PERTANYAAN :
Ani Fah
* Amanat Sa_il *
Assalaamu a'laikum wr wb... lansung saja...
Saya Mau minta ketteranga n khusus "bab isim a'dad/ al-a'dadu
kitab alfian ibnu malik..
tolong di kirim yah terjemah nya) "BAB ISIM A'DAD"/ AL-A'DADU.. .
kitab alfaih.
Atas perhatiany a saya ucapkan banyak2x trimakasih ...JAWABAN :IBNU TOHA>>
العدد
Bab 'Adad (Bilangan)
726- ثَلَاثَةً بِالتَّاءِ قُلْ لِلعشَرَهْ ... فِي عَدِّ مَا آحَادُهُ مُذَكّرَهْ
Ucapkan angka Tsalatsatu n (tiga) sampai 'Asyarotun (sepuluh) dg menggunaka n Ta' didalam menghitung sesuatu yg mufrodnya Mudzakkar,
727- في الضِّدِّ جَرِّدْ وَالْمُمَي ِّزَ اجْرُرِ... جَمْعاً بِلَفْظِ قِلَّةٍ فِي الأكْثَرِ
Sebaliknya buanglah Ta'nya (pada mufrod ma'dud muannats). Jarkanlah! Lafazh Mumayyiz/ Ma'dud yg jamak qillah pada kebanyakan nya (daripada yg jamak katsroh).
728- وَمِائَةً وَالأَلْفَ لِلْفَرْدِ أضِفْ... وَمِائَةٌ بِالجَمْعِ نَزْراً قَدْ رُدِفْ
Terhadap angka Mi'atun (seratus) dan Alfun (seribu) mudhafkan pada Isim Mufrod. Dan angka Mi'atun (seratus) jarang diikuti oleh Jamak. (jarang dimudhafka n pada jamak)
KETERANGAN :
Sebelumnya perlu diketahui, bahwa Isim Adad (kata bilangan/ hitungan) menurut istilah Ulama' Nahwu terbagi menjadi 4 bagian.
1. "Adad Mufrod" :
Adalah Isim Adad yg kosong dari Tarkib dan 'Athaf. Yaitu bilangan dari Wahidun (satu) sampai 'Asyarotun (sepuluh), Bidh'un (sejumlah antara 3-9), Mi'atun (seratus), dan Alfun (seribu).
Sebagian Nuhat menyebutny a "Adad Mudhaf" karena dapat dimudhafka n pada Tamyiznya/ Ma'dudnya, yang selain wahidun (satu) dan Itsnani (dua).
2. "Adad Murokkab"
Adalah Isim Adad susunan dua bilangan menjadi satu dengan susunan Tarkib Mazji. Yaitu bilangan dari Ahada 'Asyaro (sebelas) sampai Tis'ata 'Asyaro (Sembilan belas).
3. "Adad 'Aqd"
Adalah Isim Adad puluhan/ kelipatan sepuluh. Yaitu bilangan dari 'Isyruuna (dua puluh) sampai Tis'uuna (sembilan puluh).
Sebagian Nuhat menyebutny a "Adad Mufrod" karena tidak Mudhaf juga tidak Murokkab.
4. "Adad Ma'thuf"
Adalah Isim Adad susunan Athaf. Yaitu bilangan yg ada diantara dua Adad Aqd (angka yg ada diantara 20>…<30, 30>…<40, dst.). Contoh Wahidun wa 'Isyruuna (dua puluh satu), Itsnaani wa Isyruuna (dua puluh dua), dst. Hingga Tis'atun wa Tis'uuna (sebilan puluh Sembilan).
Insyaallah 4 bagian diatas akan diterangka n menurut penerangan Kitab Alfiyah pada tiga bahasan sebagai berikut:
I. Hukum Mudzakkar& Muannatsny a
II. Hukum Tamyiznya/ Ma'dudnya
III. Hukum I'robnya
I. Hukum Mudzakkar& Muannatsny a
Bagian ini diperuntuk kan pada Adad Mufrad.
a. Untuk Wahidun dan Itsnani harus mencocoki Mudzakkar& Muannatsny a pada Ma'dudnya.
Contoh:
في القرية مسجد واحد
FIL-QORYAT I MASJIDUN WAAHIDUN = Di desa itu hanya ada satu masjid.
اشتريت كتابين اثنين
ISYTAROITU KITAABAINI ITSNAINI = Aku telah membeli dua buku/ kitab.
contoh yg mencocoki dalam mu'annatsn ya:
في القرية مدرسة واحدة
FIL-QORYAT I MADROSATUN WAAHIDUN = Di desa itu hanya ada satu madrasah/ sekolah.
اشتريت كراستين اثنتين
ISYTAROITU KURROOSATA INI ITSNATAINI = Aku telah membeli dua buku tulis.
في القرية واحدُ مسجدٍ
FIL-QORYAT I WAAHIDU MASJIDIN
tidak boleh juga mengucapka n:
اشتريت اثني كتابين
ISYTAROITU ITSNAI KITAABAINI
Karena penyebutan ma'dud (masjidun dan kitaabaini ) secara langsung sudah mencukupi yg dimaksud. jadi tidak perlu menyebut 'adad di sebelumnya .
b. untuk bilangan 3 sampai 10 ("tsalatsa tun > 'asyarotun ") dan kalimah "Bidh'un/ Bidh'atun" (sejumlah sekitar 3-9). kebalikan hukum mudzakkar dan muannats pada ma'dudnya.
yakni, dimudzakka rkan apabila ma'dudnya mu'annats. contoh :
عندي ثلاثُ نسوةٍ
'INDIY TSALAATSU NISWATIN = Saya punya tiga orang wanita.
نصحت بضع نساء
NASHOHTU BIDH'A NISAA'IN = Saya telah menasehati beberapa wanita.
dan dimu'annts kan apabila ma'dudnya mudzakkar, contoh :
عندي سبعةُ رجال
'INDIY SAB'ATU RIJAALIN = Saya punya tujuh orang pria.
صافحت بضعة رجال
SHOOFAHTU BIDH'ATA RIJAALIN = Saya telah bejabat tangan dengan beberapa laki-laki.
contoh dalam Al-Qur'an :
سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِي َةَ أَيَّامٍ حُسُومًا
SAKHKHOROH AA 'ALAIHIM SAB'A LAYAALIN WA TSAMAANIYA TA AYYAAMIN HUSUUMAN = yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus (QS. Al-Haaqah :7)
فَشَهَادَة ُ أَحَدِهِمْ أَرْبَعُ شَهَادَاتٍ بِاللَّهِ
FA SYAHAADATU AHADIHIM ARBA'U SYAHAADAAT IN BILLAAHI = maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah (QS. Annuur :6)
ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَ ةِ شُهَدَاءَ
TSUMMA LAM YA'TUU BI ARBA'ATI SYUHADAA'A = dan mereka tidak mendatangk an empat orang saksi (QS. Annuur :4)
>> lafazh SYAHADAATI N = ma’dud mu’annats karena mufrodnya SAHAADATIN , maka menggunaka n ‘adad mudzakkar ARBA’U.
>> lafazh SYUHADAA’A = ma’dud mudzakkar karena mufrodnya SYAAHIDUN/ SYAHIIDUN, maka menggunaka n ‘adad mu’annats ARBA’ATI.
Dengan demikian, yang dipandang mudzakkar dan muannatsny a dalam hal ini bukan pada bentuk lafazh jamaknya, akan tetapi yg dipandang adalah bentuk isim mufrodnya. contohnya lagi :
جاء خمسة فتية
JAA’A KHOMSATU FITYATIN = lima orang pemuda telah datang.
>> Lafazh “FITYATIN” mempunyai bentuk mufrod “FATAA” adalah ma’dud mudzakkar, makanya menggunaka n ‘adad mu’annats (KHOMSATU) . Tidaklah memandang bentuk lafazh jamaknya yg mu’annats (FITYATIN) .
Apabila terdapat dua ma’dud dalam satu ‘adad. Yang satu mudzakkar dan yg lain muannats, maka yg dipandang muannats dan mudzakkarn ya adalah pada ma’dud yg disebut pertama kali.
Contoh:
حضر سبعة رجال ونساء
HADHORO SAB’ATU RIJAALIN WA NISAA’IN = tujuh orang pria dan wanita telah hadir.
وأقبل خمس نساءٍ ورجال
AQBALA KHOMSATU NISAA’IN WA RIJAALIN = lima orang wanita dan pria telah menghadap.
Akan berbeda nanti hukum mudzakkar dan mu’annatsn ya apabila adad-adad mufrad tersebut diatas dibentuk menjadi ‘Adad Murokkab atau ‘Adad Ma’thuf yg insyaAllah akan dijelaskan pada bait-bait selanjutny a.
II. Hukum I’robnya : disesuaika n menurut posisinya pada susunan kalam.
III. Hukum Tamyiznya/ Ma’dudnya :
A. Dijadikan mudhaf ilaih dg susunan idhofah, yakni memudhofka n adad kepada ma’dud yg dibutuhkan sebagai tamyiznya, seperti pada contoh-con toh diatas. Dan terkadang tidak dimudhofka n kepada tamyiznya tapi cukup dimudhofka n langsung kepada siempunya tamyiz/ ma’dud. Kerena dalam hal ini si pembicara sudah memaklumi akan jenis/ bentuk ma’dud. Sehingga tidak perlu ditamyizi. Semisal contoh:
هذه خمسةُ محمد
HADZIHI KHOMSATU MUHAMMADIN = ini adalah limanya Zaid (yakni, ini lima barang punya zaid)
خذ سبعتك
KHUDZ! SAB’ATAKA = ambillah! Tujuhmu. (yakni, ambilah tujuh barangmu)
B. Ma’dudnya berbentuk jamak, yg sering digunakan adalah dalam bentuk Jamak Taksir Qillah. Dan diketahui juga bahwa maksud jamak dalam ma’dud di sini tidak harus berupa bentuk jamak dalam istilah, tapi juga bisa masuk kepada semua jenis isim yg menunjukka n jamak, seperti Isim Jamak dan Isim Jinsi Jam’i, yg dalam penggunaan nya banyak menyertaka n huruf jar MIN. contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ
FA KHUDZ! ARBA’ATAN MINATH-THO IRI = ambillah empat ekor burung (QS. Al-Baqoroh : 260)
جاء ثلاثة من القوم
JAA’A TSALAATSAT UN MINAL QOUMI = telah datang tiga kaum.
في المزرعة سبع من النخل وتسع من الشجر
FIL MAZRO’ATI SAB’UN MINAN-NAKH LI WA TIS’UN MINAS-SYAJ ARI = di ladang itu ada tujuh pohon kurma dan Sembilan pepohonan.
Terkadang juga langsung disusun secara idhofah. Contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
وَكَانَ فِي الْمَدِينَ ةِ تِسْعَةُ رَهْطٍ
WA KAANA FIL-MADIIN ATI TIS’ATU ROHTHIN = Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki (QS. An-naml:48 ).
Yang berbeda dengan tiga hal diatas dalam hukum penggunaan ma’dudnya yakni : 1. Jamak. 2. Jamak Taksir. 3. Jamak Taksir Qillah. Adalah :
1. Menggunaka n bentuk isim mufrod, apabila adad-adad tersebut diatas bertamyiz pada lafazh MI’ATUN. Contoh :
في المعهد ثلثمائة طالب وأربعمائة مقعد
FIL-MA’HAD I TSALATSUMI ’ATI THOOLIBIN WA ARBA’UMI’A TI MAQ’ADIN = di lembaga itu ada 300 siswa dan 400 bangku.
2. Menggunaka n bentuk jamak shohih, apabila tidak terdapat dalam bentuk jamak taksirnya. Contoh:
خمس صلوات
KHOMSU SHOLAWAATI N = lima sholat.
Contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَ ّ
ALLAHUL-LA DZII KHOLAQO SAB’A SAMAAWAATI N WA MINAL-ARDH I MITSLAHUNN A = Allah-lah yang menciptaka n tujuh langit dan seperti itu pula bumi (QS. Ath-Tholaa q : 12)
>> Lafazh “SAMAWAATI N” = menggunaka n jamak shohih (jamak muannats salim) karena tidak mempunyai bentuk jamak lain selain itu.
ثَلَاثُ عَوْرَاتٍ لَّكُمْ
TSALAATU ‘AUROOTIN = tiga ‘aurat bagi kamu (QS. An-Nur : 58)
>> lafazh “‘AUROOTIN ” = jamak shohih sebab juga tidak ada dalam bentuk jamak taksirnya.
Demikian juga menggunaka n jamak shohih, apabila bentuk jamak taksirnya jarang digunakan. Semisal contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
فِي تِسْعِ آيَاتٍ
FII TIS’I AAYAATIN = termasuk sembilan buah mukjizat (QS. An-Naml : 12)
>> lafazh “AAYAATIN” = jamak shohih dari “AAYATIN” ditemukan dari bangsa arab menggunaka n jamak taksirnya yaitu AAYUN tapi tidak banyak digunakan (lihat Al-Mishbah ul Munir hal. 23).
Demikian juga menggunaka n bentuk jamak shohih apabila digunakan bersamaan dengan jamak yg tidak ada bentuk jamak taksirnya, seperti contoh:
يُوسُفُ أَيُّهَا الصِّدِّيق ُ أَفْتِنَا فِي سَبْعِ بَقَرَاتٍ سِمَانٍ يَأْكُلُهُ نَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَسَبْعِ سُنْبُلَات ٍ خُضْرٍ وَأُخَرَ يَابِسَاتٍ
YUUSUFU AYYUHASH-S HIDDIIQU AFTINAA FII SAB’I BAQOROOTIN SIMAANIN YA’KULUHUN NA SAB’UN ‘IJAAFUN WA SAB’I SUNBULAATI N KHUDHRIN WA UKHORU YAABISAATI N = (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru): “Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanl ah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemu k yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kuru s dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering (QS. Yusuf : 46)
>> lafazh SAB’I “SUNBULAAT IN” = menggunaka n jamak shohih karena berdamping an dengan lafazh sebelumnya yaitu SAB’I “BAQOROOTI N” yg tidak diketahui bentuk jamak taksirnya.
Sedangkan apabila tidak berdamping an dengan jamak shohih yg tidak ada bentuk jamak taksirnya, maka menggunaka n bentuk jamak taksirnya yaitu “SANAABILA ”, contoh dalam Ayat :
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُون َ أَمْوَالَه ُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ
MATSALUL-L ADZIINA YANFIQUUNA AMWAALAHUM FII SABIILILLA AHI KAMATSALI HUBBATIN ANBATAT SAB’A SANAABILA FII KULLI SUNBULATIN MA’ATU HABBAH. = Perumpamaa n (nafkah yang dikeluarka n oleh) orang-oran g yang menafkahka n hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhka n tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. (QS. Al-Baqoro : 261).
3. Tetap menggunaka n bentuk Jamak Taksir Katsroh sekalipun ada dalam bentuk Jamak Taksi Qillahnya, contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
وَالْمُطَل َّقَاتُ يَتَرَبَّص ْنَ بِأَنْفُسِ هِنَّ ثَلَاثَةَ قُرُوءٍ
WAL-MUTHOL LAQOOTU YATAROBBAS HNA BI ANFUSIHINN A TSALAATSAT A QURUU’IN = Wanita-wan ita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’ (QS. Al-Baqoroh : 228)
>> ‘Adad TSALAATSAT A dimudhofka n kepada ma’dudnya lafazh “QURUU’IN” yg berupa Jamak Taksir Katsroh, beserta ia mempunyai bentuk Jamak Taksir Qillah yaitu “AQROO’IN” .
C. MI’ATUN (SERATUS) dan ALFUN (SERIBU)
I. Hukum Mudzakkar & Muannatsny a : Tetap dalam bentuknya baik ma’dudnya Mudzakkar atau Mu’annats.
II. Hukum Tamyiznya/ Ma’dudnya : Pada umumnya harus berupa Isim Mufrod yg dijarkan menjadi mudhaf ilaih.
Contoh :
قلَّ من يعيش مائة سنةٍ
QOLLA MA YA’IISYU MI’ATA SANATIN = Jarang orang yg hidup seratus tahun.
Contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
الزَّانِيَ ةُ وَالزَّانِ ي فَاجْلِدُو ا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ
AZZAANIYAT U WAZ-ZAANIY
FAJLIDUU KULLA WAAHIDIN MINHUMAA M’ATA JALDATIN = Perempuan yang
berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus kali dera (QS. An Nuur : 2)
يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ
YAWADDU AHADUHUM LAW YU’AMMARU ALFA SANATIN = Masing-mas ing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun (QS. Al-Baqarah : 96)
Terkadang menggunaka n ma’dud/ tamyiz bentuk jamak majrur dari ‘adad MI’ATUN, contoh dalam Ayat AL-Qur’an :
وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلَاثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُ وا تِسْعًا
WA LABITSUU FIY KAHFIHIM TSALAATSA MI’ATIN SINIINA WAZDAADUU TIS’AN = Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). (QS. Al-Kahfi 25).
>> karena dalam ayat ini oleh bacaan salah satu qiro’ah sab’ah (Hamzah dan Al-Kasa’iy ) memudhofka n lafazh MI’ATIN pada lafazh SINIINA menjadi “MI’ATI SINIINA”.
http:// nahwusharaf .wordpress .com/ category/ kitab-alfiy ah-ibnu-ma lik/ bab-adad-ma dud/Link Asal:http:// www.faceboo k.com/ groups/ piss.ktb/ permalink/ 47136251288 6562/
Ani Fah
* Amanat Sa_il *
Assalaamu a'laikum wr wb... lansung saja...
Saya Mau minta ketteranga
kitab alfian ibnu malik..
tolong di kirim yah terjemah nya) "BAB ISIM A'DAD"/
kitab alfaih.
Atas perhatiany
Bab 'Adad (Bilangan)
726- ثَلَاثَةً بِالتَّاءِ
Ucapkan angka Tsalatsatu
727- في الضِّدِّ جَرِّدْ وَالْمُمَي
Sebaliknya
728- وَمِائَةً وَالأَلْفَ
Terhadap angka Mi'atun (seratus) dan Alfun (seribu) mudhafkan pada Isim Mufrod. Dan angka Mi'atun (seratus) jarang diikuti oleh Jamak. (jarang dimudhafka
KETERANGAN
Sebelumnya
1. "Adad Mufrod" :
Adalah Isim Adad yg kosong dari Tarkib dan 'Athaf. Yaitu bilangan dari Wahidun (satu) sampai 'Asyarotun
Sebagian Nuhat menyebutny
2. "Adad Murokkab"
Adalah Isim Adad susunan dua bilangan menjadi satu dengan susunan Tarkib Mazji. Yaitu bilangan dari Ahada 'Asyaro (sebelas) sampai Tis'ata 'Asyaro (Sembilan belas).
3. "Adad 'Aqd"
Adalah Isim Adad puluhan/
Sebagian Nuhat menyebutny
4. "Adad Ma'thuf"
Adalah Isim Adad susunan Athaf. Yaitu bilangan yg ada diantara dua Adad Aqd (angka yg ada diantara 20>…<30, 30>…<40, dst.). Contoh Wahidun wa 'Isyruuna (dua puluh satu), Itsnaani wa Isyruuna (dua puluh dua), dst. Hingga Tis'atun wa Tis'uuna (sebilan puluh Sembilan).
Insyaallah
I. Hukum Mudzakkar&
II. Hukum Tamyiznya/
III. Hukum I'robnya
I. Hukum Mudzakkar&
Bagian ini diperuntuk
a. Untuk Wahidun dan Itsnani harus mencocoki Mudzakkar&
Contoh:
في القرية مسجد واحد
FIL-QORYAT
اشتريت كتابين اثنين
ISYTAROITU
contoh yg mencocoki dalam mu'annatsn
في القرية مدرسة واحدة
FIL-QORYAT
اشتريت كراستين اثنتين
ISYTAROITU
- untuk bilangan wahidun dan itsnaani (1 & 2) tersebut,
di i'rob menurut posisinya pada suatu susunan kalam. Dan ma'dudnya
tidak boleh disebut setelahnya
. Jadi tidak boleh mengucapka n :
في القرية واحدُ مسجدٍ
FIL-QORYAT
tidak boleh juga mengucapka
اشتريت اثني كتابين
ISYTAROITU
Karena penyebutan
b. untuk bilangan 3 sampai 10 ("tsalatsa
yakni, dimudzakka
عندي ثلاثُ نسوةٍ
'INDIY TSALAATSU NISWATIN = Saya punya tiga orang wanita.
نصحت بضع نساء
NASHOHTU BIDH'A NISAA'IN = Saya telah menasehati
dan dimu'annts
عندي سبعةُ رجال
'INDIY SAB'ATU RIJAALIN = Saya punya tujuh orang pria.
صافحت بضعة رجال
SHOOFAHTU BIDH'ATA RIJAALIN = Saya telah bejabat tangan dengan beberapa laki-laki.
contoh dalam Al-Qur'an :
سَخَّرَهَا
SAKHKHOROH
فَشَهَادَة
FA SYAHAADATU
ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَ
TSUMMA LAM YA'TUU BI ARBA'ATI SYUHADAA'A
>> lafazh SYAHADAATI
>> lafazh SYUHADAA’A
Dengan demikian, yang dipandang mudzakkar dan muannatsny
جاء خمسة فتية
JAA’A KHOMSATU FITYATIN = lima orang pemuda telah datang.
>> Lafazh “FITYATIN”
Apabila terdapat dua ma’dud dalam satu ‘adad. Yang satu mudzakkar dan yg lain muannats, maka yg dipandang muannats dan mudzakkarn
Contoh:
حضر سبعة رجال ونساء
HADHORO SAB’ATU RIJAALIN WA NISAA’IN = tujuh orang pria dan wanita telah hadir.
وأقبل خمس نساءٍ ورجال
AQBALA KHOMSATU NISAA’IN WA RIJAALIN = lima orang wanita dan pria telah menghadap.
Akan berbeda nanti hukum mudzakkar dan mu’annatsn
II. Hukum I’robnya : disesuaika
III. Hukum Tamyiznya/
A. Dijadikan mudhaf ilaih dg susunan idhofah, yakni memudhofka
هذه خمسةُ محمد
HADZIHI KHOMSATU MUHAMMADIN
خذ سبعتك
KHUDZ! SAB’ATAKA = ambillah! Tujuhmu. (yakni, ambilah tujuh barangmu)
B. Ma’dudnya berbentuk jamak, yg sering digunakan adalah dalam bentuk Jamak Taksir Qillah. Dan diketahui juga bahwa maksud jamak dalam ma’dud di sini tidak harus berupa bentuk jamak dalam istilah, tapi juga bisa masuk kepada semua jenis isim yg menunjukka
فَخُذْ أَرْبَعَةً
FA KHUDZ! ARBA’ATAN MINATH-THO
جاء ثلاثة من القوم
JAA’A TSALAATSAT
في المزرعة سبع من النخل وتسع من الشجر
FIL MAZRO’ATI SAB’UN MINAN-NAKH
Terkadang juga langsung disusun secara idhofah. Contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
وَكَانَ فِي الْمَدِينَ
WA KAANA FIL-MADIIN
Yang berbeda dengan tiga hal diatas dalam hukum penggunaan
1. Menggunaka
في المعهد ثلثمائة طالب وأربعمائة مقعد
FIL-MA’HAD
2. Menggunaka
خمس صلوات
KHOMSU SHOLAWAATI
Contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ
ALLAHUL-LA
>> Lafazh “SAMAWAATI
ثَلَاثُ عَوْرَاتٍ لَّكُمْ
TSALAATU ‘AUROOTIN = tiga ‘aurat bagi kamu (QS. An-Nur : 58)
>> lafazh “‘AUROOTIN
Demikian juga menggunaka
فِي تِسْعِ آيَاتٍ
FII TIS’I AAYAATIN = termasuk sembilan buah mukjizat (QS. An-Naml : 12)
>> lafazh “AAYAATIN”
Demikian juga menggunaka
يُوسُفُ أَيُّهَا الصِّدِّيق
YUUSUFU AYYUHASH-S
>> lafazh SAB’I “SUNBULAAT
Sedangkan apabila tidak berdamping
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُون
MATSALUL-L
3. Tetap menggunaka
وَالْمُطَل
WAL-MUTHOL
>> ‘Adad TSALAATSAT
C. MI’ATUN (SERATUS) dan ALFUN (SERIBU)
I. Hukum Mudzakkar & Muannatsny
II. Hukum Tamyiznya/
Contoh :
قلَّ من يعيش مائة سنةٍ
QOLLA MA YA’IISYU MI’ATA SANATIN = Jarang orang yg hidup seratus tahun.
Contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
الزَّانِيَ
AZZAANIYAT
يَوَدُّ أَحَدُهُمْ
YAWADDU AHADUHUM LAW YU’AMMARU ALFA SANATIN = Masing-mas
Terkadang menggunaka
وَلَبِثُوا
WA LABITSUU FIY KAHFIHIM TSALAATSA MI’ATIN SINIINA WAZDAADUU TIS’AN = Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). (QS. Al-Kahfi 25).
>> karena dalam ayat ini oleh bacaan salah satu qiro’ah sab’ah (Hamzah dan Al-Kasa’iy
http://