PERTANYAAN
:
Faqir ini mau tanya ?
Bagaimana hukum nya ngambil jamur di tanah orang ? Mohon jawaban nya dan kalau
ada mana landasan nya [ibarotnya], wasalam. [Miftahuddin
Al Faqir].
JAWABAN
:
BOLEH apabila pemiliknya
sudah tidak memperdulikannya lagi atau meyakini bahwa pemilik merelakannya. Jika
sebalikanya maka TIDAK BOLEH, seperti halnya pemilik pohon pelit atau pohon buah
tersebut dipagari, maka haram mengambilnya.
أسنى
المطالب الجزء 1 صحـ : 574 مكتبة دار الكتاب الإسلامي
(
وَالثِّمَارُ وَالزَّرْعُ فِي التَّحْرِيمِ ) عَلَى غَيْرِ مَالِكِهَا وَالْحِلِّ
لَهُ ( كَغَيْرِهَا ) فَلاَ يُبَاحُ لَهُ بِغَيْرِ إذْنِ مَالِكِهَا إِلاَّ عِنْدَ
اضْطِرَارِهِ فَيَأْكُلُ وَيَضْمَنُ ( فَلَوْ جَرَتِ الْعَادَةُ بِأَكْلِ مَا
تَسَاقَطَ ) مِنْهَا ( جَازَ ) إِجْرَاءً لَهَا مَجْرَى اْلإِبَاحَةِ لِحُصُوْلِ
الظَّنِّ بِهَا كَمَا يَحْصُلُ بِحَمْلِ الصَّبِيِّ الْمُمَيِّزِ الْهَدِيَّةَ
قَالَ الزَّرْكَشِيُّ وَيَنْبَغِيْ أَنْ يُسْتَثْنَى مَا إِذَا كَانَ ذَلِكَ لِمَنْ
لاَ يُعْتَبَرُ إذْنَهُ كَيَتِيمٍ وَأَوْقَافٍ عَامَّةٍ ِلأَنَّ صَرِيحَ إِذْنِهِ
لاَ يُؤَثِّرُ فَمَا يَقُوْمُ مَقَامَهُ أَوْلَى قَالَ وَقَدْ ذَكَرَ ابْنُ عَبْدِ
السَّلاَمِ مِثْلَ ذَلِكَ فِي الشُّرْبِ مِنَ الْجَدَاوِلِ وَاْلأَنْهَارِ
الْمَمْلُوْكَةِ وَهَذَا أَوْلَى مِنْهُ ( إِلاَّ إِنْ حُوِّطَ عَلَيْهِ ) أَيْ مَا
ذُكِرَ مِنَ الثِّمَارِ وَالزُّرُوعِ ( أَوْ مَنَعَ ) مِنْهُ ( الْمَالِكُ )
ِلأَنَّ ذَلِكَ يَدُلُّ عَلَى شُحِّهِ وَعَدَمِ مُسَامَحَتِهِ اهـ
Buah-buahan dan tanaman
dalam hukum halal haramnya diambil selain pemiliknya sama dengan barang-barang
lainya dalam arti tidak halal mengambilnya tanpa seizin pemiliknya kecuali dalam
kondisi terpaksa maka boleh mengambil dan memakannya namun harus
mengganti.
Bila dalam masyarakat
berkembang kebiasaan diperkenankan memungut buah-buahan dan tanaman yang
terjatuh maka secara agama juga diperlakukan hukum yang sama karena artinya
pemiliknya diduga juga memperbolehkannya sebagaimana bolehnya memungut hadiah
dari bocah yang sudah tamyiz.
Berkata az-Zarkasyi
"Semestinya dalam hal ini diberi pengecualian pada hal yang tidak bisa
dipertimbangkan lagi pemberian izinnya seperti izin dari anak yatim dan
tempat-tempat wakaf umum karena meskipun perizinan dengan kata jelaspun darinya
tidak berpengaruh maka hal yang serupa kedudukannya dengannya lebih baik
dianalogkan juga dengannya".
Ibn Salam berkata "Serupa
dengannya minum ditempat anak-anak sungai atau kali yang dipunyai
seseorang"Kecuali saat Buah-buahan dan tanaman tersebut dipagari atau pemiliknya
melarang mengambilnya karena yang demikian menunjukkan sifat kikirnya pemilik
dan tidaka adanya toleransi darinya. [ Asnaa al-Mathaalib I/574 ].
تحفة
المحتاج في شرح المنهاج الجزء 9 صحـ : 337 مكتبة دار إحياء التراث
العربي
وَيَحْرُمُ
أَخْذُ ثَمَرٍ مُتَسَاقِطٍ إنْ حُوِّطَ عَلَيْهِ وَسَقَطَ دَاخِلَ الْجِدَارِ
وَكَذَا إِنْ لَمْ يُحَوَّطْ عَلَيْهِ أَوْ سَقَطَ خَارِجَهُ لَكِنْ لَمْ تُعْتَدِ
الْمُسَامَحَةُ بِأَخْذِهِ وَفِي الْمَجْمُوْعِ مَا سَقَطَ خَارِجَ الْجِدَارِ إنْ
لَمْ تُعْتَدْ إِبَاحَتُهُ حَرُمَ وَإِنِ اعْتِيدَتْ حَلَّ
Dan haram memungut
buah-buahan yang telah jatuh bila dipagari dan jatuh didalam tembok pagar atau
jatuh diluar tembok pagar hanya saja tidak terjadi kebiasaan masyarakat
ditoleransi menmungutnya. Dalam kitab al-Majmu' dijelaskan "Benda yang jatuh
diluar tembok pagar bila tidak umum di masyarakat maka haram memungutnya bila
umum maka halal [ Tuhfah al-Muhtaaj IX/337 ]. Wallaahu A'lamu Bis Showaab.
[Mbah
Jenggot II].