PERTANYAAN
:
Assalamu'alaikum. Panggilan
Anak ke ayahnya dengan Panggilan Abi dan Ummi ( menurut tata Bahasa Arab )
adakah yang salah, Mohon Pencerahannya. Syukron. Jazakumulloh. [Teguh
Satriyono].
JAWABAN
:
Wa'alaikumsalam. Dalam
Kitab Minhaj At-Tarbiyah Ash-Shalihah panggilan ABI dan UMMI memang termasuk hal
yang mesti dibiasakan saat seseorang mendidik anaknya di usia pertama hingga 6
tahun, namun demikian bila panggilan tersebut tidak berlaku atau sesuai dengan
kondisi setempat dapat diubah disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Berikut
Minhaj At-Tarbiyah Ash-Shalihah (cara membentuk kader shalih/shalihah) sesuai
kitab diatas :
MEMPERHATIKAN ANAK PADA
USIA ENAM TAHUN PERTAMA
Periode pertama dalam
kehidupan anak (usia enam tahun pertama) merupakan periode yang amat kritis dan
paling penting. Periode ini mempunyai pengaruh yang sangat mendalam dalam
pembentukan pribadinya. Apapun yang terekam dalam benak anak pada periede ini,
nanti akan tampak pengaruh-pengaruhnya dengannyata pada kepribadiannya ketika
menjadi dewasa. (Aisyah Abdurrahman Al Jalal, Al Muatstsirat as Salbiyah.).
Karena itu, para pendidik perlu memberikan banyak perhatian pada pendidikan anak
dalam periode ini.
Aspek-aspek yang wajib
diperhatikan oleh kedua orangtua dapat kami ringkaskan sebagai berikut
:
1. Memberikan kasih sayang
yang diperlukan anak dari pihak kedua orangtua, terutama ibu.
Ini perlu sekali, agar anak
belajar mencintai orang lain. Jika anak tidak merasakan cintakasih ini,maka akan
tumbuh mencintai dirinya sendiri saja dan membenci orang disekitamya. “Seorang
ibu yang muslimah harus menyadari bahwa tidak ada suatu apapun yang mesti
menghalanginya untuk memberikan kepada anak kebutuhan alaminya berupa kasih
sayang dan perlindungan. Dia akan merusak seluruh eksistensi anak, jika tidak
memberikan haknya dalam perasaan-perasaan ini, yang dikaruniakan Allah dengan
rahmat dan hikmah-Nya dalam diri ibu, yang memancar dengan sendirinya untuk
memenuhi kebutuhan anak.” (Muhammad Quthub,Manhaiut Tarbiyah Al Islamiyah, juz
2.)
Maka sang ibu hendaklah
senantiasa memperhatikan hal ini dan tidak sibuk dengan kegiatan karir di luar
rumah, perselisihan dengan suami atau kesibukan lainnya.
2. Membiasakan anak
berdisiplin mulai dari bulan-bulan pertama dari awal kehidupannya.
Kami kira, ini bukan
sesuatu yang tidak mungkin. Telah terbukti bahwa membiasakan anak untuk menyusu
dan buang hajat pada waktu-waktu tertentu dan tetap, sesuatu yang mungkin
meskipun melalui usaha yang berulang kali sehingga motorik tubuh akan terbiasa
dan terlatih dengan hal ini.
Kedisiplinan akan tumbuh
dan bertambah sesuai dengan pertumbuhan anak, sehingga mampu untuk mengontrol
tuntutan dan kebutuhannya pada masa mendatang.
3. Hendaklah kedua orangtua
menjadi teladan yang baik bagi anak dari permulaan kehidupannya.
Yaitu dengan menetapi
manhaj Islam dalam perilaku mereka secara umum dan dalam pergaulannya dengan
anak secara khusus. Jangan mengira karena anak masih kecil dan tidak mengerti
apa yang tejadi di sekitarnya, sehingga kedua orangtua melakukan
tindakan-tindakan yang salah di hadapannya. Ini mempunyai pengaruh yang besar
sekali pada pribadi anak. “Karena kemampuan anak untuk menangkap, dengan sadar
atau tidak, adalah besar sekali. Terkadang melebihi apa yang kita duga.
Sementara kita melihatnya sebagai makhluk kecil yang tidak tahu dan tidak
mengerti. Memang, sekalipun ia tidak mengetahui apa yang dilihatnya, itu semua
berpengaruh baginya. Sebab, di sana ada dua alat yang sangat peka sekali dalam
diri anak yaitu alat penangkap dan alat peniru, meski kesadarannya mungkin
terlambat sedikit atau banyak.
Akan tetapi hal ini tidak
dapat merubah sesuatu sedikitpun. Anak akan menangkap secara tidak sadar, atau
tanpa kesadaran puma, dan akan meniru secara tidak sadar, atau tanpa kesadaran
purna, segala yang dilihat atau didengar di sekitamya.”
4. Anak dibiasakan dengan
etiket umum yang mesti dilakukan dalam pergaulannya. Antara lain:
• Dibiasakan mengambil,
memberi, makan dan minum dengan tangan kanan. Jika makan dengan tangan kiri,
diperingatkan dan dipindahkan makanannya ke tangan kanannya secara
halus.
• Dibiasakan mendahulukan
bagian kanan dalam berpakaian. Ketika mengenakan kain, baju, atau lainnya
memulai dari kanan; dan ketika melepas pakaiannya memulai dari kiri.
• Dilarang tidur
tertelungkup dan dibiasakan tidur dengan miring ke kanan.
• Dihindarkan tidak memakai
pakaian atau celana yang pendek, agar anak tumbuh dengan kesadaran menutup aurat
dan malu membukanya.
• Dicegah menghisap jari
dan menggigit kukunya.
• Dibiasakan sederhana
dalam makan dan minum, dan dijauhkan dari sikap rakus.
• Dilarang bermain dengan
hidungnya.
• Dibiasakan membaca
Bismillah ketika hendak makan.
• Dibiasakan untuk
mengambil makanan yang terdekat dan tidak memulai makan sebelum orang
lain.
• Tidak memandang dengan
tajam kepada makanan maupun kepada orang yang makan.
• Dibiasakan tidak makan
dengan tergesa-gesa dan supaya mengunyah makanan dengan baik.
• Dibiasakan memakan
makanan yang ada dan tidak mengingini yang tidak ada.
• Dibiasakan kebersihan
mulut denganmenggunakan siwak atau sikat gigi setelah makan, sebelum tidur, dan
sehabis bangun tidur.
• Dididik untuk
mendahulukan orang lain dalam makanan atau permainan yang disenangi, dengan
dibiasakan agar menghormati saudara-saudaranya, sanak familinya yang masih
kecil, dan anak-anak tetangga jika mereka melihatnya sedang menikmati sesuatu
makanan atau permainan.
• Dibiasakan mengucapkan
dua kalimat syahadat dan mengulanginya berkali-kali setiap hari.
• Dibiasakan membaca
“Alhamdulillah” jika bersin, dan mengatakan “Yarhamukallah” kepada orang yang
bersin jika membaca “Alhamdulillah”.
• Supaya menahan mulut dan
menutupnya jika menguap, dan jangan sampai bersuara.
• Dibiasakan berterima
kasih jika mendapat suatu kebaikan, sekalipun hanya sedikit.
• Tidak memanggil ibu dan
bapak dengan namanya, tetapi dibiasakan memanggil dengan kata-kata: Ummi (Ibu),
dan Abi (Bapak).
• Ketika berjalan jangan
mendahului kedua orangtua atau siapa yang lebih tua darinya, dan tidak memasuki
tempat lebih dahulu dari keduanya untuk menghormati mereka.
• Dibiasakan bejalan kaki
pada trotoar, bukan di tengah jalan.
• Tidak membuang sampah
dijalanan, bahkan menjauhkan kotoran darinya.” Mengucapkan salam dengan sopan
kepada orang yang dijumpainya dengan mengatakan “Assalamu ‘Alaikum” serta
membalas salam orang yang mengucapkannya.
• Diajari kata-kata yang
benar dan dibiasakan dengan bahasa yang baik.
• Dibiasakan menuruti
perintah orangtua atau siapa saja yang lebih besar darinya, jika disuruh sesuatu
yang diperbolehkan.
• Bila membantah
diperingatkan supaya kembali kepada kebenaran dengan suka rela, jika
memungkinkan. Tapi kalau tidak, dipaksa untuk menerima kebenaran, karena hal ini
lebih baik daripada tetap membantah dan membandel.
• Hendaknya kedua orangtua
mengucapkan terima kasih kepada anak jika menuruti perintah dan menjauhi
larangan. Bisa juga sekali-kali memberikan hadiah yang disenangi berupa makanan,
mainan atau diajak jalan-jalan.
• Tidak dilarang bermain
selama masih aman, seperti bermain dengan pasir dan permainan yang
diperbolehkan, sekalipun menyebabkan bajunya kotor. Karena permainan pada
periode ini penting sekali untuk pembentukan jasmani dan akal anak.
• Ditanamkan kepada anak
agar senang pada alat permainan yang dibolehkan seperti bola, mobil-mobilan,
miniatur pesawat terbang, dan lain-lainnya. Dan ditanamkan kepadanya agar
membenci alat permainan yang mempunyai bentuk terlarang seperti manusia dan
hewan.
• Dibiasakan menghormati
milik orang lain, dengan tidak mengambil permainan ataupun makanan orang lain,
sekalipun permainan atau makanan saudaranya sendiri. (Ahmad Iuuddin AlBayanuni,
Minhaj At-Tarbiyah Ash-Shalihah). Wallaahu A'lamu Bis Showaab. [Mujaawib :
Masaji
Antoro].