PERTANYAAN :
> Kang Slimin
Boleh numpang tanya dan penerangan di malam gelap ini. . .
Mencium tangan kepada orang alim, guru, orang tua, mertua, orang lebih tua, dan di tuakan.... ???Mohon di genahkan. . . .!!!
JAWABAN :
> Masaji Antoro
Hukum mencium tangan orang ‘Alim, guru dan para kerabat yang lebih tua adalah sunnah dan dianjurkan sebagaiman a yang dilakukan oleh para sahabat pada baginda nabi berdasarka n hadits dengan sanad yang shahih...
وَيُسْتَح َبُّ تَقْبِيلُ يَدِ الْحَيِّ لِصَلَاحٍ وَنَحْوِهِ من الْأُمُورِ الدِّينِيّ َةِ كَزُهْدٍ وَعِلْمٍ وَشَرَفٍ كما كانت الصَّحَابَ ةُ تَفْعَلُهُ مع النبي صلى اللَّهُ عليه وسلم كما رَوَاهُ أبو دَاوُد وَغَيْرُهُ بِأَسَانِي دَ صَحِيحَةٍ وَيُكْرَهُ ذلك لِغِنَاهُ وَنَحْوِهِ من الْأُمُورِ الدُّنْيَو ِيَّةِ كَشَوْكَتِ هِ وَوَجَاهَت ِهِ عِنْدَ أَهْلِ الدُّنْيَا لِخَبَرِ من تَوَاضَعَ لِغَنِيٍّ لِغِنَاهُ ذَهَبَ ثُلُثَا دِينِهِ
Dan disunahkan mencium tangan orang yang masih hidup karena kebaikanny a dan sejenisnya yang tergolong kebaikan-k ebaikan yang bersifat ‘diniyyah' (agama), kealimanny a, kemuliaann ya sebagaiman a yang dilakukan oleh para sahabat pada baginda nabi Muhammad shallallaa hu alaihi wa sallam dalam hadits riwayat Abu Daud dan lainnya dengan sanad hadits yang shahih.
Dan dimakruhka n mencium tangan seseorang karena kekayaanny a atau lainnya yang bersifat duniawi seperti lantaran butuh dan hajatnya pada orang yang memiliki harta dunia berdasarka n hadits “Barangsia pa merendahka n hati pada orang kaya karena kekayaanny a hilanglah 2/ 3 agamanya”. [Asnaa al-Mathaal ib III/114]
> Kang Slimin
Menyambunn g fenomena lagi. . . Bolehkah santriwati mencium tangan kyai, atau santriwan mencium tangan bu nyai... dan pasnya di mana mencium itu, di dahi, hidung, pipi . . .?
> Masaji Antoro
وَيُسْتَح َبُّ تَصَافُحُ الرَّجُلَي ْنِ وَالْمَرْأ َتَيْنِ لِخَبَرِ ما من مُسْلِمَيْ نِ يَلْتَقِيَ انِ فَيَتَصَاف َحَانِ إلَّا غُفِرَ لَهُمَا قبل أَنْ يَتَفَرَّق َا رَوَاهُ أبو دَاوُد وَغَيْرُهُ نعم يُسْتَثْنَ ى الْأَمْرَد ُ الْجَمِيلُ الْوَجْهُ فَيَحْرُمُ مُصَافَحَت ُهُ وَمَنْ بِهِ عَاهَةٌ كَالْأَبْر َصِ وَالْأَجْذ َمِ فَتُكْرَهُ مُصَافَحَت ُهُ كما قَالَهُ الْعَبَّاد ِيُّ وَتُكْرَهُ الْمُعَانَ قَةُ وَالتَّقْب ِيلُ في الرَّأْسِ وَالْوَجْه ِ وَلَوْ كان الْمُقَبِّ لُ أو الْمُقَبَّ لُ صَالِحًا
“Disunnahk an bagi dua orang laki-laki atau perempuan bersalaman ketika berjumpa berdasarka n hadits “Tidak dari dua orang muslim yang saat berjumpa kemudian saling bersalaman kecuali mereka diampuni dosanya sebelum keduanya berpisah“ (HR. Abu Daud dan lainnya), dikecualik an saat berjumpa amraad (pria tampan yang tidak berkumis) maka haram berjabat tangan dengannya, begitu juga orang orang yang sedang menyandang penyakit menular, seperti lepra dan kusta maka makruh bersalaman dengannya sebagaiman a yang diterangka n oleh al-Ubbaadi y.
Dan makruh saling berangkula n dan mencium kepala serta wajah saat bertemu meskipun orang yang mencium/ yang dicium adalah orang shalih“. [Asnaa al-Mathaal ib III/114].
> Abdullah Afif
Iikut nyumbang : DALIL MENCIUM TANGAN HABAIB, ULAMA, KIYAI DAN USTADZ.
Mencium tangan para habaib dan ulama merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan agama. Karena perbuatan itu merupakan salah satu bentuk penghormat an kepada mereka.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatk an oleh Imam Abu Dawud dalam Sunannya (juz II halaman 523, hadits nomor 524, cetakan ke I tahun 1410 H - 1990 M, Daar al Fikr Beirut Lebanon)da n Imam Thabrani dalam al Mu'jam al Ausathnya (juz I halaman 424, hadits nomor 425, maktabah syamilah), Sanad dan matannya sbb (al Mu'jam al Ausath) :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ خُلَيْدٍ ، قَالَ : نا مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى الطَّبَّاع ُ ، قَالَ : نا مَطَرُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَن ِ الأَعْنَقُ ، عَنْ أُمِّ أَبَانَ بِنْتِ الْوَازِعِ بْنِ الزَّارِعِ ، عَنْ جَدِّهَا الزَّارِعِ ، وَكَانَ فِي وَفْدِ عَبْدِ الْقَيْسِ قَالَ : لَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِينَ ةَ ، جَعَلْنَا نَتَبَادَر ُ مِنْ رَوَاحِلِن َا ، فَنُقَبِّل ُ يَدَيِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلَيْ هِ
Telah menceritak an kami, Ahmad bin Khulaid, berkata, telah menceritak an kami, Muhammad bin Isa ath thabba', berkata, telah menceritak an kami Abdurrahma n al A'naq, dari Ummu Aban bin al Wazi' bin al Zari', dari kakeknya, al Zari' dan beliau menjadi salah satu delegasi suku Abdil Qais, beliau berkata, Ketika sampai di Madinah kami bersegera turun dari kendaraan kami, lalu kami mengecup tangan dan kaki Nabi shallallaa hu 'alaihi wasallam
Atas dasar hadits ini, para ulama mensunnahk an mencium tangan para habaib, para kiyai, para ustadz dan para guru serta orang-oran g yang kita hormati.
Imam Nawawi berkata dalam kitab Raudhah juz X halaman 36, cetakan al Maktab al islami tahun 1412 H -1991 M) berkata:
وَأَمَّا تَقْبِيلُ الْيَدِ ، فَإِنْ كَانَ لِزُهْدِ صَاحِبِ الْيَدِ وَصَلَاحِه ِ ، أَوْ عِلْمِهِ أَوْ شَرَفِهِ وَصِيَانَت ِهِ وَنَحْوِهِ مِنَ الْأُمُورِ الدِّينِي َّةِ ، فَمُسْتَحَ بٌّ ، وَإِنْ كَانَ لِدُنْيَاه ُ وَثَرْوَتِ هِ وَشَوْكَتِ هِ وَوَجَاهَت ِهِ وَنَحْوِ ذَلِكَ ، فَمَكْرُوه ٌ شَدِيدُ الْكَرَاهَ ةِ
Adapun mencium tangan, jika karena kezuhudan dan kesalehan orangnya, atau karena ilmunya, atau mulianya, atau karena dia menjaga perkara keagamaan, maka hukumnya MUSTAHAB (disunnahk an) Dan apabila karena dunianya, kekayaanny a dan kepangkata nnya dsb, maka hukumnya sangat MAKRUH
Link Sunan Abu dawud :
Link al Mu'jam Al Ausath :
Link Kitab Raudhah (Raudhatut hthaalibii n wa 'Umdatul Muftiin) :
Wallaahu A'lam.
> Mbah Godek
قال البغوي وتكره المعانقة والتقبيل إلا تقبيل الولد شفقة وقال أبو عبد الله الزبيري لا بأس أن يقبل الرجل رأس الرجل وما بين عينيه ثم قدومه من سفره أو تباعد لقائه قلت المختار أن تقبيل يد غيره إن كان لزهده وصلاحه أو علمه أو شرفه وصيانته ونحو ذلك من الأمور الدينية فهو مستحب وإن كان لغناه ودنياه وشوكته ووجاهته ثم أهل الدنيا ونحو ذلك فمكروه وقال المتولي في باب صلاة الجمعة لا يجوز وتقبيل الصغار شفقة سنة سواء ولده وولد غيره إذا لم يكن بشهوة والسنة معانقة القادم من سفر وتقبيله
روضة الطالبين الجزء السابع صحيفة 28
KESIMPULA N
1. Yang dimaksud mencium tangan dalam ibarah di atas (ta’bir pertama) mencium tangan dengan bibir dan ini sunnah karena yang dimakruhka n adalah mencium kepala serta wajah saat bertemu meskipun orang yang mencium/ yang dicium adalah orang shalih.
2. Kesunnahan mushofahah itu hanya berlaku bagi dua orang yang sama jenisnya, dan tidak berlaku bagi kedua orang yang berlainan jenis meskipun ia seorang yang shalih. Syaikh Ismail az-Azzain ditanya tentang seorang laki-laki yang berjabat tangan dengan perempuan, bagaimanak ah hukumnya?, dan jika haram, apakah dalam persoalan ini ada pengecuali an?. Beliau menjawab:
ان ذلك اذا كان بغير حائل حرام مطلقا من غير استثناء , فان كان بحائل جاز ما لم يثر شهوة اه__: 207
"Jika jabat tangan tersebut tidak menggunaka n penghalang (hail) hukumnya haram secara mutlak, jika menggunaka n penghalang maka boleh selama tidak membangkit kan syahwat”. [Qurratul ‘Ain, hal, 207].
Link Diskusi :
DOKUMEN FB :