWABAN :
Wa'alaikumussalam, Nurjanah menjadi istri dari suami yang paling awal waktu akad nikahnya, namun apabila ternyata waktunya (hari, tanggal, serta jam nya sama), maka si NURJANNAH menjadi istri dari suami yang dinikahkan langsung oleh wali mujbirnya (ayahnya yang di mekah). Memang yang dibahas wali ghoib, namun jikalau sama-sama ada di antara keduanya, maka yang afdhol (yang berhak ) menjadi wali adalah ayah kandungnya, maka dari itu akad nikah yang sah adalah akad nikah yang dilakukan wali mujbir nya.
REFERENSI :
Seandainya ada yang datang danberkata: aku telah mengawinkanperempuan itu kepadanya, makaperkataannya itu bisa diterima tanpaharus ada saksi, karena hakim di siniadalah sebagai wali. Karena yangpaling benar, ia dapatmengawinkannya sebagai wakil walimengingat jabatannya sebagai hakim.Wali yang hadir seandainya iamengawinkannya, kemudian datangwali yang tidak hadir seraya berkata:“aku telah mengawinkannya kepadadia (laki-laki)” maka (pernyataan)wali yang tidak hadir tersebut tidakbisa diterima kecuali ada saksi. [ - Ibnu Hajar al-Haitami, TuhfatulMuhtaj dalam Abdul Hamid asy-Syirwani, Hasyiyatusy Syirwani, Beirut: Darul Fikr, 1418 H/1997 M, Cet. I, Jilid VII, h. 303-304 ].
Perkataan: "tidak diterima tanpa saksi". Dalam pernyataan Ahmad bin QasimAl 'Abbadi (simbol : siin miim):Hal ini merupakan petunjuk pada penggambaran masalah jika seandainya wali telah mengawinkannya di suatu tempat (tanpa kehadiran pengantin wanita),sebelum dikawinkannya oleh hakim.Masalahnya adalah, jika si wali mengaku telah mengawinkannya,maka akad nikah yang dilakukan hakim itu tidak terpengaruh. Masalah lainnya adalah, jika wali mengaku telah mengawinkan namun tidak jelas apakah sebelum atau sesudah perkawinan oleh hakim, atau diketahui ternyata waktunya bersamaan atau salah satu dari keduanya lebih dahulu namun tidakdapat dipastikan, atau dapat dipastikan namun lupa maka bagaimana hukumnya. Maka jikakedua perkawinan terjadi dalamwaktu yang bersamaan, sebaiknya mendahulukan perkawinan yang dilakukan oleh wali. [ - Abdul Hamid asy-Syirwani, Hasyiyatusy Syirwani ‘ala TuhfatulMuhtaj, Beirut: Darul Fikr, 1418H/1997 M, Cet. ke-1, Jilid VII, h.303-304 ].
[http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?flag=1&bk_no=25&ID=6006]
Siapapun wanita yang dinikahkan oleh dua orang wali, maka wanita itu untuk wali yang pertama dari keduanya. Dan siapapun laki-laki yang menjual barang dagangannya kepada dua orang, maka barang tersebut untuk orang yang pertama dari keduanya. Telah menceritakan kepada kami 'Affan telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah telah mengabarkan kepada kami Qatadah dari Al Hasan dari Samurah dari Rasulullah sama seperti hadits di atas. [ HR. Darimi No.2097].
- Hasyiyah Jamal 16/391 (syamilah) :
PERUMUS : Guz Zein
PENTASKHIH : K. Abdullah Afif
Assalamualaikum. MAAF PERTANYAAN SAYA POSTING KEMBALI, MENGINGAT BELOM ADANYA JAWABAN YANG DI SERTAI DALIL \ IBAROT DARI PARA MUJAWWIB. DUA KALI PERKAWINAN. Ada Seorang Perawan sebut saja NUR JANNAH, dinikahkan dua kali. Orang tuanya (bapak kandung nya) ada di Mekkah, sedangkan si NUR JANNAH ada di indonesia, lalu oleh bapaknya (di Mekkah) dinikahkan dengan seorang jejaka (AHMAD), tanpa sepengetahuan NURJANNAH dan keluarga yang ada di Indonesia, sedangkan NURJANNAH di Indonesia sudah mempunyai cowok pilihannya, maka oleh pihak keluarganya diNikahkan dengan cowoknya (Ali) dengan Wali Hakim.
PERTANYAAN : Bagaimana Hukumnya Dua Pernikahan tersebut, lalu NURJANNAH Istri Siapa..? Ahmad Atao Ali ? Mohon Pencerahanya. Wassalam. [Alvia Aein Adjah].
JAWABAN :
Wa'alaikumussalam, Nurjanah menjadi istri dari suami yang paling awal waktu akad nikahnya, namun apabila ternyata waktunya (hari, tanggal, serta jam nya sama), maka si NURJANNAH menjadi istri dari suami yang dinikahkan langsung oleh wali mujbirnya (ayahnya yang di mekah). Memang yang dibahas wali ghoib, namun jikalau sama-sama ada di antara keduanya, maka yang afdhol (yang berhak ) menjadi wali adalah ayah kandungnya, maka dari itu akad nikah yang sah adalah akad nikah yang dilakukan wali mujbir nya.
REFERENSI :
ﻭَﻟَﻮْ
ﻗَﺪِﻡَ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻛُﻨْﺖُ ﺯَﻭَّﺟْﺘُﻬَﺎ ﻟَﻪُ ﻳُﻘْﺒَﻞُﺑِﺪُﻭْﻥِ ﺑَﻴِّﻨَﺔٍ ﻷَﻥَّ
ﺍﻟْﺤَﺎﻛِﻢَ ﻫُﻨَﺎ ﻭَﻟِﻲٌّ ﺇِﺫِ ﺍﻷَﺻَﺢُّﺃَﻧَّﻪُ ﻳُﺰَﻭِّﺝُ ﺑِﻨِﻴَﺎﺑَﺔٍ
ﺍِﻗْﺘَﻀَﺘْﻬَﺎ ﺍﻟْﻮِﻻَﻳَﺔُ. ﻭَﺍﻟْﻮَﻟِﻲُّﺍﻟْﺤَﺎﺿِﺮُ ﻟَﻮْ ﺯَﻭَّﺝَ ﻓَﻘَﺪِﻡَ ﺃَﺧَﺮُ
ﻏَﺎﺋِﺐٌ ﻭَﻗَﺎﻝَﻛُﻨْﺖُ ﺯَﻭَّﺟْﺖُ ﻟَﻪُ ﻟَﻢْ ﻳُﻘْﺒَﻞْ ﺇِﻻَّ ﺑِﺒَﻴِّﻨَﺔٍ.
Seandainya ada yang datang danberkata: aku telah mengawinkanperempuan itu kepadanya, makaperkataannya itu bisa diterima tanpaharus ada saksi, karena hakim di siniadalah sebagai wali. Karena yangpaling benar, ia dapatmengawinkannya sebagai wakil walimengingat jabatannya sebagai hakim.Wali yang hadir seandainya iamengawinkannya, kemudian datangwali yang tidak hadir seraya berkata:“aku telah mengawinkannya kepadadia (laki-laki)” maka (pernyataan)wali yang tidak hadir tersebut tidakbisa diterima kecuali ada saksi. [ - Ibnu Hajar al-Haitami, TuhfatulMuhtaj dalam Abdul Hamid asy-Syirwani, Hasyiyatusy Syirwani, Beirut: Darul Fikr, 1418 H/1997 M, Cet. I, Jilid VII, h. 303-304 ].
ﻗَﻮْﻟُﻪُ
)ﻟَﻢْ ﻳُﻘْﺒَﻞْ ﺑِﺪُﻭْﻥِ ﺑَﻴِّﻨَﺔٍ( ﻭَﻓِﻲْ ﺳﻢ ﻣَﺎﻧَﺼُّﻪُ: ﻭَ ﻓِﻴْﻪِ ﺩَﻻَﻟَﺔٌ
ﺇِﻟَﻰ ﺗَﺼْﻮِﻳْﺮِ ﺍﻟْﻤَﺴْﺄَﻟَﺔِﺑِﻤَﺎ ﺇِﺫَﺍ ﺍﺩَّﻋَﻰ ﺍﻟْﻮَﻟِﻲُّ ﺃَﻧَّﻪُ ﺯَﻭَّﺟَﻬَﺎ
ﻓِﻲ ﺍﻟْﻐَﻴْﺒَﺔِﻗَﺒْﻞَ ﺗَﺰْﻭِﻳْﺞِ ﺍﻟْﺤَﺎﻛِﻢِ ﻭَ ﻗَﻀِﻴَّﺔُ ﺫَﻟِﻚَ ﺃَﻧَّﻪُ
ﻟَﻮِﺍﺩَّﻋَﻰ ﺗَﺰْﻭِﻳْﺠَﻬَﺎ ﺑَﻌْﺪَﻩُ ﻓَﻼَ ﺃَﺛَﺮَ ﻟَﻪُ. ﻭَﻳَﺒْﻘَﻰﻣَﺎ ﻟَﻮِ ﺍﺩَّﻋَﻰ
ﺍﻟﺘَّﺰْﻭِﻳْﺞَ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺘَﺒَﻴَّﻦْ ﺃَﻧَّﻪُ ﻗَﺒْﻠَﻪُﺃَﻭْ ﺑَﻌْﺪَﻩُ ﺃَﻭْ ﻋُﻠِﻢَ
ﻭُﻗُﻮْﻋُﻬُﻤَﺎ ﻣَﻌًﺎ ﺃَﻭْ ﻋُﻠِﻢَﺳَﺒْﻖُ ﺃَﺣَﺪِﻫِﻤَﺎ ﺃَﻭْﻟَﻢْ ﻳَﺘَﻌَﻴَّﻦْ ﺃَﻭْ
ﺗَﻌَﻴَّﻦَ ﺛُﻢَّﻧَﺴِﻲَ ﻓَﻬَﻞْ ﺣُﻜْﻤُﻪُ .... ﻓَﺈِﻥْ ﻭَﻗَﻌَﺎ ﻣَﻌًﺎﻓَﻴَﻨْﺒَﻐِﻲ
ﺗَﻘْﺪِﻳْﻢُ ﺗَﺰْﻭِﻳْﺞِ ﺍﻟْﻮَﻟِﻲِّ.
Perkataan: "tidak diterima tanpa saksi". Dalam pernyataan Ahmad bin QasimAl 'Abbadi (simbol : siin miim):Hal ini merupakan petunjuk pada penggambaran masalah jika seandainya wali telah mengawinkannya di suatu tempat (tanpa kehadiran pengantin wanita),sebelum dikawinkannya oleh hakim.Masalahnya adalah, jika si wali mengaku telah mengawinkannya,maka akad nikah yang dilakukan hakim itu tidak terpengaruh. Masalah lainnya adalah, jika wali mengaku telah mengawinkan namun tidak jelas apakah sebelum atau sesudah perkawinan oleh hakim, atau diketahui ternyata waktunya bersamaan atau salah satu dari keduanya lebih dahulu namun tidakdapat dipastikan, atau dapat dipastikan namun lupa maka bagaimana hukumnya. Maka jikakedua perkawinan terjadi dalamwaktu yang bersamaan, sebaiknya mendahulukan perkawinan yang dilakukan oleh wali. [ - Abdul Hamid asy-Syirwani, Hasyiyatusy Syirwani ‘ala TuhfatulMuhtaj, Beirut: Darul Fikr, 1418H/1997 M, Cet. ke-1, Jilid VII, h.303-304 ].
وفي
الأشباه والنظائر للسيوطي: القاعدة الثانية والثلاثون: الولاية الخاصة أقوى من
الولاية العامة: ولهذا لا يتصرف القاضي في وجود الولي الخاص وأهليته ولو أذنت للولي
الخاص أن يزوجها بغير كفء ففعل صح، أو للحاكم لم يصح في الأصح، وللولي الخاص
استيفاء القصاص والعفو على الدية ومجانا، وليس للإمام العفو مجانا. ولو زوج الإمام
لغيبة الولي وزوجها الولي الغائب بآخر في وقت واحد وثبت ذلك بالبينة قُدَّم الولي
إن قلنا إن تزويجه بطريق النيابة عن الغائب، وإن قلنا إنه بطريق الولاية فهل يبطل؟
كما لو زوج الوليان معا أو تقدم ولاية الحاكم لقوة ولايته وعمومها، كما لو قال
الولي: كنت زوجتها في الغيبة فإن نكاح الحاكم يقدم كما صرحوا به، تردد فيه صاحب
الكفاية، والأصح أن تزويجه بالنيابة بدليل عدم الانتقال إلى الأبعد، فعلى هذا يقدم
نكاح الولي.
وَفِيهِ
دَلَالَةٌ عَلَى تَصْوِيرِ الْمَسْأَلَةِ بِمَا إذَا ادَّعَى الْوَلِيُّ أَنَّهُ
زَوَّجَهَا فِي الْغَيْبَةِ قَبْلَ تَزْوِيجِ الْحَاكِمِ .وَقَضِيَّةُ ذَلِكَ
أَنَّهُ لَوْ ادَّعَى تَزْوِيجَهَا بَعْدَهُ فَلَا أَثَرَ لَهُ وَيَبْقَى مَا لَوْ
ادَّعَى التَّزْوِيجَ وَلَمْ يَتَبَيَّنْ أَنَّهُ قَبْلَهُ أَوْ بَعْدَهُ أَوْ
عُلِمَ وُقُوعُهُمَا مَعًا أَوْ عُلِمَ سَبْقُ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يَتَعَيَّنْ أَوْ
تَعَيَّنَ ثُمَّ نُسِيَ فَهَلْ حُكْمُهُ كَمَا سَيَأْتِي فِيمَا إذَا زَوَّجَ
وَلِيَّانِ لِأَنَّ الْحَاكِمَ كَوَلِيٍّ آخَرَ كَمَا تَقَرَّرَ أَوْ يُقَدَّمُ
تَزْوِيجُ الْوَلِيِّ مُطْلَقًا أَوْ فِي غَيْرِ الْأَخِيرَةِ وَيُفَرَّقُ بِضَعْفِ
مُعَارَضَةِ الْحَاكِمِ لِلْوَلِيِّ بِدَلِيلِ أَنَّهُ لَا يُزَوِّجُ مَعَ
حُضُورِهِ بِخِلَافِ مَا يَأْتِي فِيهِ نَظَرٌ ( قَوْلُهُ : إلَّا بِبَيِّنَةٍ )
أَيْ تَشْهَدُ بِسَبْقِ تَزْوِيجِهِ تَزْوِيجَ الْحَاكِمِ كَمَا هُوَ ظَاهِرٌ
فَإِنْ وَقَعَا مَعًا فَيَنْبَغِي تَقْدِيمُ تَزْوِيجِ الْوَلِيِّ وَيُفَارِقُ مَا
يَأْتِي فِي تَزْوِيجِ الْوَلِيَّيْنِ بِأَنَّ الْحَاكِمَ لَا يُزَوِّجُ مَعَ
حُضُورِ الْوَلِيِّ بِخِلَافِ الْوَلِيِّ الْآخَرِ فَالْوَلِيُّ مُقَدَّمٌ عَلَى
الْحَاكِمِ لَا عَلَى الْوَلِيِّ الْآخَرِ فَلْيُتَأَمَّلْ
ﻓﻠﻮ ( ) ﺯﻭﺟﻬﺎ ﺃﺣﺪﻫﻢ ( ﺃﻱ ﺍﻷﻭﻟﻴﺎﺀ
ﻭﻗﺪﺃﺫﻧﺖ ﻟﻜﻞ ﻣﻨﻬﻢ ) ﺯﻳﺪﺍ ﻭﺍﻵﺧﺮ ﻋﻤﺮﺍ ( ، ﺃﻭﻭﻛﻞ ﺍﻟﻮﻟﻲ ﻓﺰﻭﺝ ﻫﻮ ﻭﻛﻴﻠﻪ ، ﺃﻭ ﻭﻛﻞ
ﻭﻛﻴﻠﻴﻦﻓﺰﻭﺝ ﻛﻞ ﻭﺍﻟﺰﻭﺟﺎﻥ ﻛﻔﺌﺎﻥ ، ﺃﻭ ﺃﺳﻘﻄﻮﺍﺍﻟﻜﻔﺎﺀﺓ ﻭﺇﻝﺍ ﺑﻄﻼ ﻣﻄﻠﻘﺎ ﺇﻻ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ
ﺃﺣﺪﻫﻤﺎﻛﻔﺌﺎ ﻓﻨﻜﺎﺣﻪ ﺻﺤﻴﺢ ﻭﺇﻥ ﺗﺄﺧﺮ ) ﻓﺈﻥ ( ﺳﺒﻖﺃﺣﺪ ﺍﻟﻌﻘﺪﻳﻦ ﻭ ) ﻋﺮﻑ ﺍﻟﺴﺎﺑﻖ (
ﻣﻨﻬﻢﺍﺑﺒﻴﻨﺔ ، ﺃﻭ ﺗﺼﺎﺩﻕ ﻣﻌﺘﺒﺮ ﻭﻟﻢ ﻳﻨﺲ ) ﻓﻬﻮﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ( ﻭﺍﻵﺧﺮ ﺑﺎﻃﻞ ﻭﺇﻥ ﺩﺧﻞ ﺑﻬﺎﺍﻟﻤﺴﺒﻮﻕ
ﻟﻠﺨﺒﺮ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ } ﺃﻳﻤﺎ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﺯﻭﺟﻬﺎﻭﻟﻴﺎﻥ ﻓﻬﻲ ﻟﻸﻭﻝ ﻣﻨﻬﻤﺎ { ) ﻭﺇﻥ ﻭﻗﻌﺎ ﻣﻌﺎ (ﻓﺒﺎﻃﻼﻥ ﻭﻫﻮ
ﻭﺍﺿﺢ ) ﺃﻭ ﺟﻬﻞ ﺍﻟﺴﺒﻖﻭﺍﻟﻤﻌﻴﺔ ﻓﺒﺎﻃﻼﻥ ( ﻟﺘﻌﺬﺭ ﺍﻹﻣﻀﺎﺀ ، ﻭﺍﻷﺻﻞﻓﻲ ﺍﻷﺑﻀﺎﻉ ﺍﻟﺤﺮﻣﺔ ﺣﺘﻰ
ﻳﺘﺤﻘﻖ ﺍﻟﺴﺒﺐﺍﻟﻤﺒﻴﺢ ، ﻧﻌﻢ ﻳﻨﺪﺏ ﻟﻠﺤﺎﻛﻢ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﺇﻥ ﻛﺎﻥﻗﺪ ﺳﺒﻖ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻓﻘﺪ ﺣﻜﻤﺖ ﺑﺒﻄﻼﻧﻪ
ﻟﺘﺤﻞﻳﻘﻴﻨﺎ ﻭﺛﺒﺘﺖ ﻟﻪ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻮﻻﻳﺔ ﻟﻠﺤﺎﺟﺔ .ﻗﺎﻟﻪ ﺍﻟﻤﺘﻮﻟﻲ ﻭﻏﻴﺮﻩ ) ﻭﻛﺬﺍ ( ﻳﺒﻄﻼﻥ ) ﻟﻮﻋﻠﻢ
ﺳﺒﻖ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻭﻟﻢ ﻳﺘﻌﻴﻦ ( ﻭﺃﻳﺲ ﻣﻦﺗﻌﻴﻨﻪ ) ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ( ﻟﻤﺎ ﺫﻛﺮ ﻭﻣﺠﺮﺩﺍﻝﻋﻠﻢ ﺑﺎﻟﺴﺒﻖ ﻻ
ﻳﻔﻴﺪ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺗﻮﻗﻒ ﻓﻲ ﻧﻈﻴﺮﻩﻣﻦ ﺍﻟﺠﻤﻌﺘﻴﻦ ﻓﻠﻢ ﻳﺤﻜﻢ ﺑﺒﻄﻼﻧﻬﻤﺎ ﻷﻥﺍﻟﺼﻼﺓ ﺇﺫﺍ ﺗﻤﺖ ﺻﺤﻴﺢﺓ ﻻ
ﻳﻄﺮﺃ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻣﺒﻄﻞﻟﻬﺎ ، ﻭﻻ ﻛﺬﻟﻚ ﺍﻟﻌﻘﺪ ﻷﻧﻪ ﻳﻔﺴﺦ ﺑﺄﺳﺒﺎﺏ ،ﻭﻷﻥ ﺍﻟﻤﺪﺍﺭ ﺗﻢ ﻋﻠﻰ ﻋﻠﻤﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ
ﻭﻫﻮ ﻳﻌﻠﻢﺍﻟﺴﺎﺑﻘﺔ ، ﺑﺨﻼﻑ ﻣﺎ ﻫﻨﺎ ، ﻭﻳﻨﺪﺏ ﻟﻠﺤﺎﻛﻢ ﻫﻨﺎﺃﻳﻀﺎ ﻧﻈﻴﺮ ﻣﺎ ﻣﺮ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﻓﺴﺨﺖ
ﺍﻟﺴﺎﺑﻖﻣﻨﻬﻤﺎ .ﻭﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﻗﻮﻻﻥ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻫﺬﺍ ، ﻭﺍﻟﺜﺎﻧﻲﻣﺨﺮﺝ ﻣﻦ ﻧﻈﻴﺮ ﺍﻟﺠﻤﻌﺘﻴﻦ ، ﻭﺭﺩ
ﺑﻤﺎ ﻣﺮ ، ﻭﺇﺫﺍﻗﻠﻨﺎ ﺑﺒﻄﻼﻧﻪﻣﺎ ﻭﺟﺮﻯ ﻣﻨﻪ ﻓﺴﺦ ﺍﻧﻔﺴﺦ ﺑﺎﻃﻨﺎﺣﺘﻰ ﻟﻮ ﺗﻌﻴﻦ ﺍﻟﺴﺎﺑﻖ ﻓﻼ ﺯﻭﺟﻴﺔ
ﻭﺇﻻ ﺍﻧﻔﺴﺦﻇﺎﻫﺮﺍ ﻓﻘﻂ ، ﻓﺈﺫﺍ ﺗﻌﻴﻦ ﻓﻬﻮ ﺍﻟﺰﻭﺝ .ﺃ
[http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?flag=1&bk_no=25&ID=6006]
ﺃَﺧْﺒَﺮَﻧَﺎ
ﻳَﺰِﻳﺪُ ﺑْﻦُ ﻫَﺎﺭُﻭﻥَ ﺃَﺧْﺒَﺮَﻧَﺎ ﺳَﻌِﻴﺪٌﻋَﻦْ ﻗَﺘَﺎﺩَﺓَ ﻋَﻦْ ﺍﻟْﺤَﺴَﻦِ ﻋَﻦْ
ﻋُﻘْﺒَﺔَ ﺑْﻦِ ﻋَﺎﻣِﺮٍﺃَﻭْ ﺳَﻤُﺮَﺓَ ﺑْﻦِ ﺟُﻨْﺪُﺏٍ ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ
ﺻَﻠَّﻰﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﻳُّﻤَﺎ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ ﺯَﻭَّﺟَﻬَﺎﻭَﻟِﻴَّﺎﻥِ
ﻟَﻬَﺎ ﻓَﻬِﻲَ ﻟِﻠْﺄَﻭَّﻝِ ﻣِﻨْﻬُﻤَﺎ ﻭَﺃَﻳُّﻤَﺎ ﺭَﺟُﻞٍﺑَﺎﻉَ ﺑَﻴْﻌًﺎ ﻣِﻦْ
ﺭَﺟُﻠَﻴْﻦِ ﻓَﻬُﻮَ ﻟِﻠْﺄَﻭَّﻝِ ﻣِﻨْﻬُﻤَﺎﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻋَﻔَّﺎﻥُ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺣَﻤَّﺎﺩُ
ﺑْﻦُ ﺳَﻠَﻤَﺔَﺃَﺧْﺒَﺮَﻧَﺎ ﻗَﺘَﺎﺩَﺓُ ﻋَﻦْ ﺍﻟْﺤَﺴَﻦِ ﻋَﻦْ ﺳَﻤُﺮَﺓَ ﻋَﻦْﺭَﺳُﻮﻝِ
ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺑِﻨَﺤْﻮِﻩِ
Siapapun wanita yang dinikahkan oleh dua orang wali, maka wanita itu untuk wali yang pertama dari keduanya. Dan siapapun laki-laki yang menjual barang dagangannya kepada dua orang, maka barang tersebut untuk orang yang pertama dari keduanya. Telah menceritakan kepada kami 'Affan telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah telah mengabarkan kepada kami Qatadah dari Al Hasan dari Samurah dari Rasulullah sama seperti hadits di atas. [ HR. Darimi No.2097].
- Hasyiyah Jamal 16/391 (syamilah) :
وَمِنْهَا
إذَا زَوَّجَهَا الْحَاكِمُ وَالْوَلِيُّ الْغَائِبُ بِآخَرَ فِي وَقْتٍ وَاحِدٍ
يُقَدَّمُ الْوَلِيُّ إنْ قُلْنَا بِالنِّيَابَةِ وَإِلَّا بَطَلَا كَوَكِيلَيْنِ
أَوْ قُدِّمَ الْحَاكِمُ بِقُوَّةِ وِلَايَتِهِ وَعُمُومِهَا كَمَا لَوْ قَالَ
الْوَلِيُّ كُنْت زَوَّجْتُهَا فِي الْغَيْبَةِ ، فَإِنَّ نِكَاحَ الْحَاكِمِ
يُقَدَّمُ زوج ابنته والحال أنها غائبة عن بلد العقد صح النكاح بشرط إذن الثيب وكذا
البكر إن كان الزوج غير كفء على المعتمد
PERUMUS : Guz Zein
PENTASKHIH : K. Abdullah Afif
MUSYAWIRIN : Kudung Khantil
Harsandi Muhammad, Nur Hasyim S. Anam, Begawan Sinting AlasRoban, ViddaaroEni
Amriza Aswaja Al-Jawy, Saiful Umam Al-Fathowy, Hasbie Musyadad Alluthfi,
Ulilalbab Hafas, Mentari Junior, Mohamad Cholil Asyari, Fakhrur Rozy Abdul
Kholiq, dan Ummi Af-idah.