Sebagaiman a yang telah
kami sampaikan dalam tulisan sebelumnya pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/11/07/ akibat-tida k-bermazha b/ bahwa dua kemungkina n besar akibat negative jika mengikuti akal
pikiran sendiri bersandark an
kepada muthola'ah (menelaah kitab)
adalah
1. Ibadah fasidah (ibadah yang rusak) , ibadah yang
kehilangan ruhnya atau aspek
bathin
2. Tasybihill ah
Bikholqihi ,
penyerupaa n Allah dengan makhluq
Nya
Para ulama yang mereka ikuti pada mulanya umumnya bermazhab Imam Ahmad
bin Hambal namun pada akhirnya ulama mereka mengikuti akal pikiran mereka
sendiri karena bersandark an
kepada muthola'ah (menelaah
kitab) daripada talaqqi (mengaji) kepada para ulama yang bermazhab atau ulama
yang bersanad ilmu yang tersambung kepada lisannya Sayyidina Muhammad
Shallallah u alaihi wasallam.
Contoh uraian mereka semula bermazhab dalam tulisan pada http:// ashhabur-ro yi.blogspo t.com/ 2011/02/ upaya-menet ralkan-sun tikan-racu n.html
***** awal kutipan *****
مطلب في عقيدة الإمام أحمد رضي الله عنه وأرضاه
وسئل رضي الله عنه ونفعنا به : في عقائد الحنابلة ما لا يخفى على شريف علمكم ،
هل عقيدة الإمام أحمد بن حنبل رضي الله عنه كعقائدهم ؟
Syaikhul Islam Ibnu Hajar Al Haitami pernah ditanya tentang akidah mereka
yang semula para pengikut Mazhab Hambali, apakah akidah Imam Ahmad bin Hambal
seperti akidah mereka ?
Beliau menjawab:
فأجاب بقوله : عقيدة إمام السنة أحمد بن حنل رضي الله عنه وأرضاه وجعل جنان
المعارف متقلبه ومأواه وأقاض علينا وعليه من سوابغ امتنانه وبوأه الفردوس الأعلى من
جنانه موافقة لعقيدة أهل السنة والجماعة من المبالغة التامة في تنزيه الله تعالى
عما يقول الظالمون والجاحدون علوا كبيرا من الجهة والجسمية وغيرهما من سائر سمات
النقص ، بل وعن كل وصف ليس فيه كمال مطلق ، وما اشتهر به جهلة المنسوبين إلى هذا
الإمام الأعظم المجتهد من أنه قائل بشيء من الجهة أو نحوها فكذب وبهتان وافتراء
عليه ، فلعن الله من نسب ذلك إليه أو رماه بشيء من هذه المثالب التي برأه الله
منها
Akidah imam ahli sunnah, Imam Ahmad bin Hambal –semoga Allah
meridhoiny a dan
menjadikan nya
meridhoi-N ya serta
menjadikan taman surga sebagai
tempat tinggalnya , adalah sesuai
dengan akidah Ahlussunna h wal
Jamaah dalam hal menyucikan
Allah dari segala macam ucapan yang diucapkan oleh orang-oran g zhalim dan menentang itu, baik itu berupa
penetapan tempat (bagi Allah), mengatakan bahwa Allah itu jism (materi) dan
sifat-sifa t buruk lainnya,
bahkan dari segala macam sifat yang menunjukka n ketidaksem purnaan Allah.
Adapun ungkapan-u ngkapan yang terdengar dari
orang-oran g jahil yang
mengaku-ng aku sebagai pengikut
imam mujtahid agung ini, yaitu bahwa beliau pernah mengatakan bahwa Allah itu bertempat dan
semisalnya , maka perkataan itu
adalah kedustaan yang nyata dan tuduhan keji terhadap beliau. Semoga Allah
melaknat orang yang melekatkan
perkataan itu kepada beliau atau yang menuduh beliau dengan tuduhan yang Allah
telah membersihk an beliau darinya
itu.
وقد بين الحافظ الحجة القدوة الإمام أبو الفرج ابن الجوزي من أئمة مذهبه
المبرئين من هذه الوصمة القبيحة الشنيعة أن كل ما نسب إليه من ذلك كذب عليه وافتراء
وبهتان ، وأن نصوصه صريحة في بطلان ذلك وتنزيه الله تعالى عنه ، فاعلم ذلك فإنه مهم
.
وإياك أن تصغي إلى ما في كتب ابن تيمية وتلميذه ابن قيم الجوزية وغيرهما ممن
اتخذ إلهه هواه وأضله الله على علم ، وختم على سمعه وقلبه وجعل على بصره غشاوة فمن
يهديه من بعد الله ، وكيف تجاوز هؤلاء الملحدون الحدود وتعدوا الرسوم وخرقوا سياج
الشريعة والحقيقة فظنوا بذلك أنهم على هذى من ربهم وليسوا كذلك بل هم على أسوإ
الضلال وأقبح الخصال وأبلغ المقت والخسران وأنهى الكذب والبهتان فخذل الله متبعه
وطهر الأرض من أمثالهم
Al Hafizh Al Hujjah Al Imam, Sang Panutan, Abul Faraj Ibnul Jauzi,
salah seorang pembesar imam mazhab Hambali yang membersihk an segala macam tuduhan buruk ini, telah
menjelaska n tentang masalah ini
bahwa segala tuduhan yang dilemparka n kepada sang imam adalah kedustaan dan tuduhan
yang keji terhadap sang imam. Bahkan teks-teks perkataan sang imam telah
menunjukka n kebatilan tuduhan
itu, dan menjelaska n tentang sucinya
Allah dari semua itu. Maka pahamilah masalah ini, karena sangat penting.
Janganlah sekali-kal i
kamu dekati buku-buku karangan Ibnu Taimiyah dan muridnya, Ibnul Qayyim dan
orang seperti mereka berdua. Siapa yang bisa memberikan petunjuk orang seperti itu selain Allah?
Bagaimana orang-oran g
atheis itu melampaui batas-bata s, menabrak aturan-atu ran dan merusak tatanan syariat dan hakikat, lalu
mereka menyangka bahwa mereka berada di atas petunjuk dari tuhan mereka, padahal
tidaklah demikian. Bahkan mereka berada pada kesesatan paling buruk, kemurkaan
paling tinggi, kerugian paling dalam dan kedustaan paling besar. Semoga Allah
menghinaka n orang yang
mengikutin ya dan
membersihk an bumi ini dari
orang-oran g semisal mereka.
Sumber : Al Fatawa Al Haditsiyah 1/ 480
karya Syaikhul Islam al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami.
***** akhir kutipan *****
Apa yang disampaika n
oleh Syaikhul Islam al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami tentang pemahaman ulama mereka,
disampaika n pula oleh
ulama-ulam a lainnya, contohnya dapat
ditemukan dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.files.wo rdpress.co m/2010/02/ ahlussunnah bantahtaim iyah.pdf
Kami hanya bisa menyampaik an dengan semangat persaudara an sesama muslim. Tujuan kami agar
saudara-sa udara muslim kami yang
tidak mau bermazhab dan hanya mengikuti pemahaman ulama-ulam a seperti ulama Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qoyyim al Jauziah, Muhammad bin Abdul Wahhab
atau ulama Al Abani agar terhindar dari kesyirikan yang tanpa disadari atau
kesyirikan karena
kesalahpah aman
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra berkata : “Sebagian golongan dari umat
Islam ini ketika kiamat telah dekat akan kembali menjadi
orang-oran g kafir.“
Seseorang bertanya kepadanya : “Wahai Amirul Mukminin apakah sebab
kekufuran mereka? Adakah karena membuat ajaran baru atau karena
pengingkar an?”
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra menjawab : “Mereka menjadi kafir karena
pengingkar an. Mereka
mengingkar i Pencipta mereka
(Allah Subhanahu wa ta’ala) dan mensifati- Nya dengan sifat-sifa t benda dan anggota-an ggota badan.” (Imam Ibn
Al-Mu’alli m
Al-Qurasyi (w. 725 H) dalam
Kitab Najm Al-Muhtadi Wa Rajm
Al-Mu’tadi )
Imam Ahmad ar-Rifa’i (W. 578 H/ 1182 M) dalam kitabnya al-Burhan al-Muayyad, “Sunu
‘Aqaidakum Minat Tamassuki Bi
Dzahiri Ma Tasyabaha Minal Kitabi Was Sunnati Lianna Dzalika Min Ushulil Kufri”,
“Jagalah aqidahmu dari berpegang dengan dzahir ayat dan hadis
mutasyabih at, karena hal itu
salah satu pangkal kekufuran” .
Imam besar ahli hadis dan tafsir, Jalaluddin As-Suyuthi dalam “Tanbiat Al-Ghabiy Bi Tabriat Ibn ‘Arabi”
mengatakan “Ia
(ayat-ayat
mutasyabih at) memiliki
makna-makn a khusus yang berbeda
dengan makna yang dipahami oleh orang biasa. Barangsiap a memahami kata wajh Allah, yad , ain dan istiwa
sebagaiman a makna yang selama
ini diketahui (wajah Allah, tangan, mata, bertempat) , ia kafir secara pasti.”
Ulama mereka memang kadang mengutip dari kitab Imam Mazhab namun kita
harus dapat membedakan apa yang
disampaika n oleh Imam Mazhab
antara menyampaik an
sebagaiman a dalil naqli atau
mereka menyampaik an
penjelasan atas dalil naqli.
Apa yang dikutip oleh ulama mereka pada hakikatnya ketika Imam Mazhab menyampaik an sebagaiman a dalil naqli bukan penjelasan mereka.
Contoh bagian penjelasan
Imam Malik bin Anas ra menghadapi hadis ”Allah turun di setiap sepertiga malam”
adalah, yanzilu amrihi ( turunnya perintah dan rahmat Allah ) pada setiap
sepertiga malam “adapun Allah Azza wa Jalla, adalah tetap tidak bergeser dan
tidak berpindah, maha suci Allah
yg tiada tuhan selainNya“ lihat
pada “at tamhid” 8/143, “siyaru a’lamun nubala” 8/ 105 “arrisalatul wafiyah” hal 136 karangan Abi
Umar Addani dan dalam kitab syarah an-nawawi ala shohih muslim
6/ 37 dan juga al-inshaaf
karangan ibnu sayyit al-bathliy usi hal
82.
Contoh penjelasan dari
pemimpin ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak) lainnya yakni Imam
Asy-Syafi’ i Muhammad ibn Idris (w 204
H), berkata:
إنه تعالى كان ولا مكان فخلق المكان وهو على صفة الأزلية كما كان قبل خلقه
المكان ولا يجوز عليه التغير في ذاته ولا التبديل في صفاته (إتحاف السادة المتقين
بشرح إحياء علوم الدين, ج 2، ص 24)
“Sesungguhn ya Allah
ada tanpa permulaan dan tanpa tempat. Kemudian Dia menciptaka n tempat, dan Dia tetap dengan
sifat-sifa t-Nya yang Azali
sebelum Dia menciptaka n tempat
tanpa tempat. Tidak boleh bagi-Nya berubah, baik pada Dzat maupun pada
sifat-sifa t-Nya” (LIhat
az-Zabidi, Ithâf as-Sâdah
al-Muttaqî n…, j. 2, h. 24).
Penjelasan lebih
lengkapnya dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/10/06/ tanpa-tempa t/
Begitupula
penjelasan yang
disampaika n oleh ulama negeri kita
sendiri, Habib Munzir Al Musawa sebagai berikut,
****awal kutipan *****
Hadirin hadirat, sampailah kita kepada Hadits Qudsi, dimana Sang Nabi
Saw bersabda menceritak an firman
Allah riwayat Shahih Bukhari “Yanzilu Rabbuna tabaaraka wa ta’ala fi
tsulutsull ailil akhir…” (Allah itu
turun ke langit yang paling dekat dengan bumi pada sepertiga malam
terakhir).
Maksudnya bukan secara makna yang dhohir Allah itu ke langit yang
terdekat dg bumi, karena justru hadits ini merupakan satu dalil yang menjawab
orang yang mengatakan bahwa Allah Swt
itu ada di satu tempat atau ada di Arsy.
Yang dimaksud adalah Allah itu senang semakin dekat, semakin dekat, semakin
dekat kepada hamba hamba Nya disaat sepertiga malam terakhir semakin dekat Kasih
Sayang Allah.
Allah itu dekat tanpa sentuhan dan jauh tanpa jarak. Berbeda dengan
makhluk, kalau dekat mesti ada sentuhan dan kalau jauh mesti ada jarak. “Allah
laysa kamitslihi syai’un” (Allah tidak
sama dengan segala sesuatu) (QS Assyura 11)
Allah Swt turun mendekat kepada hamba Nya di sepertiga malam terakhir
maksudnya Allah membukakan
kesempatan terbesar bagi hamba hamba
Nya di sepertiga malam terakhir.
Sepertiga malam terakhir kira kira pukul 2 lebih
dinihari.. , kalau malam dibagi
3, sepertiga malam terakhir kira kira pukul 2 lebih, sampai sebelum adzan subuh
itu sepertiga malam terakhir, waktu terbaik untuk berdoa dan
bertahajju d.
Disaat saat itu kebanyakan para kekasih lupa dengan
kekasihnya . Allah menanti para
kekasih Nya. Sang Maha Raja langit dan bumi Yang Maha Berkasih Sayang menanti
hamba hamba yang merindukan Nya,
yang mau memisahkan
ranjangnya dan tidurnya demi
sujudnya Kehadirat Allah Yang Maha Abadi. Mengorbank an waktu istirahatn ya beberapa menit untuk
menjadikan bukti cinta dan rindunya
kepada Allah.
Hadirin hadirat, maka Allah Swt berfirman (lanjutan dari hadits qudsi
tadi) “Man yad u’niy fa astajibala hu” (siapa yang menyeru kepada Ku maka aku akan
menjawab seruannya) .
Apa maksudnya kalimat ini?
Maksudnya ketika kau berdoa disaat itu Allah
sangat….,. sangat… ingin
mengabulka nnya untukmu. “Man
yasaluniy fa u’thiyahu”
(barangsia pa diantara kalian
adakah yang meminta pada Ku maka Aku beri permintaan nya).
Seseorang yang bersungguh sungguh berdoa di sepertiga malam terakhir sudah
dijanjikan oleh Allah ijabah
(terkabul) .
Kalau seandainya tidak
dikabulkan oleh Allah berarti
pasti akan diberi dengan yang lebih indah dari itu. “Wa man
yastaghfir uniy fa aghfira lahu”
(dan siapa yang beristighf ar
mohon pengampuna n pada Ku disaat itu,
akan Kuampuni untuknya).
Betapa dekatnya Allah di sepertiga malam terakhir. Hadirin hadirat,
disaat saat itu orang orang yang mencintai dan merindukan Allah pasti dalam keadaan bangun dan pasti dalam
keadaan berdoa.
Sumber: http:// http/ www.majelis rasulullah .org/ index.php?o ption=com_ content&ta sk=view&id =181&Itemi d=1
****akhir kutipan*** **
Habib Munzir Al Musawa adalah salah satu ulama yang
mendapatka n didikan langsung
dari orang tua-orang tuanya terdahulu yang tersambung kepada didikan Imam Sayyidina Ali ra yang
mendapatka n didikan langsung
dari Rasulullah
shallallah u alaihi wasallam.
Selain itu dalam mendalami ilmu agama, Beliau ber-talaqq i (mengaji) pada para ulama bermazhab , bersanad ilmu
tersambung kepada lisannya
Rasulullah
shallallah u alaihi wasallam.
Dalam masalah i'tiqod selain dapat kita ketahui dan yakini dari para
pemimpin ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak) alias Imam Mazhab dan
penjelasan dari ulama pengikut Imam
Mazhab, kita dapat pula bertanya kepada para Habib atau para Sayyid
Contoh lainnya jika kita ingin mengetahui cara Sholat Rasulullah dapatlah kita bertanya kepada para Habib dan Sayyid
karena sholat adalah perbuatan yang dilatih sejak kecil oleh orang tua para
Habib dan para Sayyid.
Para Imam Mazhab yang empat pun menuliskan fiqih tentang sholat, setelah mereka
mendapatka n latihan dari para
guru mereka yang tersambung
kepada Rasulullah
shallallah u alaihi wasallam dan
merekapun masih sempat bergaul dengan para Salafush Sholeh, minimal Tabi'ut
Tabi'in. Dari pelatihan langsung dan mengumpulk an hadits-had its tentang sholat maka mereka
menuliskan nya pada kitab fiqih,
sebagai pedoman bagi kita yang masa kehidupann ya telah terpaut jauh dengan masa kehidupan para
Salafush Sholeh.
Sebaiknya jangan mengikuti cara sholat Rasulullah melalui upaya pemahaman ulama yang berupaya
mengetahui nya dari memahami
lafaz atau tulisan. Dimana setiap upaya pemahaman, bisa benar dan bisa pula salah. Terlebih lagi
kalau upaya pemahaman tersebut dilakukan oleh ulama yang tidak dikenal
berkompetr ensi sebagai Imam
Mujtahid Mutlak maka kemungkina n
salahnya akan lebih besar dan berakibat ibadah fasidah (ibadah yang rusak) ,
ibadah yang kehilangan ruhnya
atau aspek bathin. Kalau kita ibaratkan belajar berenang, mana yang lebih besar
kemungkina n bisa
berenangny a, apakah yang belajar
berenang melalui latihan dengan pelatih (guru) atau belajar berenang sendiri
melalui memahami atau muthola'ah
(menelaah) buku penuntun berenang
?
Tulisan kali ini kami akhiri dengan pesan dari Habib Munzir Al Musawa
yang mengingatk an kita akan
pesan dari Rasulullah
shallallah u alaihi wasallam
ketika haji wada. Pesan Beliau disampaika n dalam tulisan pada http:// majelisrasu lullah.org / index.php?o ption=com_ content&ta sk=view&id =364&Itemi d=1 terkait dengan note kami kali ini, berikut
kutipannya
****Awal kutipan*** **
أَقْبَلَ رَجُلٌ، غَائِرُ الْعَيْنَي ْنِ، مُشْرِفُ الْوَجْنَت َيْنِ، نَاتِئُ الْجَبِينِ ، كَثُّ اللِّحْيَة ِ، مَحْلُوقٌ، فَقَالَ، اتَّقِ اللَّهَ يَا
مُحَمَّدُ، فَقَالَ رسنول الله
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : منْ يُطِعْ اللَّهَ إِذَا
عَصَيْتُ؟،
أَيَأْمَنُ نِي اللَّهُ، عَلَى
أَهْلِ الْأَرْضِ، فَلَا
تَأْمَنُون ِي؟،
فَسَأَلَهُ رَجُلٌ قَتْلَهُ،
أَحْسِبُهُ خَالِدَ بْنَ
الْوَلِيدِ ،
فَمَنَعَهُ ، فَلَمَّا وَلَّى،
قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِنَّ مِنْ ضِئْضِئِ هَذَا، أَوْ فِي عَقِبِ هَذَا،
قَوْمًا يَقْرَءُون َ
الْقُرْآنَ ، لَا يُجَاوِزُ
حَنَاجِرَه ُمْ،
يَمْرُقُون َ مِنْ الدِّينِ،
مُرُوقَ السَّهْمِ مِنْ الرَّمِيَّ ةِ، يَقْتُلُون َ أَهْلَ الْإِسْلَا مِ، وَيَدَعُون َ أَهْلَ الْأَوْثَا نِ، لَئِنْ أَنَا أَدْرَكْتُ هُمْ، لَأَقْتُلَ نَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ.
(صحيح البخاري)
Berkata Abu sa’id Al Khudriy ra saat Nabi saw sedang membagi bagi
harta pada beberapa orang, maka datanglah seorang lelaki, matanya
membelalak , kedua
pelipisnya tebal cembung
kedepan, dahinya besar, janggutnya sangat tebal, rambutnya gundul, sarungnya pendek,
berkata: Bertakwala h pada Allah
wahai Muhammad…! , Sabda
Rasulullah
shallallah u alaihi wasallam:
“Siapa yang taat pada Allah kalau aku bermaksiat ??, apakah Allah mempercaya iku untuk mengamanka n penduduk bumi dan kalian tidak
mempercaya iku??” dan berkata
Khalid bin Walid ra: Wahai Rasulullah , kutebas lehernya.. !, Rasul shallallah u alaihi wasallam
melarangny a, lalu
beliau shallallah u
alaihi wasallam melirik orang itu yang sudah
membelakan gi Nabi
shallallah u alaihi
wasallam, dan Rasul shallallah u alaihi wasallam bersabda:
“Sungguh akan keluar dari keturunan lelaki ini suatu kaum yang membaca Alqur’an
namun tidak melewati tenggoroka nnya (tidak kehatinya) , mereka semakin jauh dari agama seperti
menjauhnya panah dari busurnya,
mereka memerangi orang islam dan membiarkan penyembah berhala”, jika kutemui kaum itu akan
kuperangi seperti diperangin ya kaum
‘Aad” (Shahih Bukhari)
عَنْ جَرِيرٍ:أَ نَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ : فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ ، اسْتَنْصِت ْ النَّاسَ، فَقَالَ: لَا
تَرْجِعُوا بَعْدِي،
كُفَّارً،ا يَضْرِبُ
بَعْضُكُمْ ، رِقَابَ بَعْضٍ.
(صحيح البخاري)
Dari Jarir ra: “Sungguh Nabi shallallah u alaihi wasallam bersabda
padanya, pada Haji Wada’ (Haji perpisahan /haji Nabi shallallah u alaihi wasallam yang
terakhir). Simaklah dengan baik
wahai orang-oran g, lalu beliau
bersabda: “Jangan kalian kembali kepada kekufuran setelah aku wafat, saling
bunuh dan memerangi satu sama lain” (Shahih Bukhari)
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830