Oleh
Mualimin Ali
Assalamualaikum wr wb.
Kuwalitas jiwa amat bergantung pada kualitas akal dan kesadaran, kesadaran
dimaksud bukan sekedar melek akan tetapi berkemampuan memahami dan merasakan
adanya interaksi, kalau akal dan kesadaran baik dan sehat maka jiwapun sehat,
begitupun sebaliknya. Maka kesimpulannya, jiwa seseorang amat bergantung pada
akal dan kesadaran. Dan akal, serta kesadaran seseorang tidaklah statis
melainkan bertingkat-tingkat seiring dengan kesadarannya.
Kualitas jiwa ada 4
tingkatan : 1. Kesadaran Indrawi, 2. Kesadaran Rasional atau Ilmiah. 3.
Kesadaran spiritual dan 4. Kesadaran tauhid. Dimana masing-masing tingkatan
adalah menunjukkan pula kesadaran dan kualitas jiwa seseorang.
~
Kesadaran Indrawi adalah : Kesadaran terendah bagi
seseorang, yang berfungsi ketika berinteraksi dengan lingkungannya, karena
kesadaran mewakili jiwa maka kesadaran indrawi juga menggambarkan kualitas jiwa
maka kesadaran indrawi juga menggambarkan kualitas jiwa terrendah. Dimana jiwa
mampu berinteraksi dengan lingkungannya melalui panca indra yang cenderung
materialis.
~
Kesadaran rasional / ilmiyah : Seseorang yang banyak
pengalaman, akan berusaha memahami realitas kehidupan dengan mengeksplorasi
lebih jauh daripada bertumpu pada panca indra, dan akan lebih banyak ambil
pelajaran dari pengalaman orang lain. Bahkan akan menyimpulkan dari berbagai
penelitian. Khasanah menghadapi berbagai pengalaman hidup inilah yang kemudian
disebut ilmu pengetahuan.
Ia dikembangkan berdasar
rasionalitas persoalan kebutuhan hidup manusia. Maka orang yang menggunakan
berbagai khasanah keilmuan untuk memahami realitas hidupnya ini telah mencapai
kesadaran rasional alias ilmiah. “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan
untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (Al
Ankabut 43), dan Ali Imran 190, 191, Ar Ra’at 19, Al Ankabut 35, dll.
~
Kesadaran spiritual : Kesadaran Tingkat ini
pemahamannya mulai bergeser dari rasionalitas menuju pemahaman yang lebih
mendalam. Ia melihat adanya realitas tidak teramati oleh ilmu empiric dan
pendekatan rasional. Sehingga rasionalnya bergeser bertumpu pada “RASA”. Rasa
kekaguman yang mendalam terhadap realitas yang tidak diduga-duganya.
Ia melihat dan merasakan
suatu yang Maha Perkasa dibalik realitas yang dieksplorasinya, ia bertemu dengan
sebuah Kekuasan yang tiada terperikan, yang mengatur, mengendalikan seluruh
semesta dengan kecerdasan yang Maha luar biasa, dan ia melihat semesta ini
sebuah Maha Karya yang diciptakan oleh yang Maha Pencipta. “Yang telah
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?.” (Al Mulk 03),
“Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadi (susunan
tubuhmu), seimbang.” (Al Infitar 07), dan An Nahl 12, Al Haj 46, Al Ankabut 63,
Al Mukmin 67 dll.
~
Kesadaran Tauhid : Inilah kesadaran tingkat
tertinggi manusia, kesadaran ini didapat dari proses kesadaran spiritual dan
membutuhkan cukup waktu untuk mencapainya. Cirinya adalah menyatunya seluruh
pemahaman menjadi Tauhidullah, alias mengesakan Allah semata melalui seluruh
sikap dan perbuatannya. Yang dalam islam disebut muslimun.
Kesadaran tauhid muncul
dari sebuah surprice dari perjalanan panjang dalam pencarian Tuhannya yang tidak
kenal lelah, kemanapun kita menghadap selalu ketemu dengan Allah.
“Dan kepunyaan Allah-lah
timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqarah 115),
“Kepunyaan Allah-lah apa
yang dilangit dan apa yang dibumi, dan adalah Allah Maha Meliputi segala
sesuatu.” (An Nisa’ 126).
Betapa Allah meliputi
segala sesuatu, kemanapun kita menghadap disitulah wajah Allah, dengan benda
atau dengan apapun kita berinteraksi disitu juga ada Allah, sedang menghadapi
apapun kita juga berhadapan dengan Allah, bahkan Allah hadir disekujur tubuh
kita, mulai denyut jantung, tarikan nafas, geliat otot, percikan sinyal-sinyal
listrik syaraf dan otak dll. Allah hadir diseluruh penjuru sisi
kehidupan.
Kita tidak bisa
membayangkan jika Allah tidak hadir pada satu sisi saja walau sekecil apapun
dalam kehidupan kita, maka akan menjadi awal keamburadulan kehidupan dan
kengerian amat sangat tak terperikan. Allah berfirman “Allah tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus
mengurus (mahluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur, kepunyaan-Nya apa yang
ada dilangit dan di bumi”.
Allah selalu dalam
kesibukan mengurus mahluk-Nya “Semua yang ada dilangit dan dibumi selalu meminta
kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (Ar Rahman 29). Apakah anda masih
ada keberanian untuk berbuat sesuatu yang tidak disukai Allah ?.