PERTANYAAN
:
Assalamu'alaikum.
Sebelumnya, Alhamdulillah terima kasih saya telah dikonfirm dan bisa bergabung
di grup ini. Mau tanya, khususnya kepada ustadz. Saya ikut organisasi, dan
ketika mengadakan sebuah acara saya ditugaskan sebagai bendahara. Sebelumnya
saya tidak pernah ikut organisasi, dan tugas bendhara yang saya pikir hanya
melaporkan biaya administrasi dan memegang uang saja. Ternyata setelah acara
selesai, ternyata tugas bendhara adalah membuat spj (kuitansi) pengeluaran yang
tidak sesuai dengan sebenarnya (memalsukan) untuk mendpatkan komisi / dana. Yang
ingin saya tanyakan :
1. Apa yang hrus sya
lakukan? Apakah saya tetap membuat kuitansi tersebut, atukah saya keluar dari
tgas yang mna mrpkn tanggung jawab saya ?
2. Bagaimana hukum dana
yang kita terima, bila dana tersebut telah diperoleh ? Terima kasih sebelumnya.
[Khuzailia
Az-Zarifa].
JAWABAN
:
Wa'alaikumsalam.
1. Pembuatan kwitansi SPJ
semacam itu termasuk bohong yang dilarang dan diharamkan
2. Dana yang telah diterima
harus dikembalikan pada pemberi kecuali bila ia telah mengetahui bahwa yang
semacam ini sudah jamak ataupun ada kerelaan dari pihaknya. Wallaahu A'lamu Bis
Showaab. [Masaji
Antoro].
- kitab Az-Zawaajir an
Iqtiraaf al-Kabaair III/237 :
الَّذِي
يُتَّجَهُ أَنَّهُ حَيْثُ اشْتَدَّ ضَرَرُهُ بِأَنْ لَا يُحْتَمَلَ عَادَةً كَانَ
كَبِيرَةً ، بَلْ صَرَّحَ الرُّويَانِيُّ فِي الْبَحْرِ بِأَنَّهُ كَبِيرَةٌ وَإِنْ
لَمْ يَضُرَّ فَقَالَ : مَنْ كَذَبَ قَصْدًا رُدَّتْ شَهَادَتُهُ وَإِنْ لَمْ
يَضُرَّ بِغَيْرِهِ ، لِأَنَّ الْكَذِبَ حَرَامٌ بِكُلِّ حَالٍ……
وَاعْلَمْ
أَنَّ الْكَذِبَ قَدْ يُبَاحُ وَقَدْ يَجِبُ ؛ وَالضَّابِطُ كَمَا فِي الْإِحْيَاءِ
أَنَّ كُلَّ مَقْصُودٍ مَحْمُودٍ يُمْكِنُ التَّوَصُّلُ إلَيْهِ بِالصِّدْقِ
وَالْكَذِبِ جَمِيعًا فَالْكَذِبُ فِيهِ حَرَامٌ ، وَإِنْ أَمْكَنَ التَّوَصُّلُ
بِالْكَذِبِ وَحْدَهُ فَمُبَاحٌ إنْ أُبِيحَ تَحْصِيلُ ذَلِكَ الْمَقْصُودِ
وَوَاجِبٌ إنْ وَجَبَ تَحَصُّلُ ذَلِكَ ، كَمَا لَوْ رَأَى مَعْصُومًا اخْتَفَى
مِنْ ظَالِمٍ يُرِيدُ قَتْلَهُ أَوْ إيذَاءَهُ فَالْكَذِبُ هُنَا وَاجِبٌ ؛
لِوُجُوبِ عِصْمَةِ دَمِ الْمَعْصُومِ….
قَالَ
الْغَزَالِيُّ بَعْدَ ذِكْرِهِ ذَلِكَ : وَيَنْبَغِي أَنْ يُقَابِلَ مَفْسَدَةَ
الْكَذِبِ بِالْمَفْسَدَةِ الْمُتَرَتِّبَةِ عَلَى الصِّدْقِ فَإِنْ كَانَتْ
مَفْسَدَةُ الصِّدْقِ أَشَدَّ فَلَهُ الْكَذِبُ ، وَإِنْ كَانَ بِالْعَكْسِ أَوْ
شَكَّ حَرُمَ الْكَذِبُ ، وَإِنْ تَعَلَّقَ بِنَفْسِهِ اُسْتُحِبَّ أَلَّا يَكْذِبَ
وَإِنْ تَعَلَّقَ بِغَيْرِهِ لَمْ تَجُزْ الْمُسَامَحَةُ لِحَقِّ غَيْرِهِ ،
وَالْحَزْمُ تَرْكُهُ حَيْثُ أُبِيحَ
- kitab Hasyiyah Qalyubi
III/205 :
(
وما يأخذه حرام عليه )…. وحيث حرم لا يملك ما أخذه , ويجب رده إلا إذا علم المعطي
بحاله فيملكه , ولا حرمة إلا إن أخذه بسؤال أو إظهار فاقة فيملكه مع الحرمة , وفي
شرح شيخنا وحيث أعطاه على ظن صفة وهو في الباطن بخلافها ولو علم به لم يعطه لم يملك
ما أخذه