PERTANYAAN
:
Halal ngga kalau sayur
pakai pupuk tai babi atau anjing ? Maksudnya, tanaman sayuran yang diberi pupuk
kotoran babi. [Nur
Hafizah].
JAWABAN
:
Hewan atau tanaman sayuran
yang diberi pakan atau pupuk najis, maka hukumnya halal dimakan tapi makruh
menurut mayoritas ulama Syafi’iyyah, namun tidak boleh menurut az-Ziyaady.
Darimana anda tahu pupuknya pakai tai babi ? kalaupun benar hukumnya sama dengan
memakan ayam potong yang kita beli dipasar, tidak mungkin kita bisa / mau
mencari tahu asal muasal dan nasab si ayam / sayuran tadi setelah mereka sampai
di meja pedagang. Mungkin yang jadi poin si penanya di sini, tai babi & tai
anjing itu termasuk najis mugholadoh, sementara tai ayam, tai manusia dsb bukan
termasuk najis mugholadoh, dalam hal ini tingkatan beratnya najis tidak
berpengaruh. Sayuran atau buah-buahan yang tumbuh di atas kotoranpun halal
dikonsumsi, karena yang kita makan bukan esensi dari kotoran tersebut, sama
halnya dengan hewan atau sebut saja Ikan Lele yang memakan kotoran manusia,
semuanya halal dikonsumsi.
Pupuk organik itu
sebenarnya bisa diserap jika sudah berubah dzatnya, kalu masih fresh, malah
membahayakan tanaman, jadi bisa bermanfaat jika sudah terurai menjadi unsur
anorganik, itu pupuk kompos, kandungan utamanya N, jadi sangat baik untuk
sayuran. Zat yang sudah terserap menjadi sayuran, halal karena zat-zat tersebut
jisimnya telah suci kembali dengan adanya perubahan total dan menjadi zat baru,
sebagaimana sucinya lumpur / tanah mutanajjis sesudah dibakar menjadi keramik /
gerabah rumah tangga. Secara ilmu biologi, kotoran itu yang mengolah adalah
tumbuhan & mengeluarkan oksigen di pagi hari & malam hari mengeluarkan
karbondioksida melalui stomata. Maha sempurna Allah yang menciptakan semua serba
bermanfaat, tetapi jika dikonsumsi secara berlebih jadi mudhorot
hasilnya.
Keterangan diambil dari
:
- Hasyiyah al-Bujairomi
VI/50 :
وَيَحِلُّ
تَسْمِيدُ الْأَرْضِ بِالزِّبْلِ وَدَبْغُ الْجِلْدِ بِالنَّجَسِ وَلَوْ مِنْ
مُغَلَّظٍ مَعَ الْكَرَاهَةِ فِيهِمَا
Boleh hukumnya merabuk
tanah dengan kotoran binatang dan menyamak kulit dengan najis meskipun dengan
najis mugholladzoh disertai makruh pada keduanya.
- Tuhfah al-Muhtaaj X/96
:
أَمَّا
دَبْغُ الْجُلُودِ بِرَوْثِ الْكَلْبِ وَالْخِنْزِيرِ فَلَا يَجُوزُ وَكَذَا
تَسْمِيدُ الْأَرْضِ بِهِ أَيْضًا انْتَهَى زِيَادِيٌّ
Sedangkan menyamak kulit
dengan memakai kotoran anjing dan babi maka tidak boleh demikian juga merabuk
tanah dengannya.
- Al-Majmuu’ Syarh
al-Muhaddzab IV/448 :
يجوز
تسميد الارض بالزبل النجس قال المصنف في باب ما يجوز بيعه وغيره من أصحابنا يجوز مع
الكراهة قال امام الحرمين ولم يمنع منه أحد وفى كلام الصيدلاني ما يقتضي خلافا فيه
والصواب القطع بجوازه مع الكراهة
Boleh hukumnya merabuk
tanah dengan kotoran binatang yang najis. Pengarang berkata dalam Bab hal yang
boleh dijual dan tidak “Sebagian Pengikut as-syafi’i ada yang menghukumi boleh
tapi makruh”, berkata Imam Haramain “Tidak ada seorangpun yang melarangnya”
namun pernyataan as-Shoidalaany ternyata berbeda, yang benar dalam masalah ini
hukumnya boleh tapi makruh”.
- Syarh al-Wajiiz IV/654
:
ويجوز
تسميد الارض بالزبل لعموم الحاجة قال إمام الحرمين ولم يمنع منه أحد
Boleh hukumnya merabuk
tanah dengan kotoran binatang karena kebutuhan umum, berkata Imam Haramain
“Tidak ada seorangpun yang melarang nya”.
- I’aanah at-Thoolibiin
II/94 :
(قوله:
وتسميد أرض) بالرفع.
معطوف
على استعمال العاج أيضا، أي ويحل مع الكراهة تسميد أرض، أي جعل سماد أي سرجين بها،
للحاجة إليه.
(وقوله:
بنجس) متعلق بتسميد، ولا حاجة إليه، لانه مستفاد من لفظ تسميد، هكذا في شرح الروض
والفتح.
ثم
رأيت في المصباح: أن السماد ما يصلح به الزرع من تراب وسرجين، وعليه: فيكون قوله
بنجس قيدا لاخراج التراب، فإنه لا كراهة فيه.
- Albahrur Roiq
:
وفي
الظهيرية: إذا صب الماء في الخمر ثم صارت الخمر خلاً تطهر وهو الصحيح، وأدخل في فتح
القدير التطهير بالنار في الاستحالة، ولا ملازمة بينهما فإنه لو أحق موضع الدم من
رأس الشاة طهر، والتنور إذا رش بماء نجس لا بأس بالخبز فيه. كذا في المجتبى. وكذا
الطين النجس إذا جعل منه الكوز أو القدر وجعل في النار يكون طاهراً
- Almukhit Burhani [fiqih
Hanafi] :
وجعلوه
فرعاً لمسألة أخرى: إن السرقين أو العذرة إذا احترقت وصارت رماداً، فالمذهب عند
محمد رحمه الله أن النجس يطهر بالتغيير والاستحالة، خلافاً لأبي يوسف رحمه
الله
Wallaahu A'lamu Bis
Showaab. [Masaji
Antoro, Abdul 'Zed' H. Sanaji, Arif Vidic Nemandja, Ebiey
Doell urun rembuk, Misbachuf Munir, Alif Jum'an Azend, Abdillah Al
Athos].