oleh Masaji
Antoro
“Orang yang hidup dengan
banyak masalah adalah orang yang wajar, orang hidup tanpa masalah adalah justru
orang yang bermasalah.”
Pernyataan tersebut memang
benar, namun tidak sepenuhnya benar. Karena orang hidup dengan terlalu banyak
masalah adalah orang yang patut dikasihani. Salah satu permasalahan yang sangat
dominan dalam hidup ini adalah masalah keuangan, lebih spesifik lagi adalah
masalah hutang. Begitu rumitnya masalah hutang ini, sehingga sampai mati pun
kita akan terus dikejar-kejar olehnya.
Hidup di dunia modern
nyaris berhimpit dengan utang. Bahkan, untuk sebagian orang, utang menjadi gaya
hidup. Orang bisa dikatakan maju jika mampu berutang. Semakin banyak utang,
semakin tinggi status sosialnya. Orang kian dimanja dengan utang. Sekaligus
ditipu dan dijatuhkan dengan utang. Na’uzdubillah min dzalik!
Seorang mukmin adalah
manusia yang tidak tertutup kemungkinan tergiring dalam pola hidup seperti itu.
Bisa banyak sebab yang menjadikan utang begitu dekat. Bahkan, menjadi incaran.
Mungkin, masalah kemampuan ekonomi sehingga utang menjadi pilihan
terakhir.
Masalahnya, mampukah
seorang mukmin mengendalikan utang dalam kematangan dirinya. Utang beredar dalam
batasan sarana yang hanya sebagai salah satu pilihan. Bukan sebagai tujuan. Jika
utang menjadi tujuan, ia akan mengendalikan diri seseorang sehingga terpuruk
dalam jurang kehancuran.
Betapa utang punya nilai
bahaya yang lebih dahsyat daripada sebuah senjata yang mematikan. Bisa lebih
ganas dari hewan buas mana pun. Di antara bahaya yang mengiringi belitan utang
pada seseorang adalah:
1.
Membuat diri menjadi hina
Harga diri seorang mukmin
begitu tinggi. Tak seorang pun yang mampu merendahkannya. Karena, mukmin punya
keterikatan dengan Dzat Yang Maha Tinggi dan Agung. Dan, seorang mukmin yang
meninggal dunia demi mempertahankan kemuliaan itu, ganjarannya adalah
surga.
Namun, kemuliaan itu kadang
memudar manakala ada cacat dalam diri seorang mukmin. Di antara cacat itu adalah
ketidakberdayaan membayar utang. Saat itu juga, terselip dalam diri seorang
mukmin itu perasaan rendah. Bahkan, hina. Bayang-bayang ketidakmampuan itu
menjadikan dirinya tak lagi berdaya di hadapan orang lain. Terutama, orang yang
memberi utang. Ia tak lagi mampu menangkis marah, celaan, bahkan gugatan hukum
sekali pun.
2. Mudah
berdusta
Dusta adalah sesuatu yang
tak mungkin dilakukan seorang mukmin. Rasulullah saw mengatakan seorang mukmin
mungkin saja bermaksiat. Tapi, ia tak mungkin berdusta.
Lain halnya ketika utang
sudah mengepung. Mau bayar tak ada uang. Mau menghindar terlanjur janji.
Akhirnya, ada satu pilihan aman. Dan pilihan itu adalah berdusta. “Besok, ya!”
Atau, “Oh iya. Saya lupa!” Itulah ungkapan-ungkapan yang kerap keluar tanpa lagi
terkendali. Suatu saat, ucapan bohong itu menjadi biasa. Dan, orang-orang pun
memberikan cap pada kita bukan hanya sebagai pengutang. Melainkan, juga sebagai
pembohong. Nau’dzubillah!
Pernah para sahabat
bertanya kenapa Rasulullah begitu banyak berdoa agar terhindar dari utang.
Beliau saw bersabda, “Sesungguhnya jika seseorang terlilit utang ia akan
berbicara lalu berdusta, dan berjanji lalu mengingkari.” (Mutafaq
‘alaih)
3.
Memutuskan hubungan silaturahim
Seorang mukmin dengan
mukmin lainnya memang seperti satu tubuh. Satu anggota tubuh sakit, yang lain
pun ikut sakit. Tapi, ada satu hal yang membuat tubuh itu menjadi cerai berai.
Tak ada satu hal yang paling rawan mampu menceraiberaikan keutuhan tubuh itu
kecuali masalah uang. Dan di antara masalah uang itu adalah utang.
Tiba-tiba, seorang saudara
menjadi asing dengan saudara lainnya disebabkan karena utang. Muncullah sesuatu
yang sebelumnya tak mungkin ada. Ada rasa benci, marah, bahkan permusuhan.
Terbanglah perasaan simpati, cinta, dan rindu layaknya seorang mukmin dengan
saudara seakidahnya. Persaudaraan yang begitu sulit dan lama terbina, bisa
terhapus hanya dengan satu masalah: utang.
4.
Terjebak tindak kriminal
Pada tingkat tertentu,
utang mampu menjerumuskan seorang mukmin pada tindakan yang sama sekali di luar
perkiraannya. Sama sekali tak pernah tersirat kalau ia akan tega melakukan
tindakan yang lebih buruk. Mungkin, di sinilah setan menuai sukses atas
langkah-langkahnya.
Orang yang sudah
dikendalikan utang tidak lagi merasa ragu melakukan tindak kriminal. Di
antaranya, penipuan dan pencurian. Bayang-bayang hitam tentang utangnya
menjadikan pandangan nuraninya menjadi keruh. Bahkan, gelap sama sekali. Tak ada
satu tindakan yang lebih mendominasi dirinya kecuali bayar utang, dengan cara
apa pun. Atau, tindakan yang tidak kalah parah: lari dari utang dengan cara apa
pun.
Pada tingkatan ini, seorang
mukmin mengalami kemerosotan kualitas diri yang luar biasa. Kejujurannya hilang,
kemuliaannya sebagai mukmin menguap entah kemana, cahaya imannya pun kian redup.
Dan, kenikmatan hidup tak lagi terasa. Bumi Allah yang begitu luas terasa sempit
dan menyesakkan.
5.
Meninggalkan beban kepada ahli waris
Alangkah berat duka anggota
keluarga yang ditinggal pergi ayah atau ibu selamanya. Mereka begitu kehilangan
seorang yang amat dicintai. Bahkan, seseorang yang menjadi andalan ekonomi
keluarga.
Penderitaan pun kian berat
manakala mereka tahu kalau almarhum mewariskan utang. Bagi mereka, tidak ada
tawar menawar, kecuali membayar utang. Masalahnya, mampukah mereka membayar?
Atau, utang menjadi warisan turunan.
6.
Tertunda masuk surga
Ternyata, bahaya utang
tidak melulu dalam wilayah dunia. Di akhirat pun, para pengutang akan mendapat
cela yang tidak mengenakkan. Rasulullah saw pernah menasihati para sahaba soal
ini. Beliau bersabda,
“Demi Tuhan yang jiwaku
berada di tanganNya, seandainya seseorang terbunuh di jalan Allah, kemudian
hidup lagi dan terbunuh lagi, kemudian hidup lagi dan terbunuh lagi sedangkan
ada tanggungan utang padanya maka ia tidak akan masuk surga sampai melunasi
utangnya.” (Nasai, Ath-Thabrani, Al-Hakim)
Tips
praktis 8 langkah terbebas dari lilitan hutang :
1. Kalkulasikan Seluruh
Hutang. Apakah Anda mengetahui jumlah total hutang Anda sekarang, berapa tingkat
bunganya dan berapa lamawaktu yang Anda butuhkan untuk melunasinya? Sebagian
besar orang tidak tahu. Kumpulkan semua catatan tagihan bulanan dan buatlah
daftar. Dengan begitu, Anda akan mendapatkan gambaran menyeluruh tentang
kewajiban Anda dala membayar hutang.
2. Rem Nafsu Belanja. Untuk
melunasi utang, terlebih dahulu Anda perlu tahu, kemana saja larinya uang Anda.
Evaluasilah money diary Anda. Mungkin, Anda akan terkejut ketika menyadari bahwa
selama ini Anda membelanjakan uang lebih banyak dari yang Anda bayangkan da
untuk hal yang tidak perlu. Setelah itu, tulis setiap rupiah yang akan Anda
belanjakan bulan depan, sehingga Anda tidak mengulang pola belanja
gila-gilaan.
3. Negosiasikan Hutang.
Ajukan permohonan penurunan suku bunga kredit pinjaman kepada pihak bank.
Ceritakan kondisi keuangan Anda yang sedang sulit. Setiap bank biasanya memiliki
beberapa alternatif cara pembayaran pinjaman, yang bisa Anda pilih sesuai dengan
kondisi keuangan Anda. Cermati pola perubahan tingkat suku bunga. Jangan
terjebak pada pola pinjaman yang awalnya terlihat ‘indah’, namun ternyata
bunganya bakal meningkat di bulan-bulan berikutnya. Jika pihak bank keberatan
atas permohonan Anda, pertimbangkan untuk memindahkan kredit ke bank lain yang
memiliki suku bunga lebih rendah.
4. Membagi Penghasilan
Bulanan. 35%: sewa atau cicilan kredit rumah (termasuk pajak, asuransi dan
perawatan); 15%: transportasi (termasuk bensin, asuransi dan cicilan kredit
kendaraan); 10%: tabungan harian; 15%: membayar utang lain (termasuk kartu
kredit); 25% : hari depan Anda (investasi). Namun demikian, formula persentase
ini fleksibel diterapkan sesuai dengan kondisi keuangan masing-masing
keluarga.
5. Prioritaskan Pelunasan.
Pertama: utang mendesak, yaitu yang bernilai tinggi, berbunga tinggi dan penting
untuk aktivitas sehari-hari, misalnya cicilan kredit, rumah atau mobil -yang
jika tidak dilunasi mungkin akan disita, sehingga mengganggu produktifitas Anda.
Kedua: Hutang yang menyangkut kepentingan keluarga, misalnya pinjaman untuk
sekolah anak -yang jika tidak dibayar, mungkin akan membuat anak Anda tercoret
dari daftar murid. Ketiga: Hutang kartu kredit. Jika punya lebih dari satu,
prioritaskan yang berjumlah dan berbunga tinggi dulu.
6. Cari Uang Lebih Banyak.
Kapan terakhir kali Anda mengevaluasi pendapatan dari pekerjaan yang sekarang?
jika Anda seorang pengusaha, kapan terakhir kali keuntungan Anda meningkat? Tak
ada salahnya menaikkan harga dagangan hingga 10%. Biasanya, hal ini masih bisa
diterima pelanggan. untuk menambah uang cair, lihat juga barang-barang milik
Anda. Mungkin ada yang berharga untuk dijual. Adakan garage sale di rumah atau
bergabunglah dengan kegiatan serupayang terorganisasi. Kalau sukses, tak
mustahil Anda pulang mengantongi, uang lebih dari sejuta rupiah.
7. Tempuh Pilihan Tersulit.
Jika 6 langkah di atas belum cukup, mungkin sudah waktunya Anda menjual mobil
mewah dan menggantinya dengan yang lebih murah (baik harga maupun biaya
operasionalnya). Atau, pindah ke rumah yang harga belinya atau sewanya lebih
murah. Bahkan, apa boleh buat, mungkin Anda harus memindahkan sekolah anak ke
sekolah yang lebih murah.
8. Isi Ulang Kebutuhan.
Ketika dana darurat sudah terpenuhi, Anda harus segera mulai berinvestasi. Jika
Anda bisa menyisihkan Rp 10.000,- per hari dan anggaplah bunga tetap investasi
adalah 8% per tahun. Anda akan punya Rp 57 juta dalam 10 tahun atau 180 juta
dalam 20 tahun. Jika investasi ini tidak Anda utak-atik, dalam 30 tahun Anda
sudah mengumpulkan setengah milyar rupiah. Sudah terbebas hutang, hidup Anda pun
makin mapan. Ini rumusnya: Tahun I: investasi awal + (investasi awal+bunga) =
Rp10.000 x 365 hari + (Rp10.000 x 365 x 8%) = Rp3.942.000, Tahun II: Hasil
investasi tahun pertama + (hasil investasi tahun pertama + Investasi tahun
kedua) x bunga) = Rp3.942.000 + (Rp3.942.000 + (10.000 x 365) x 8%) = Rp
8.199.360. dan seterusnya.
POJOK
“PESAN”™ (PEtuah Solusi KeuangAN) EUREKA
Utang berkepanjangan
disebabkan oleh banyak hal dan terjadi karena tidak ditangani dengan bijak.
Sebelum Anda terlilit olehnya, kenali berbagai tanda-tanda yang mungkin membawa
Anda dalam kesulitan. Mulailah untuk merubah kebiasaan buruk Anda berkenaan
dengan keuangan, khususnya utang. Jalani hidup secara sederhana harus menjadi
moto keluarga.
Sesuaikan pembayaran
cicilan dengan penghasilan bersih yang Anda dapatkan setiap bulannya. Jangan
melebihi dari 30% dari penghasilan bersih. Inilah ukuran umum yang perlu
diperhatikan. Bila Anda terlilit utang berkepanjangan, coba lakukan
langkah-langkah manajemen utang. Saran kami, utamakan membayar utang dengan
bunga yang tertinggi terlebih dahulu. Bila dirasa kondisi keuangan sangat sulit,
pertimbangkan untuk melikuidasi beberapa aset yang Anda miliki.
LINK ASAL :