Oleh
: KH. Abdullah
Afif
SEPUTAR
QURBAN (1) : ISTILAH & PENGERTIAN QURBAN DALAM FIQH
Dalam Fiqh Syafi’i istilah
Qurban menggunakan Adhaahi / jama’ dari Dhahiyyah (lihat al Umm juz II halaman
243, Daar al Fikr, dan lihat Raudhah juz I halaman 348, maktabah syamilah) ,
Tadalahiyyah (lihat Raudhah juz I halaman 348, maktabah syamilah) dan Udlhiyyah
(lihat al Muhadzdzab / Al Majmu’ 8/382, maktabah syamilah). Dijelaskan dalam
kitab Fat_hul Wahhab / Hamisy Hasyiyah al- Jamal ‘alaa Syarhil Manhaj juz IV
halaman 250, cetakan Daar Ihya at Turaats al ‘Arabi, Beirut / juz 22 halaman
143, maktabah syamilah:
كِتَابُ
الْأُضْحِيَّةِ
Kitab menerangkan
Udhiyyah
وَهِيَ
مَا يُذْبَحُ مِنْ النَّعَمِ تَقَرُّبًا إلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنْ يَوْمِ عِيدِ
النَّحْرِ إلَى آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ كَمَا سَيَأْتِي وَهِيَ مَأْخُوذَةٌ
مِنْ الضَّحْوَةِ سُمِّيَتْ بِأَوَّلِ زَمَانِ فِعْلِهَا وَهُوَ
الضُّحَى
Udhiyyah yaitu hewan yang
disembelih dari binatang ternak yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada
Allah mulai dari hari ‘iidin nahri (hari raya nahr/ idul adha) sampai akhir hari
tasyriq. Udhiyyah diambil dari kata Dhahwah. Udhiyyah dinamakan dengan awal
waktu pelaksanaannya, yaitu waktu Dhuha.
Sementera istilah Qurban
cakupannya lebih luas. Dalam kitab al Mausuu’atul Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah juz V
halaman 74 (maktabah syamilah) dijelaskan:
اَلْقُرْبَانُ
: مَا يَتَقَرَّبُ بِهِ الْعَبْدُ إِلَى رَبِّهِ ، سَوَاءُ أَكَانَ مِنَ
الذَّبَائِحِ أَمْ مِنْ غَيْرِهَا
.
وَالْعَلَاقَةُ الْعَامَّةُ بَيْنَ الْأُضْحِيَّةِ وَسَائِرِ الْقَرَابِيْنِ
أَنَّهَا كُلَّهَا يُتَقَرَّبُ بِهَا إِلَى اللهِ تَعَالَى ، فَإِنْ كَانَتْ
الْقَرَابِيْنُ مِنَ الذَّبَائِحِ كَانَتْ عَلَاقَةُ الْأُضْحِيَّةِ بِهَا أَشَدَّ
، لِأَنَّهَا يَجْمَعُهَا كَوْنُهَا ذَبَائِحَ يُتَقَرَّبُ بِهَا إِلَيْهِ
سُبْحَانَهُ ، فَالْقُرْبَانُ أَعَمُّ مِنَ الْأُضْحِيَّةِ
Qurban yaitu apa-apa yang
dijadikan oleh seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya, baik berupa
sembelihan atau yang lainnya. Pertalian antara keduanya secara umum adalah
kesemuanya untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Dan jika qurban berupa
sembelihan maka pertalian udhiyyah (QURBAN) dengannya lebih sangat, karena
pertalian tersebut mengumpulkan adanya udhiyyah menjadi sembelihan yang
dijadikan untuk mendekatkan diri kepada_Nya – Maha Suci Dia- (Dengan demikian)
Qurban lebih umum dari Udhiyyah.
QURBAN
DALAM AL QURAN
1.
Qurban Qabil dan Habil
Ketika putra-putra Nabi
Adam ‘alaihissalaam yaitu Qabil dan Habil diperintahkan berqurban. Maka Allah
Ta’ala menerima qurban yang baik dan diiringi ketaqwaan dan menolak qurban yang
tidak baik dan tidak diiringi ketaqwaan. Allah Ta’ala berfirman :
وَاتْلُ
عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ ءَادَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا
فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ قَالَ
لأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Ceritakanlah kepada mereka
kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika
keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka
berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil):
“Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima
(korban) dari orang-orang yang bertaqwa”. [ QS 5 (Al Maidah) : 27 ].
2.
Qurban Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam
Yaitu saat beliau
diperintahkan Allah Ta’ala untuk menyembelih anaknya, Ismail ‘alaihissalaam.
Diceritakan dalam QS 37 (Ash Shaffat) : 102-106
فَلَمَّا
بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي
أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ
سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala anak itu
sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai
anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar.
فَلَمَّا
أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
Tatkala keduanya telah
berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah
kesabaran keduanya).
وَنَادَيْنَاهُ
أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ
Dan Kami panggillah dia:
"Hai Ibrahim,
قَدْ
صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
sesungguhnya kamu telah
membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik.
إِنَّ
هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ
Sesungguhnya ini
benar-benar suatu ujian yang nyata.
وَفَدَيْنَاهُ
بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
Dan Kami tebus anak itu
dengan seekor sembelihan yang besar.
PERUMPAMAAN
QURBAN DALAM AL HADITS
Dalam kitab al Muwaththa /
Tanwiirul Hawaalik juz I halaman 121-122, cetakan Toha Putera
حَدَّثَنِي
يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ
الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْأُولَى فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً
وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً وَمَنْ
رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ وَمَنْ
رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً وَمَنْ رَاحَ
فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً فَإِذَا خَرَجَ
الْإِمَامُ حَضَرَتْ الْمَلَائِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ
….dari Abu Hurairah,
sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa
mandi hari Jumat seperti mandi janabat lalu berangkat pada waktu yang pertama,
maka seakan ia telah berqurban dengan seekor unta. Barangsiapa berangkat pada
waktu yang kedua, maka seakan-akan dia berqurban dengan seekor sapi. Barangsiapa
berangkat pada waktu yang ketiga, maka seakan dia berqurban dengan seekor
kambing. Barangsiapa berangkat pada waktu yang keempat, maka seakan dia
berqurban dengan seekor ayam. Dan barangsiapa berangkat pada waktu yang kelima,
maka seakan dia berqurban dengan sebutir telur. Maka jika imam telah datang,
para malaikat hadir untuk mendengarkan khutbah.
KAPAN
QURBAN DISYARI’ATKAN ?
Dalam kitab al Fiqhul
Islamy wa Adillatuhuu juz IV halaman 244, maktabah syamilah,
diterangkan:
وَقَدْ
شُرِّعَتْ فِي السَّنَةِ الثَّانِيَةِ مِنَ الْهِجْرَةِ كَالزَّكَاةِ وَصَلَاةِ
الْعِيْدَيْنِ
Ibadah qurban mulai
diyari’atkan pada tahun kedua hijrah, sebagaimana pensyari’atan zakat dan dua
ied.
KEUTAMAAN
QURBAN
Dalam Kitab Hasyiyah Asy
Syarqaawi ‘alaa Tuhfatiththullaab juz II halaman 463, cetakan Daar al Fikr,
Beirut : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا
عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً اَحَبَّ اِلَى اللهِ مِنْ إِرَاقَةِ
الدَّمٍ اِنَّهَا لَتَأْتِى يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِقُرُوْنِهَا وَ اَظْلاَفِهَا
وَاِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللهِ قَبْلَ اَنْ يَقَعَ مِنَ اْلاَرْضِ
فَطِيْبُوْا بِهَا نَفْسًا.
MAA ‘AMILA IBNU AADAMA
YAUMANNAHRI ‘AMALAN AHABBA ILALLAAHI MIN IRAAQATIDDAMI . INNAHAA LA TA`TII
YAUMAL QIYAAMATI BIQURUUNIHAA WA AZHLAAFIHAA . WA INNADDAMA LAYAQA’U MINALLAAHI
QAABLA AN YAQA’A MINAL ARDHI FATHIIBUU BIHAA NAFSAN
“Tidak beramal anak Adam
pada hari Nahr ('Iedul Adha) yang paling disukai Allah selain daripada
mengalirkan darah (menyembelih qurban). Qurban itu akan datang kepada
orang-orang yang melakukannya pada hari qiyamat dengan tanduk dan kukunya. Darah
qurban itu lebih dahulu jatuh ke suatu tempat yang disediakan Allah sebelum
jatuh ke atas tanah. Oleh sebab itu, berqurbanlah dengan senang
hati.”
Catatan : Hadits diatas
diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam Sunannya (juz III halaman 26, cetakan ke
II tahun 1403 H – 1983 M Daar al Fikr, nomor hadits 1526 / juz IV halaman 83,
nomor hadits 1493, maktabah syamilah). Sanad dan matannya sbb:
حدثنا
ابو عمرو مسلم بن عمرو بن مسلم الحذاء المدني حدثنا عبد الله بن نافع الصائغ أبو
محمد عن ابي المثنى عن هشام بن عروة عن ابيه عن عائشة : أن رسول الله صلى الله عليه
و سلم قال
مَا
عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ اَحَبَّ اِلَى اللهِ مِنْ إِهْرَاقِ
الدَّمٍ اِنَّهَا لَتَأْتِى يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِقُرُوْنِهَا وأَشْعَارِهَا وَ
اَظْلاَفِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللهِ قَبْلَ اَنْ يَقَعَ مِنَ
اْلاَرْضِ فَطِيْبُوْا بِهَا نَفْسًا
Dan diriwayatkan oleh Imam
Ibnu Majah dalam kitab Sunannya juz II halaman 1045, nomor hadits 3126. Matannya
sbb:
مَا
عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً اَحَبَّ اِلَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ
مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَاِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِقُرُوْنِهَا وَ
اَظْلاَفِهَا وأَشْعَارِهَا وَاِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ
بِمَكَانٍ قَبْلَ اَنْ يَقَعَ عَلَى اْلاَرْضِ فَطِيْبُوْا بِهَا
نَفْسًا
Dan diriwayatkan oleh Imam
Hakim dalam al Mustadrak juz IV halaman 347, nomor hadits 7603, maktabah
syamilah. Matannya sbb:
مَا
تُقُرِّبَ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى يَوْمَ النَّحْرِ بِشَيْءٍ هُوَ أَحَبُّ إِلَى
اللَّهُ تَعَالَى مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ وَأَنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهُ
تَعَالَى بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ فَيَطِيبُوا بِهَا
نَفْسًا
Derajat Hadits :
Imam Tirmidzi
berkata:
هَذَا
حَدِيْثٌ حَسَنٌ غَرِيْبٌ
Ini hadits hasan
gharib
Imam Hakim
berkata:
هَذَا
حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ
Ini hadits shahih
isnad
Dalam Kitab Hasyiyah Asy
Syarqaawi ‘alaa Tuhfatiththullaab berikutnya:
وَذَكَرَ
الرَّافِعِيُّ وَابْنُ الرِّفْعَةِ حَدِيثَ عَظِّمُوا ضَحَايَاكُم فَإِنَّهَا عَلَى
الصِّرَاطِ مَطَايَاكُمْ وَهُوَ فِيْ مُسْنَدِ الْفِرْدَوْسِ لِأَبِيْ مَنْصُوْرٍ
الدَّيْلَمِيْ لَكِنْ بِلَفْظِ اِسْتَفْرِهُوْ بَدَلَ عَظِّمُوْا
Imam Rafi’I dan Imam
Ibnurrurrif’ah menuturkan hadits : ‘AZHZHIMUU DHAHAAYAKUM FA INNAHAA
‘ALASHSHIRAATHI MATHAAYAAKUKUM. (Besarkanlah hewan-hewan qurban kalian, karena
sesungguhnya hewan itu akan menjadi tumpangan kalian di shirath). Hadits ini
dalam Musnad Firdaus li Abii Manshuur ad Dailami, akan tetapi dengan lafazh :
ISTAFRIHUU (pilihlah yang bagus) sebagai pengganti lafazh : ‘AZHZHIMUU
(besarkanlah).
Derajat hadits :
al Hafizh Ibn Hajar dalam
kitab at Talkhiis al Habir juz IV halaman 138, maktabah syamilah
mengatakan:
قُلْت
أَخْرَجَهُ صَاحِبُ مُسْنَدِ الْفِرْدَوْسِ من طَرِيقِ بن الْمُبَارَكِ عن يحيى بن
عُبَيْدِ اللَّهِ بن مَوْهَبٍ عن أبيه عن أبي هُرَيْرَةَ رَفَعَهُ اسْتَفْرِهُوا
ضَحَايَاكُمْ فَإِنَّهَا مَطَايَاكُمْ على الصِّرَاطِ وَيَحْيَى ضَعِيفٌ
جِدًّا
…wa Yahya dha’if
jiddan
Dalam Kitab Bulughul Maram
lil Hafizh Ibn Hajar/ Subulussalaam juz IV halaman 90, cetakan Daar Al Fikr /
halaman 534, maktabah syamilah:
وَعَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ - صلى الله عليه
وسلم -"مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ, فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا" -
رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَابْنُ مَاجَه, وَصَحَّحَهُ اَلْحَاكِمُ, لَكِنْ رَجَّحَ
اَلْأَئِمَّةُ غَيْرُهُ وَقْفَه
Dari Abu Hurairah
radhiyallaahu ‘anhu, berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alahihi wasallam bersabda
: MAN KAANA LAHUU SA’ATUN WALAM YUDHAHHI FALAA YAQRABANNA MUSHALLAANAA. “siapa
yang mempunyai keleluasaan untuk berqurban, kemudian ia tidak berqurban, maka
janganlah ia mendekati tempat salat kami.” HR. Ahmad, Ibnu Majah, dishahihkan
oleh Hakim, akan tetapi para imam dan lainnya menguatkan mauqufnya
hadits.
Al Hafizh Ibn Hajar
menjelaskan dalam Fat-hul Bari juz X halaman 3, maktabah syamilah:
أَخْرَجَهُ
ابْنُ مَاجَهْ وَأَحْمَدُ وَرِجَالُهُ ثِقَاتٌ، لَكِنْ اخْتُلِفَ فِي رَفْعِهِ
وَوَقْفِهِ، وَالْمَوْقُوْفُ أَشْبَهُ بِالصَّوَابِ قَالَهُ الطَّحَاوِي
وَغَيْرُهُ،
“Para rawi hadis itu
tsiqat, namun diperselihkan tentang marfu ' dan mauqufnya. Penetapan mauquf
lebih mendekati kebenaran sebagaimana dikatakan at-Thahawi dan yang lainnya.
Berikut sanad dan matan Sunan Ibn Majah juz II halaman 1044, nomor Hadits
3123
حدثنا
أبو بكر بن أبي شيبة . حدثنا زيد بن الحباب . حدثنا عبد الله بن عياش عن عبد الرحمن
الأعرج عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم : قال ( مَنْ كَانَ لَهُ
سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا )
Dan berikut sanad dan matan
Musnad Ahmad juz XIV halaman 24, nomor hadits 8273, maktabah
syamilah:
حَدَّثَنَا
أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ هُرْمُزَ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ
فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا
ASAL
QURBAN
Dalam kitab kitab Fat_hul
Wahhab / Hamisy Hasyiyah al- Jamal ‘alaa Syarhil Manhaj juz IV halaman 250,
cetakan Daar Ihya at Turaats al ‘Arabi, Beirut / juz 22 halaman 143, maktabah
syamilah:
وَالْأَصْلُ
فِيهَا قَبْلَ الْإِجْمَاعِ قَوْله تَعَالَى { فَصَلِّ لِرَبِّك وَانْحَرْ } أَيْ
صَلِّ صَلَاةَ الْعِيدِ وَانْحَرْ النُّسُكَ وَخَبَرُ مُسْلِمٍ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ
اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ { ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقَرْنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى
وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا }
Asal didalam Qurban sebelum
ijma’ adalah firman Allah Ta’ala : FASHALLI LIRABBIKA WANHAR. Maka dirikanlah
shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. maksudnya : Shalatlah id , dan
sembelihlah nusuk (Nusuk = sembelihan, lihat tafsir Ibnu Katsier juz III halaman
382).
Dan khabar (Hadits) Muslim
dari Anas radhiyallaahu ta’aalaa ‘anhu, berkata : DHAHHAA ANNABIYYU SHALLALLAAHU
‘ALAIHI WASALLAM BIKABSYAINI AMLAHAINI AQRANAINI DZABAHAHUMAA BIYADIHII WASAMMAA
WAKABBARA WAWADHA’A RIJLAHUU ‘ALAA SHIFAAHIHIMAA
Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam berkurban dengan ekor domba jantan yang dominasi warna putih dan
bertanduk. Beliau menyembelihnya dengan tangannya sendiri, membaca basmalah dan
bertakbir serta meletakkan kaki beliau di atas samping leher kedua domba
tersebut”.
Berikut sanad dan matan
Shahih Muslim (Shahih Muslim Bisyarhinnawawi juz XIII halaman 119-121cetakan ke
III tahun 1398 H – 1978 M Daar al Fikr) / juz VI halaman 77, nomor hadits 5199,
maktabah syamilah :
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ
قَالَ ضَحَّى النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ
أَقْرَنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى
صِفَاحِهِمَا.
Telah menceritakan kami
Qutaibah ibn Sa’id, telah menceritakan kami Abu ‘Awanah dari Qatadah dari Anas,
berkata:
Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam berkurban dengan ekor domba jantan yang dominasi warna putih dan
bertanduk. Beliau menyembelihnya dengan tangannya sendiri, membaca basmalah dan
bertakbir serta meletakkan kaki beliau di atas samping leher kedua domba
tersebut.”.
Bersambung, Insya
Allah
Link Asal :
www.fb.com/groups/piss.ktb/486152928074187/