Dari Sulaiman bin Buraidah dari bapaknya ia berkata; Rasulullah shallallah u 'alaihi wasallam mengajarka n
kepada mereka apa yang mesti mereka kerjakan apabila mereka hendak
keluar ziarah kubur. Maka salah seorang dari mereka membaca do'a
sebagaiman a yang tertera dalam riwayat Abu Bakar; "As Salaamu 'ala ahlid diyaar" -sementara dalam riwayat Zuhair- "Assalaamu 'alaikum ahlad diyaari minal mukminiin was muslimiin wa inna insyaa'All ahu bikum laahiquun asalullaha lanaa walakumul 'aafiyah" (Semoga keselamata n tercurah bagi penghuni (kubur) dari kalangan orang-oran g
mukmin dan muslim dan kami insya Allah akan menyusul kalian semua.
Saya memohon kepada Allah bagi kami dan bagi kalian Al 'Afiyah
(keselamat an)" (HR Muslim 1620)
Kita sudah paham bahwa berdoa di Raudhah, Multazam, Hijr Ismail, Maqom Ibrahim maupun Safa dan Marwa adalah alternatif agar doa mustajab atau agar doa sampai (wushul) kepada Allah. Disanalah para malaikat setia di atas jejak-jeja k Rasulullah shallallah u alaihi wasallam dan jejak-jeja k kaum muslim yang telah meraih maqom disisiNya.
Para malaikat berada di atas jejak-jeja k kaum muslim yang telah meraih maqom disisiNya, seperti berada pada baju bekas, potongan rambut, air liur dan lain lain akan memberikan manfaat atau barokah (berkat) atas doa yang dipanjatka n kepada Allah Azza wa Jalla yang dinamakan bertabarru k.
Firman Allah ta’ala yang artinya,
“Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanla h dia kewajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku” (QS Yusuf [12]:93)
Setelah itu, ia meneruskan ucapannya; ‘Jubah ini dahulu ada pada Aisyah hingga ia meninggal dunia. Setelah ia meninggal dunia, maka aku pun mengambiln ya. Dan dahulu Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam sering mengenakan nya. Lalu kami pun mencuci dan membersihk annya untuk orang sakit agar ia lekas sembuh dengan mengenakan nya. (HR Muslim 3855)
“Dan Telah menceritak an kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Ibnu Numair dan Abu Kuraib mereka berkata, telah mengabarka n kepada kami Hafsh bin Ghiyats dari Hisyam dengan isnad ini. Adapun Abu Bakr, maka ia berkata dalam riwayatnya ; (Beliau bersabda kepada tukang cukur): HAA (cukurlah rambutku). Beliau sambil memberi isyarat ke arah kepala bagian kanannya seperti ini. Lalu beliau membagi-ba gikan rambutnya kepada mereka yang berada di dekat beliau”. (HR Muslim 2298)
“Lalu Rasulullah bertanya; Di mana Ali bin Abu Thalib? Para sahabat menjawab; Ia sedang menderita sakit mata ya Rasulullah . Rasulullah berkata, Bawalah ia kemari! Tak lama kemudian, Ali bin Abu Thalib datang menemui Rasulullah . Lalu Rasulullah meludahi kedua matanya dan berdoa untuk kesembuhan nya. Tak lama kemudian kedua mata Ali sembuh tanpa ada rasa sakit lagi. (HR Muslim 4423)
Telah menceritak an kepadaku Shadaqah bin Al Fadl telah mengabarka n kepada kami Ibnu ‘Uyainah dari ‘Abdurrabb ihi bin Sa’id dari ‘Amrah dari ‘Aisyah dia berkata; Biasanya dalam meruqyah, beliau membaca: BISMILLAHI
TURBATU ARDLINA BI RIIQATI BA’DLINA YUSYFAA SAQIIMUNA BI IDZNI RABBINA
(Dengan nama Allah, Debu tanah kami dengan ludah sebagian kami semoga
sembuh orang yang sakit dari kami dengan izin Rabb kami (HR Bukhari
5304)
Yang dimakasud “ludah sebagian kami” adalah ludah hambaNya yang telah meraih maqom disisiNya.
Begitupula telah dicotohkan oleh para Sahabat bertawassu l dan bertabarru k dengan surah Al Fatihah
Telah menceritak an kepada kami Yahya bin Yahya At Tamimi; Telah mengabarka n kepada kami Husyaim dari Abu Bisyr dari Abu Al Mutawakkil dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa beberapa orang sahabat melakukan perjalanan jauh dan berhenti untuk istirahat pada salah satu perkampung an
‘Arab, lalu mereka minta dijamu oleh penduduk kampung itu. Tetapi
penduduk enggan menjamu mereka. Penduduk bertanya kepada para sahabat;
‘Adakah di antara tuan-tuan yang pandai mantera? Kepala kampung kami
digigit serangga.’ Menjawab seorang sahabat; ‘Ya, ada! Kemudian dia mendatangi kepala kampung itu dan memanterai nya
dengan membaca surat Al Fatihah. Maka kepala kampung itu pun sembuh.
Kemudian dia diberi upah kurang lebih tiga puluh ekor kambing. Tetapi
dia enggan menerima seraya mengatakan ; ‘Tunggu! Aku akan menanyakan nya lebih dahulu kepada Nabi shallallah u ‘alaihi wasallam, apakah aku boleh menerimany a.’ Lalu dia datang kepada Nabi shallallah u ‘alaihi wasallam menanyakan nya hal itu, katanya; ‘Ya, Rasulullah ! Demi Allah, aku telah memanterai seseorang dengan membacakan surat Al Fatihah.’ Beliau tersenyum mendengar cerita sahabatnya dan bertanya: ‘Bagaimana engkau tahu Al Fatihah itu mantera? ‘ Kemudian sabda beliau pula: ‘Terimalah pemberian mereka itu, dan berilah aku bagian bersama-sa ma denganmu.’ Telah menceritak an kepada kami Muhammad bin Basysyar dan Abu Bakr bin Nafi’ keduanya dari Ghundar Muhammad bin Ja’far dari Syu’bah dari Abu Bisyr melalui jalur ini, dia menyebutka n di dalam Haditsnya; ‘Kemudian orang itu mulai membacakan Ummul Qur’an, dan mengumpulk an ludahnya lalu memuntahka nnya, setelah itu orang itu sembuh. (HR Muslim 4080)
Bagi kaum muslim yang belum mampu menunaikan ibadah haji atau umrah maka sebagai alternatif doa agar sampai (wushul) kepada Allah adalah menziarahi kubur dan bertawassu l dan bertabarru k dengan kaum muslim yang telah meraih maqom disisiNya
Kaum muslim yang melakukan ibadah ziarah kubur dengan bertawassu l maksudnya mereka memohon kepada Allah Azza wa Jalla dengan perantaraa n (washilah) maqom keutamaan ahli kubur disisi Allah ta’ala.
Kaum muslim yang bertawassu l paham sekali bahwa hanya Allah Azza wa Jalla yang mengabulka n permohonan bukan ahli kubur yang ditawassul kan dan Allah Azza wa Jalla menyukai disebut nama-nama hambaNya yang telah meraih maqom disisiNya ketika hambaNya berdoa.
Muslim yang dekat dengan Allah atau muslim yang meraih maqom disisiNya yakni muslim yang berakhlaku l karimah, muslim yang sholeh, muslim yang ihsan, muslim yang bermakrifa t (muslim yang membenarka n dan menyaksika n Allah dengan hatinya / ain bashiroh)
Muslim yang dekat dengan Allah atau muslim yang meraih maqom disisiNya yakni muslim yang telah dikaruniak an ni’mat oleh Allah Azza wa Jalla sehingga selalu berada dalam kebenaran, selalu berada pada jalan yang lurus.
Firman Allah ta’ala yang artinya,
“Tunjukilah kami jalan yang lurus , (yaitu) jalan orang-oran g yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka….” (QS Al Fatihah [1]:6-7)
“Dan barangsiap a yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya) , mereka itu akan bersama-sa ma dengan orang-oran g yang dianugerah i ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqii n, orang-oran g yang mati syahid, dan orang-oran g sholeh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-bai knya .” (QS An Nisaa [4]: 69)
Muslim yang terbaik untuk bukan Nabi dan meraih maqom
disisiNya sehingga menjadi kekasih Allah (wali Allah) dengan mencapai
shiddiqin, muslim yang membenarka n dan menyaksika n Allah dengan hatinya (ain bashiroh) atau muslim yang bermakrifa t. Bermacam-m acam tingkatan shiddiqin sebagaiman a yang diuraikan dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/01/14/ 2011/09/28/ maqom-wali- allah/
Rasa tenang dan khidmat dalam berdoa akan didapatkan
ketika berada di makam kaum muslim yang telah meraih maqom disisiNya
sebagai berkat atau barokah dari ahli kubur yang selalu berdzikir
kepada Allah Azza wa Jalla
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam telah bersabda: “Maukah kalian saya beritahu orang yang terbaik di antara kalian?” mereka menjawab: “mau wahai Rasulullah” beliau bersabda: “yaitu orang-oran g yang bila kalian melihatnya , mereka itu selalu berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla.”
Kaum muslim yang telah meraih maqom disisiNya, setelah wafat, mereka menjadi penduduk langit dan selalu berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla
Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku mendatangi
-dan pada riwayat Haddab- Aku melewati Musa pada malam aku di
isra’kan, yaitu di samping bukit merah sedang shalat di dalam
kuburannya .” (HR Muslim 4379)
Telah menceritak an kepada kami ‘Abdah bin Sulaiman dari Sufyan dari Sulaiman At Taimi Aku mendengar Anas berkata; Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku melawati Musa yang sedang shalat di dalam kuburannya (HR Muslim 4380)
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya, “Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyataka n kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Al Hadid [57] : 1 )
Para Sahabat ketika duduk dalam shalat (tahiyyat) , bertawasu l dengan menyebut nama-nama orang-oran g sholeh yang telah wafat maupun dengan para malaikat namun Rasulullah shallallah u alaihi wasallam mengajarka n untuk menyingkat nya menjadi “Assalaamu ’alaina wa’alaa ‘ibaadilla ahish shoolihiin ”, maka hal itu sudah mencakup seluruh hamba-hamb a
Allah yang sholeh baik di langit maupun di bumi“. Hamba Allah yang
sholeh di langit maknanya penduduk langit, para malaikat dan kaum
muslim yang telah meraih maqom disisiNya yang telah wafat , dan hamba
sholeh di bumi adalah hamba Allah yang sholeh yang masih hidup.
Telah menceritak an kepada kami Umar bin Hafsh telah menceritak an kepada kami Ayahku telah menceritak an kepada kami Al A’masy dia berkata; telah menceritak an kepadaku Syaqiq dari Abdullah dia berkata; Ketika kami membaca shalawat di belakang Nabi shallallah u ‘alaihi wasallam, maka kami mengucapka n: ASSALAAMU ‘ALALLAHI QABLA ‘IBAADIHI, ASSALAAMU ‘ALAA JIBRIIL, ASSSALAAMU ‘ALAA MIKAA`IIL, ASSALAAMU ‘ALAA FULAAN WA FULAAN (Semoga keselamata n terlimpahk an kepada Allah, semoga keselamata n terlimpah kepada Jibril, Mika’il, kepada fulan dan fulan). Ketika Nabi shallallah u ‘alaihi wasallam selesai melaksanak an shalat, beliau menghadapk an wajahnya kepada kami dan bersabda: Sesungguhn ya Allah adalah As salam, apabila salah seorang dari kalian duduk dalam shalat (tahiyyat) , hendaknya mengucapka n; AT-TAHIYYA TUT LILLAHI WASH-SHALA WAATU WATH-THAYY IBAATU, ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN-NA BIYYU WA RAHMATULLA HI WA BARAKAATUH , ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALA ‘IBAADILLA AHISH SHAALIHIIN , (penghorma tan, rahmat dan kebaikan hanya milik Allah. Semoga keselamata n, rahmat, dan keberkahan tetap ada pada engkau wahai Nabi. Keselamata n juga semoga ada pada hamba-hamb a Allah yang shalih. Sesungguhn ya jika ia mengucapka nnya, maka hal itu sudah mencakup seluruh hamba-hamb a yang shalih baik di langit maupun di bumi, lalu melanjutka n; ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN
‘ABDUHU WA RASUULUH (Aku bersaksi bahwa tiada Dzat yang berhak
disembah selain Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya ). Setelah itu ia boleh memilih do’a yang ia kehendaki. (HR Bukhari 5762)
Kaum muslim yang telah meraih maqom disisiNya dan wafat, di
alam kubur mereka ditemani oleh malaikat dan ruhnya atau amal sholehnya
sehingga para peziarah akan mendapatka n barokah (berkat) atas doa yang dipanjatka n kepada Allah Azza wa Jalla
Imam Syafi’i ~ rahimahull ah mengatakan “Sesungguh nya saya memperhati kan anak Adam, setiap mereka itu dicintai, mereka terikat oleh cinta orang yang mencintain ya, dan sebagian orang yang dicintainy a itu ditemani oleh kekasihnya sampai kepada masa sakit diambang kematianny a. Sebagian lagi ditemani oleh sang kekasih sampai ke pintu kubur, kemudian semuanya kembali dan meninggalk annya sendirian. Tidak seorang pun yang mendamping inya di alam kubur. Maka aku pun berfikir dan berkata “sebaik-ba ik orang yang dicintai seseorang adalah yang ikut menemaniny a ke dalam kubur, mendamping i
serta memberi manfaat kepadanya di alam kubur. Maka tidak satupun yang
bisa melakukan itu selain amal sholeh, maka akhirnya aku menjadikan amal Sholeh sebagai kekasih sejatiku, supaya nanti dia menjadi penerang di kubur saya kelak, mendamping i serta tidak meninggalk an saya sendirian”
Imam Ahmad dalam kitabnya Al-Musnad menyebutka n bahwa Al-Bara’ ibn ‘Azib menyampaik an sabda Rasulullah shallallah u
alaihi wasallam tentang seorang hamba yang beriman telah meninggal
dunia dan menghadap ke akhirat, Ruhnya kemudian dikembalik an ke bumi, lalu datanglah dua orang malaikat yang kemudian mendudukka nnya, Mereka lantas bertanya kepadanya, “Siapakah Tuhan Anda ?” Ia menjawab, “Tuhanku adalah Allah “.
Kedua malaikat itu bertanya lagi, “Apakah agama Anda?” Ia menjawab, “Agamaku adalah Islam.”
Kedua malaikat itu bertanya lagi, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada Anda?”
Jawabnya, “Beliau adalah (Muhammad) Rasulullah .” Malaikat itu bertanya, “Dari mana Anda tahu ?” Ia menjawab, “Aku telah membaca Kitab Allah. Aku mengimani dan membenarka nnya.”
Lalu terdengarl ah sebuah panggilan dari langit, “Jika memang hamba-Ku ini benar, maka hamparkanl ah untuknya (permadani ) dari surga, berilah ia pakaian dari surga, dan bukakanlah untuknya pintu yang menuju surga.” Kemudian ruh orang yang beriman dikembalik an ke jasadnya beserta bau wamgi-wang iannya, lalu diluaskan kuburannya sejauh mata memandang. Selanjutny a datanglah seorang laki-laki tampan yang berpakaian bagus dan berbau harum. Ia berkata, “Berbahagi alah dengan segala yang membahagia kan Anda. Ini adalah hari kebahagiaa n Anda yang telah Allah janjikan.” Orang beriman tersebut bertanya, “Siapakah engkau? Wajahmu tampan sekali.” Ia menjawab, “Aku adalah amal saleh Anda.”
Begitupula para Sahabat telah mencontohk an berdoa kepada Allah Azza wa Jalla memohon diturunkan hujan dengan berziarah dan bertawassu l dengan Rasulullah dan paman Nabi.
Ibnu katsir dalam kitab tarikhnya 7/105:
: ” وقال الحافظ أبو بكر البيهقي: أخبرنا أبو نصر بن قتادة، وأبو بكر
الفارسي قالا: حدثنا أبو عمر بن مطر، حدثنا إبراهيم بن علي الذهلي، حدثنا
يحيى بن يحيى، حدثنا أبو معاوية، عن الأعمش، عن أبي صالح، عن مالك قال:
أصاب الناس قحط في زمن عمر بن الخطاب، فجاء رجل إلى قبر النبي صلى الله
عليه وسلم. فقال: يا رسول الله استسق الله لأمتك فإنهم قد هلكوا. فأتاه
رسول الله صلى الله عليه وسلم في المنام فقال: إيت عمر، فأقرئه مني السلام،
وأخبرهم أنه مسقون، وقل له عليك بالكيس الكيس. فأتى الرجل فأخبر عمر،
فقال: يا رب ما ءالوا إلا ما عجزت عنه. وهذا إسناد صحيح” اهـ
Berkata al hafidz Abu Bakar al Baihaqi, telah menceritak an Abu Nashar bin Qutadah dan Abu bakar al Farisi, mereka berdua berkata: telah menceritak an kepada kami Abu Umar bin Mathor, telah menceritak an kepada kami Ibrahim bin Ali Addzahli, telah menceritak an kepada kami Yahya bin Yahya, telah menceritak an kepada kami Abu Mu’awiyah dari ‘Amasy dari Abi Shalih dari Malik Ad Daar Ia berkata, “
Orang-oran g mengalami kemarau panjang saat pemerintah an Umar. Kemudian seorang laki-laki datang ke makam Nabi Shallallah u alaihi wasallam dan berkata “Ya Rasulullah Shallallah u alaihi wasallam mintakanla h hujan untuk umatmu karena mereka telah binasa”.
Kemudian orang tersebut mimpi bertemu Rasulullah shallallah u alaihi wasallam dan dikatakan kepadanya “datanglah kepada Umar dan ucapkan salam untuknya beritahuka n kepadanya mereka semua akan diturunkan hujan. Katakanlah kepadanya “bersikapl ah bijaksana, bersikapla h bijaksana” . Maka laki-laki tersebut menemui Umar dan menceritak an kepadanya akan hal itu. Kemudian Umar berkata “Ya Tuhanku aku tidak melalaikan urusan umat ini kecuali apa yang aku tidak mampu melakukann ya” (Sanadnya shahih adalah penetapan dari Ibnu katsir. Malik adalah Malik Ad Daar dan ia seorang bendahara gudang makanan pada pemerintah an Umar,ia adalah tsiqoh)
Al hafidz Ibnu Hajar al Asqolani dalam fathul bari juz 2 pada kitab aljumah bab sualun nas al imam idza qohathu”,
:” وروى ابن أبي شيبة بإسناد صحيح من رواية أبي صالح السمان عن مالك
الدار وكان خازن عمر قال ” أصاب الناس قحط في زمن عمر فجاء رجل إلى قبر
النبي صلى الله عليه وسلم صلى الله عليه وسلم فقال: يا رسول الله استسق
لأمتك فإنهم قد هلكوا، فأتى الرجل في المنام فقيل له: ائت عمر ” الحديث.
Diriwayatk an
oleh Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang shahih dari riwayat Abu Shalih
As Saman dari Malik Ad Daar seorang bendahara Umar. Ia berkata
“Orang-ora ng mengalami kemarau panjang saat pemerintah an Umar. Kemudian seorang laki-laki datang ke makam Nabi Shallallah u alaihi wasallam dan berkata “Ya Rasulullah Shallallah u alaihi wasallam mintakanla h hujan untuk umatmu karena mereka telah binasa datanglah kepada Umar dst..dan laki2 itu adalah bilal bin haris almuzani”.
Berikut hadits terkait dengan bertawassu l
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَا رِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُثَنَّ ى عَنْ ثُمَامَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّاب ِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ إِذَا قَحَطُوا اسْتَسْقَى بِالْعَبَّ اسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِ بِ فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّل ُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّن َا فَتَسْقِين َا وَإِنَّا نَتَوَسَّل ُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا قَالَ فَيُسْقَوْ نَ
Telah menceritak an kepada kami Al Hasan bin Muhammad berkata, telah menceritak an kepada kami Muhammad bin ‘Abdullah Al Anshari berkata, telah menceritak an kepadaku bapakku ‘Abdullah bin Al Mutsanna dari Tsumamah bin ‘Abdullah bin Anas dari Anas bin Malik bahwa ‘Umar bin Al Khaththab radliallah u ‘anhu ketika kaum muslimin tertimpa musibah, ia meminta hujan dengan berwasilah kepada ‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib seraya berdo’a, Ya Allah, kami meminta hujan kepada-Mu dengan perantaraa n Nabi kami, kemudian Engkau menurunkan hujan kepada kami. Maka sekarang kami memohon kepada-Mu dengan perantaraa n paman Nabi kami,, maka turunkanla h hujan untuk kami. Anas berkata, Mereka pun kemudian mendapatka n hujan. (HR Bukhari 954)
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَا رِيُّ حَدَّثَنِي أَبِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُثَنَّ ى عَنْ ثُمَامَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّاب ِ كَانَ إِذَا قَحَطُوا اسْتَسْقَى بِالْعَبَّ اسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِ بِ فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّل ُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّن َا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَسْقِين َا وَإِنَّا نَتَوَسَّل ُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا قَالَ فَيُسْقَوْ نَ
Telah bercerita kepada kami Al Hasan bin Muhammad telah bercerita kepada kami Muhammad bin ‘Abdullah Al Anshariy telah bercerita kepadaku bapakku, ‘Abdullah bin Al Mutsannaa dari Tsumamah bin ‘Abdullah bin Anas dari Anas radliallah u ‘anhu bahwa ‘Umar bin Al Khaththab ketika mereka ditimpa musibah kekeringan dia meminta hujan dengan berwasilah kepada ‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib seraya berdo’a; ALLOOHUMMA INNAA KUNNA NATAWASSAL U ILAIKA BIN ABIYYINAA MUHAMMAD SHALLALLAH U’ALAIHIWA SALLAM FATASQIINA A WA-INNAA NATAWASSAL U ILAIKA BI’AMMI NABIYYINAA FASQINAA Ya Allah, kami dahulu pernah meminta hujan kepada-Mu dengan perantaraa n Nabi kami kemudian Engkau menurunkan hujan kepada kami. Maka sekarang kami memohon kepada-Mu dengan perantaraa n paman Nabi kami, maka turunkanla h hujan untuk kami. Anas berkata; Kemudian turunlah hujan. (HR Bukhari 3434)
Begitupula sebagaiman a yang disampaika n Sahabat Nabi sebagaiman a yang terlukis pada Tafsir Ibnu Katsir pada ( QS An Nisaa [4] : 64 ) Scan kitab tafsir dapat dibaca pada http:// mutiarazuhu d.files.wo rdpress.co m/2011/09/ ikjuz5p281_ 285.pdf
Berikut kutipannya
**** awal kutipan ****
Al-Atabi ra menceritak an bahwa ketika ia sedang duduk di dekat kubur Nabi Shallallah u alaihi wasallam, datanglah seorang Arab Badui, lalu ia mengucapka n, “Assalamu’ alaika, ya Rasulullah (semoga kesejahter aan terlimpahk an kepadamu, wahai Rasulullah ). Aku telah mendengar Allah ta’ala berfirman yang artinya, ‘Sesungguh nya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka menjumpai Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang‘ (QS An-Nisa: 64),
Sekarang aku datang kepadamu, memohon ampun bagi dosa-dosak u (kepada Allah) dan meminta syafaat kepadamu (agar engkau memohonkan ampunan bagiku) kepada Tuhanku.”
Kemudian lelaki Badui tersebut mengucapka n syair berikut , yaitu: “Hai sebaik-bai k orang yang dikebumika n di lembah ini lagi paling agung, maka menjadi harumlah dari pancaran keharumann ya semua lembah dan pegunungan ini. Diriku sebagai tebusan kubur yang engkau menjadi penghuniny a; di dalamnya terdapat kehormatan , kedermawan an, dan kemuliaan. “
Kemudian lelaki Badui itu pergi, dan dengan serta-mert a mataku terasa mengantuk sekali hingga tertidur.
Dalam tidurku itu aku bermimpi bersua dengan Nabi shallallah u alaihi wasallam., lalu beliau shallallah u alaihi wasallam bersabda, “Hai Atabi, susullah orang Badui itu dan sampaikanl ah berita gembira kepadanya bahwa Allah telah memberikan ampunan kepadanya! ”
***** akhir kutipan *****
Tulisan kali ini kami akhiri dengan saling mengingatk an, berhati-ha tilah menyebarlu askan atau menyampaik an sesuatu yang tidak diketahui atau tanpa ilmu, apalagi memperolok -olok, mencela amal kebaikan yang dilakukan oleh saudara muslimnya lainnya.
Rasulullah mengatakan , “Apa yang aku perintahka n maka kerjakanla h semampumu dan apa yang aku larang maka jauhilah“. (HR Bukhari).
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda, “mencela seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhny a adalah kekufuran”. (HR Muslim).
Firman Allah ta'ala yang artinya,
"Apakah kamu tidak melihat kepada orang-oran g yang membantah ayat-ayat Allah? Bagaimanak ah mereka dapat dipalingka n?" (QS Al Mu'min [40]:69)
"Dan di antara manusia (ada) orang yang memperguna kan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatka n (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahua n dan menjadikan jalan Allah itu olok-oloka n. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinaka n." (QS Al Luqman [31]:6)
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830