Sebuah kesalahpah aman
yang terjadi selama ini dan berlarut-l arut adalah kesalahpah aman tentang bid'ah. Kesalahpah aman inilah yang membuat
segelintir muslim menghujat
saaudara muslimnya sendiri dengan hujatan sebagai "ahlul bid'ah".
Kesalahpah aman yang membuat
mereka berlepas diri dan memutuskan tali silaturahm i dengan mereka yang telah
jelas-jela s
bersyahada t alias saudara muslim
sendiri. Salah satu ciri-ciri mereka adalah setiap datang bulan Rabiul awal
tidak lagi bergembira
menyambutn ya atau mereka tidak
mau memperinga ti bulan kelahiran
Nabi Sayyidina Muhammad Shallallah u
alaihi wasallam.
Definisi bid'ah yang berlaku sejak Nabi Adam a.s sampai sekarang dan sampai
akhir zaman adalah
Perkara baru diluar apa yang telah
ditetapkan Nya atau
diwajibkan Nya
Perkara yang telah ditetapkan Nya atau diwajibkan Nya adalah perkara yang wajib dijalani dan wajib
dijauhi atau perkara syariat (syarat) atau disebut sebagai "urusan kami" atau
disebut dengan agama atau disebut amal ketaatan
Amal ketaatan adalah ibadah yang terkait dengan
menjalanka n
kewajibanN ya (perkara
kewajiban) dan menjauhi
laranganNy a (perkara larangan
dan pengharama n).
Amal ketaatan adalah perkara mau tidak mau harus kita jalankan atau kita
taati.
Amal ketaatan jika tidak dijalankan atau tidak ditaati akan
mendapatka n
akibat/ ganjaran, ganjaran baik
(pahala) maupun ganjaran buruk (dosa).
Amal ketaatan adalah bukti ketaatan atau “bukti cinta” kita
kepada Allah Azza wa Jalla dan RasulNya.
Orang yang menjalanka n amal ketaatan atau “bukti cinta” adalah disebut orang
beriman (mukmin)
Firman Allah ta'ala yang artinya
“Katakanlah : “Jika
kamu (benar-ben ar) mencintai
Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosam u.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS
Ali Imron [3]:31 )
“Katakanlah :
“Ta’atilah Allah dan
Rasul-Nya; jika kamu
berpaling, maka
sesungguhn ya Allah tidak
menyukai orang-oran g kafir” (QS
Ali Imron [3]:32 )
“dan ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah
orang-oran g yang beriman.” (QS Al
Anfaal [8]:1 )
Amal ketaatan adalah apa yang ditetapkan Nya yakni perkara kewajiban, batas/ larangan dan pengharama n
Rasulullah
shallallah u alaihi wasallam
bersabda, “Sesungguh nya Allah
telah mewajibkan beberapa
kewajiban, maka jangan kamu
sia-siakan dia; dan Allah telah
memberikan beberapa
batas/ larangan, maka jangan kamu
langgar dia; dan Allah telah mengharamk an sesuatu, maka jangan kamu
pertengkar kan dia; dan Allah
telah mendiamkan beberapa hal
sebagai tanda kasihnya kepada kamu, Dia tidak lupa, maka jangan kamu
perbincang kan dia.” (Riwayat
Daraquthni ,
dihasankan oleh
an-Nawawi) .
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguh nya di masa kemudian
akan ada peperangan di antara
orang-oran g yang beriman.”
Seorang Sahabat bertanya: “Mengapa kita (orang-ora ng yang beriman) memerangi orang yang beriman,
yang mereka itu sama berkata: ‘Kami telah beriman’.” Rasulullah Shallallah u alaihi wasallam bersabda: “Ya, karena
mengada-ad akan di dalam agama
(mengada-a da dalam perkara yang
merupakan hak Allah ta’ala menetapkan nya yakni perkara kewajiban, larangan dan pengharama n) , apabila mereka mengerjaka n agama dengan pemahaman
berdasarka n akal pikiran,
padahal di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarka n akal pikiran, sesungguhn ya agama itu dari Tuhan,
perintah-N ya dan
larangan-N ya.” (Hadits riwayat
Ath-Thabar ani)
Bagian akhir hadits di atas menyampaik an bahwa "sesungguhn ya agama itu dari Tuhan,
perintah-N ya dan
larangan-N ya" serta telah
sempurna atau telah selesai segala perkara yang ditetapkan Nya atau diwajibkan Nya atau telah selesai segala perkara yang wajib
dijalankan manusia dan wajib
dijauhi manusia ketika Nabi Sayyidina Muhammad Shallallah u alaihi wasallam di utus.
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya, “Pada hari ini telah
Kusempurna kan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupka n
kepadamu ni’mat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” ( QS Al Maaidah [5]:3 )
Secara umum bid'ah atau perkara baru atau perkara diluar apa yang telah
ditetapkan Nya atau
diwajibkan Nya ada dua kategori yakni
bid'ah dlolalah dan bid'ah hasanah (mahmudah)
Bid'ah dlolalah adalah perkara baru yang bertentang an dengan apa yang telah
ditetapkan Nya atau
diwajibkan Nya
Bid'ah hasanah adalah perkara baru yang tidak
bertentang an dengan apa yang
telah ditetapkan Nya atau
diwajibkan Nya.
Imam Asy Syafi’i ~rahimahul lah berkata “Apa yang baru terjadi dan
menyalahi kitab al Quran atau sunnah Rasul atau ijma’ atau ucapan sahabat, maka
hal itu adalah bid’ah yang dhalalah. Dan apa yang baru terjadi dari kebaikan dan
tidak menyalahi sedikitpun dari hal
tersebut, maka hal itu adalah bid’ah mahmudah (terpuji)”
Bahkan al- Imam Nawawi membaginya dalam 5 status hukum.
أن البدع خمسة أقسام واجبة ومندوبة ومØرمة ومكروهة ومباØØ©
“Sesungguh nya
bid’ah terbagi menjadi 5 macam ; bid’ah yang wajib, mandzubah (sunnah),
muharramah (bid’ah yang haram),
makruhah (bid’ah yang makruh), dan mubahah (mubah)” [Syarh An-Nawawi ‘alaa
Shahih Muslim, Juz 7, hal 105]
Contoh sederhana bid'ah hasanah (mahmudah) adalah peringatan Maulid Nabi.
Peringatan Maulid Nabi
adalah perbuatan yang tidak diwajibkan Nya namun tidak bertentang an dengan apa yang telah
diwajibkan Nya maka termasuk amal
kebaikan
Amal kebaikan adalah segala perkara diluar apa yang telah
diwajibkan Nya yang tidak
bertentang an dengan apa yang
telah diwajibkan Nya
Amal kebaikan adalah ibadah diluar amal ketaatan yang
tidak bertentang an dengan Al Qur’an
dan Hadits.
Amal kebaikan adalah perkara yang dilakukan atas kesadaran kita sendiri untuk
meraih kecintaan atau keridhoan Allah Azza wa Jalla.
Amal kebaikan adalah ibadah yang jika dilakukan dapat pahala dan tidak
dilakukan tidak berdosa.
Amal kebaikan adalah “ungkapan cinta” kita kepada Allah Azza
wa Jalla dan RasulNya.
Amal kebaikan adalah upaya kita untuk mendekatka n diri kepada Allah Azza wa Jalla.
Orang yang beriman (mukmin) dan menjalanka n amal kebaikan atau mereka yang
mengungkap kan cintanya kepada Allah
Allah Azza wa Jalla dan RasulNya adalah disebut muhsin / muhsinin, muslim yang
ihsan atau muslim yang baik atau sholihin.
Firman Allah ta'ala yang artinya,
"Inilah ayat-ayat Al Qura'an yang mengandung hikmah, menjadi petunjuk dan rahmat bagi
muhsinin (orang-ora ng yang berbuat kebaikan), (yaitu) orang-oran g yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri
akhirat. Mereka itulah orang-oran g yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan
mereka itulah orang-oran g yang
beruntung" (QS Lukman [31]:2-5)
Mereka itulah orang-oran g yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan
mereka itulah orang-oran g yang
beruntung.
Firman Allah ta’ala yang artinya,
“Allah membimbing
kepada cahaya-Nya siapa yang dia
kehendaki, dan Allah
memperbuat
perumpamaa n-perumpam aan bagi manusia, dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.” (QS
An Nuur [24]:35)
“Barangsiap a yang
tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh
Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun”. (QS An Nuur [24]:40 )
“Maka apakah orang-oran g yang dibukakan Allah hatinya untuk
(menerima) agama Islam lalu ia
mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya) ? Maka
kecelakaan yang besarlah bagi mereka
yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan
yang nyata." (QS Az Zumar [39]:22)
Muslim yang beriman (mukmin) dan berbuat amal kebaikan
(muhsin/ muhsinin) atau sholihin
adalah mereka yang termasuk manusia disisiNya. Mereka yang telah dikarunia ni'mat oleh Allah Azza wa Jalla. Mereka yang terbukti
tetap istiqomah pada jalan yang lurus
“Tunjukilah kami jalan
yang lurus” (QS Al Fatihah [1]:6 )
” (yaitu) Jalan orang-oran g yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka….”
(QS Al Fatihah [1]:7 )
“Dan barangsiap a
yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya) , mereka itu akan bersama-sa ma dengan orang-oran g yang dianugerah i ni’mat oleh Allah, yaitu :
Nabi-nabi, para
shiddiiqii n, para syuhada, dan
orang-oran g saleh. Dan mereka
itulah teman yang sebaik-bai knya
.” (QS An Nisaa [4]: 69 )
Rasulullah
shallallah u alaihi wasallam
menyampaik an bahwa amal kebaikan (amal
sholeh) sangat luas sekali.
Dari Abu Dzar r.a. berkata, bahwasanya sahabat-sa habat Rasulullah shallallah u alaihi wasallam berkata kepada beliau:
“Wahai Rasulullah
shallallah u alaihi
wasallam, orang-oran g
kaya telah pergi membawa banyak pahala. Mereka shalat
sebagaiman a kami shalat, mereka
berpuasa sebagaiman a kami
berpuasa, namun mereka dapat bersedekah dengan kelebihan hartanya.”
Rasulullah
shallallah u alaihi wasallam bersabda,
“Bukankah Allah telah menjadikan untukmu sesuatu yang dapat
disedekahk an? Yaitu, setiap kali
tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah
sedekah, menyuruh pada kebaikan adalah sedekah, melarang
kemungkara n adalah sedekah, dan
hubungan intim kalian (dengan isteri) adalah sedekah.” Para sahabat
bertanya, “Wahai Rasulullah , apakah salah seorang di antara kami
melampiask an
syahwatnya dan dia
mendapatka n pahala?”
Rasulullah
shallallah u alaihi wasallam menjawab,
“Bagaimana pendapat kalian jika ia melampiask an syahwatnya pada yang haram, apakah ia berdosa? Demikian juga
jika melampiask annya pada yang
halal, maka ia mendapatka n
pahala.” (HR. Muslim 1674)
Al-Qur’an dan Hadits pada hakikatnya memuat amal ketaatan atau ketetapan yang menjadi
hak Allah Azza wa Jalla yakni ketetapan berupa kewajiban dan larangan
(batas/ larangan dan
pengharama n).
Dalam Al-Qur’an dan Hadits memang disebutkan beberapa contoh amal kebaikan (amal sholeh) namun
tidak seluruh amal kebaikan (amal sholeh) yang akan dikerjakan manusia sejak Nabi Adam a.s sampai kiamat nanti
diuraikan dalam Al-Qur’an maupun Hadits. Kalau diuraikan
seluruhnya akan
membutuhka n lembaran Al-Qur’an maupun
Hadits yang luar biasa banyaknya.
Amal kebaikan tidak harus atau tidak selalu terkait dengan apakah telah
dicontohka n/ dilakukan atau tidak dicontohka n/ dilakukan oleh Rasulullah atau Salafush Sholeh. Amal kebaikan sejak Nabi
Adam a.s sampai akhir zaman tetap perkara baik selama tidak
bertentang an dengan apa yang
telah ditetapkan Nya atau
diwajibkan Nya atau tidak
bertentang an dengan amal ketaatan.
Kaidah “LAU KAANA KHOIRON LASABAQUNA ILAIHI” (Seandainy a hal itu baik, tentu mereka, para sahabat akan
mendahului kita dalam
melakukann ya) tidak
berlandask an Al Qur'an dan
Hadits. Kesalahpah aman kaidah ini
telah kami uraikan dalam tulisan pada
Segala amal kebaikan atau amal sholeh atau amalan sunnah adalah yang
dimaksud dengan dzikrullah .
Dalam suatu riwayat. ”Qoola a’liyy bin Abi Thalib: Qultu yaa
Rosuulollo h ayyun
thoriiqoti n aqrobu ilallohi?
Faqoola Rasulluloh i:
dzikrullah i”. artinya; “Ali Bin
Abi Thalib berkata; “aku bertanya kepada Rasullulah , jalan/ metode(Thar iqot) apakah yang bisa mendekatka n diri kepada Allah? “Rasullula h menjawab; “dzikrulah .”
Amal kebaikan adalah segala sikap dan perbuatan yang dilakukan bukan di
wajibkanNy a namun atas kesadaran
sendiri karena Allah ta’ala semata atau karena mengingat Allah atau wujud dari
kecintaan hamba kepada Allah ta’ala dan Allah ta’ala pun mencintai hambaNya maka
jadilah kekasih Allah atau wali Allah dengan berbagai tingkat kedekatan atau
tingkat kewalian sebagaiman a
yang disampaika n dalam tulisan pada
http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/09/28/ maqom-wali- allah/
Tujuan amal kebaikan adalah untuk mendekatka n diri kita atau memperjala nkan diri kita agar sampai (wushul) kepada Allah ta'ala.
Hal ini telah diuraikan dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/10/05/ perjalankan lah-diri-k ita/
Dalam sebuah haditas Qudsi, Rasulullah shallallah u ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah
berfirman; Siapa yang memusuhi
wali-Ku, maka Aku umumkan perang kepadanya, dan hamba-Ku tidak bisa
mendekatka n diri kepada-Ku
dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan (amal
ketaatan), jika hamba-Ku terus
menerus mendekatka n diri
kepadaKu dengan amalan kebaikan (amalan sunnah), maka Aku mencintai dia, jika
Aku sudah mencintain ya, maka
Akulah pendengara nnya yang ia
jadikan untuk mendengar, dan
pandangann ya yang ia jadikan
untuk memandang, dan tangannya
yang ia jadikan untuk memukul, dan kakinya yang dijadikann ya untuk berjalan, jikalau ia
meminta-Ku , pasti Kuberi, dan
jika meminta perlindung an
kepada-KU, pasti
Ku-lindung i. Dan aku tidak ragu
untuk melakukan sesuatu yang Aku menjadi pelakunya sendiri
sebagaiman a
keragu-rag uan-Ku untuk mencabut
nyawa seorang mukmin yang ia (khawatir) terhadap kematian itu, dan Aku sendiri khawatir ia
merasakan kepedihan sakitnya. (HR Muslim 6021) Link: http:// www.indoqur an.com/ index.php?s urano=61&a yatno=89&a ction=disp lay&option =com_bukha ri
Boleh jadi mereka yang membenci peringatan Maulid Nabi atau mereka yang
men-syirik -kan sholawat nariyah,
sholawat badar, qashidah burdah, maulid barzanji adalah mereka yang terkena
ghazwul fikri atau terkena upaya adu domba yang dilakukan oleh
orang-oran g yang
paling keras permusuhan nya
terhadap orang-oran g yang beriman.
Hal ini telah diuraikan dalam tulisan sebelumnya pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/10/11/ puritan-rad ikalisme/
Firman Allah yang artinya,
“Sesungguhn ya kamu
dapati orang-oran g yang paling
keras permusuhan nya terhadap
orang-oran g yang beriman ialah
orang-oran g Yahudi dan
orang-oran g musyrik” (Al Maaidah:
82)
Untuk itulah kaum Yahudi dan orang-oran g musyrik yakni kaum Zionis Yahudi terus melakukan
upaya ghazwul fikri (perang pemahaman) agar umat muslim pada umumnya tidak
memperjala nkan dirinya untuk
sampai (wushul) kepada Allah ta’ala atau tidak tahu bagaimana yang dimaksud
mendekatka n diri kepada Allah
ta’ala.
Kaum Zionis Yahudi sangat takut kepada umat Islam yang jika berdoa
kepada Allah ta’ala dan pasti dikabulkan Nya. Inilah adalah hakikat dari doa adalah senjata kaum
mukmin.
Namun yang harus kita ingat bahwa kita tetap harus berlaku adil kepada
mereka atau kepada kaum non muslim atau kaum kafir. Pada
hakikatnya mereka menjadi
seperti itu adalah kehendak Allah Azza wa Jalla juga.
Perlakukan dengan baik
sebagaiman a perlakuan kita
kepada ciptaanNya yang lain selama
mereka berlaku baik kepada kita.
Islam mengajarka n damai
dan berbuat baik bukan hanya terhadap manusia, akan tetapi sampai terhadap hewan
dan tumbuh-tum buhan. Bukankah
dalam hadist Nabi shallallah u
alaihi wasallam telah diriwayatk an bahwa seorang wanita masuk neraka karena telah
menganiyay a seekor kucing? Begitu pula
seorang pelacur masuk sorga karena telah memberi minum seekor anjing yang
kehausan?.
Rahmat Islam rupanya benar-bena r lil ‘alamin (bagi semesta alam). Tidak hanya
manusia, tetapi hewan, tumbuh-tum buhan dan lingkungan hidup, semua memperoleh rahmat Islam.
Ibnu Abbas ra. meriwayatk an, ada seorang lelaki yang
merebahkan
kambingnya sementara dia masih
menajamkan pisaunya. Lalu
Rasulullah bersabda, “Apakah
engkau ingin membunuh kambing itu dua kali? Jangan lakukan itu. Tajamkan pisaumu
sebelum kamu merebahkan
kambingmu. ”
Ibnu Sirin juga meriwayatk an bahwa Khalifah Umar bin Khattab pernah melihat
seseorang sedang menyeret kaki kambing untuk disembelih . Beliau marah dan menegur orang tsb., “Jangan
lakukan itu! Giringlah hewan itu menuju kematianny a dengan baik.” (HR Imam Nasai)
Allah Azza wa Jalla akan memasukan muslim yang beriman (mukmin) dan
beramal kebaikan / beramal sholeh (muhsin/ muhsinin/ sholihin) kedalam jannah dan Allah Azza wa Jalla
mengibarat kan
orang-oran g kafir bagaikan
binatang dan memasukkan mereka kedalam
jahannam.
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya
"Sesungguhn ya Allah
memasukkan
orang-oran g mu'min dan beramal
saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sun gai. Dan orang-oran g kafir bersenang- senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya
binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka." (QS Muhammad [47]:12
)
Masihkan kita menjadikan "binatang" sebagai "teman kepercayaa n", sebagai pelindung, sebagai penasehat atau bahkan sebagai pemimpin dunia
?
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya,
“Hai orang-oran g yang
beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaa nmu orang-oran g yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hent inya (menimbulk an) kemudharat an bagimu. Mereka menyukai apa yang
menyusahka n kamu. Telah nyata
kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyi kan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi.
Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu
memahaminy a” , (Ali Imran, 118)
“Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak
menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kita b semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka
berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri , mereka menggigit ujung jari antaran marah
bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena
kemarahanm u itu”.
Sesungguhn ya Allah
mengetahui segala isi hati“. (Ali
Imran, 119)
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830