PERTANYAAN
:
Assalamu'alaikum. Adakah
hadits tentang sholat fardhlu yang dapat di-qodhlo' ?, mohon arahan dan
bimbingannya. Wassalamu'alaikum warohmatulloh. [Salam
Juventini].
JAWABAN
:
Wa'alaikumsalam wr wb.
Banyak, salah satunya Ketika Nabi saw dan para sahabat terbangun terlambat
shalat subuh setelah terbitnya matahari, Nabi saw dan sahabat meng Qadha nya
saat setelah terbangun, dan nabi saw memerintahkan sahabat untuk tetap sakinah,
jangan terburu buru dalam wudhu lalu merekapun meng Qadha shalat subuh setelah
terbit matahari. (Shahih Muslim Bab : Meng Qadha shalat yang tertinggal dan
disunnahkan untuk menyegerakannya hadits no.680)
- Al-Fiqh ‘alaa Madzaahiba
l-Arba’ah I/755 :
مباحث
قضاء الصلاة الفائتة حكمه
قضاء
الصلاة المفروضة التي فاتت واجب على الفور سواء فاتت بعذر غير مسقط لها أو فاتت
بغير عذر أصلا باتفاق ثلاثة من الأئمة ( الشافعية قالوا : إن كان التأخير بغير عذر
وجب القضاء على الفور وإن كا...ن بعذر وجب على التراخي
BAHASAN QADHA SHALAT. Hukum
mengqadha shalat fardhu menurut kesepakatan tiga madzhab (Hanafi, Maliki dan
Hanbali) adalah wajib dan harus dikerjakan sesegera mungkin baik shalat yang
ditinggalkan sebab adanya udzur (halangan) atau tidak. Sedangkan menurut Imam
Syafi’i qadha shalat hukumnya wajib dan harus dikerjakan sesegera mungkin bila
shalat yang ditinggalkan tanpa adanya udzur dan bila karena udzur, qadha
shalatnya tidak diharuskan dilakukan sesegera mungkin. [ Al-Fiqh ‘alaa
Madzaahiba l-Arba’ah I/755 ].
Hadits-hadits tentang qadha
shalat
1). HR.Bukhori, Muslim dari
Anas bin Malik ra.: “Siapa yang lupa (melaksanakan) suatu sholat atau tertidur
dari (melaksanakan)nya, maka kifaratnya (tebusannya) adalah melakukannya jika
dia ingat”. Ibnu Hajr Al-‘Asqalany dalam Al-Fath II:71 ketika menerangkan makna
hadits ini berkata; ‘Kewajiban menggadha sholat atas orang yang sengaja
meninggalkannya itu lebih utama. Karena hal itu termasuk sasaran Khitab
(perintah) untuk melaksanakan sholat, dan dia harus melakukannya…’.
Yang dimaksud Ibnu Hajr
ialah kalau perintah Rasulallah saw. bagi orang yang ketinggalan sholat karena
lupa dan tertidur itu harus diqadha, apalagi untuk sholat yang disengaja
ditinggalkan itu malah lebih utama/wajib untuk menggadhanya. Maka bagaimana dan
darimana dalilnya orang bisa mengatakan bahwa sholat yang sengaja ditinggalkan
itu tidak wajib/tidak sah untuk diqadha ?
Begitu juga hadits itu
menunjukkan bahwa orang yang ketinggalan sholat karena lupa atau tertidur tidak
berdosa hanya wajib menggantinya. Tetapi orang yang meninggalkan sholat dengan
sengaja dia berdosa besar karena kesengajaannya meninggalkan sholat, sedangkan
kewajiban qadha tetap berlaku baginya.
2). Rasulallah saw. setelah
sholat Dhuhur tidak sempat sholat sunnah dua raka’at setelah dhuhur, beliau
langsung membagi-bagikan harta, kemudian sampai dengar adzan sholat Ashar.
Setelah sholat Ashar beliau saw. sholat dua rakaat ringan, sebagai ganti/qadha
sholat dua rakaat setelah dhuhur tersebut. (HR.Bukhori, Muslim dari Ummu
Salamah).
3). Rasulallah saw.
bersabda: ‘Barangsiapa tertidur atau terlupa dari mengerjakan shalat witir maka
lakukanlah jika ia ingat atau setelah ia terbangun’. (HR.Tirmidzi dan Abu
Daud).(dikutip dari at-taj 1:539)
4). Rasulallah saw. bila
terhalang dari shalat malam karena tidur atau sakit maka beliau saw.
menggantikannya dengan shalat dua belas rakaat diwaktu siang. (HR. Muslim dan
Nasa’i dari Aisyah ra).(dikutip dari at-taj 1:539)
Nah alau sholat sunnah
muakkad setelah dhuhur, sholat witir dan sholat malam yang tidak dikerjakan pada
waktunya itu diganti/diqadha oleh Rasulallah saw. pada waktu setelah sholat
Ashar dan waktu-waktu lainnya, maka sholat fardhu yang sengaja ketinggalan itu
lebih utama diganti dari- pada sholat-sholat sunnah ini.
5). HR Muslim dari Abu
Qatadah, mengatakan bahwa ia teringat waktu safar pernah Rasulallah saw.
ketiduran dan terbangun waktu matahari menyinari punggungnya. Kami terbangun
dengan terkejut. Rasulallah saw. bersabda: Naiklah (ketunggangan masing-masing)
dan kami menunggangi (tunggangan kami) dan kami berjalan. Ketika matahari telah
meninggi, kami turun. Kemudian beliau saw. berwudu dan Bilal adzan untuk
melaksanakan sholat (shubuh yang ketinggalan). Rasulallah saw. melakukan sholat
sunnah sebelum shubuh kemudian sholat shubuh setelah selesai beliau saw. menaiki
tunggangannya.
Ada sementara yang berbisik
pada temannya; ‘Apakah kifarat (tebusan) terhadap apa
yang kita lakukan dengan
mengurangi kesempurnaan shalat kita (at-tafrith fi ash-sholah)? Kemudian
Rasulallah saw. bersabda: ’Bukan kah aku sebagai teladan bagi kalian’?, dan
selanjutnya beliau bersabda : ‘Sebetulnya jika karena tidur (atau lupa) berarti
tidak ada tafrith (kelalaian atau kekurangan dalam pelaksanaan ibadah, maknanya
juga tidak berdosa). Yang dinamakan kekurangan dalam pelaksanaan ibadah(tafrith)
yaitu orang yang tidak melakukan (dengan sengaja) sholat sampai datang lagi
waktu sholat lainnya….’. (Juga Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, dari
Imaran bin Husain dengan kata-kata yang mirip, begitu juga Imam Bukhori dari
Imran bin Husain).
Hadits ini tidak lain
berarti bahwa orang yang dinamakan lalai/meng- gampangkan sholat ialah bila
meninggalkan sholat dengan sengaja dan dia berdosa, tapi bila karena tertidur
atau lupa maka dia tidak berdosa, kedua-duanya wajib menggadha sholat yang
ketinggalan tersebut. Dan dalam hadits ini tidak menyebutkan bahwa orang tidak
boleh/haram menggadha sholat yang ketinggalan kecuali selain dari yang lupa atau
tertidur, tapi hadits ini menyebutkan tidak ada kelalaian (berdosa) bagi orang
yang meninggal- kan sholat karena tertidur atau lupa. Dengan demikian tidak ada
dalam kalimat hadits larangan untuk menggadha sholat !
6). Jabir bin Abdullah
ra.meriwayatkan bahwa Umar bin Khattab ra. pernah datang pada hari (peperangan)
Khandaq setelah matahari terbenam. Dia mencela orang kafir Quraisy, kemudian
berkata; ‘Wahai Rasulallah, aku masih melakukan sholat Ashar hingga (ketika itu)
matahari hampir terbenam’. Maka Rasulallah saw. menjawab : ‘Demi Allah aku tidak
(belum) melakukan sholat Ashar itu’. Lalu kami berdiri (dan pergi) ke Bith-han.
Beliau saw. Berwudu untuk (melaksanakan) sholat dan kami pun berwudu untuk
melakukannya. Beliau saw. (melakukan) sholat Ashar setelah matahari terbenam.
Kemudian setelah itu beliau saw. melaksanakan sholat Maghrib. (HR.Bukhori dalam
Bab ‘orang yang melakukan sholat bersama orang lain secara berjama’ah setelah
waktunya lewat’, Imam Muslim I ;438 hadits nr. 631, meriwayatkannya juga,
didalam Al-Fath II:68,dan pada bab ‘meng- gadha sholat yang paling utama’ dalam
Al-Fath Al-Barri II:72)
7). Begitu juga dalam kitab
Fiqih empat madzhab atau Fiqih lima madzhab bab 25 sholat Qadha’ menulis: Para
ulama sepakat (termasuk Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’i dan lainnya) bahwa
barangsiapa ketinggalan shalat fardhu maka ia wajib menggantinya/menggadhanya.
Baik shalat itu ditinggal- kannya dengan sengaja, lupa, tidak tahu maupun karena
ketiduran.
Memang terdapat
perselisihan antara imam madzhab (Hanafi, Malik, Syafi’i dan lainnya),
perselisihan antara mereka ini ialah apakah ada kewajiban qadha atas orang gila,
pingsan dan orang mabuk.
8). Dalam kitab fiqih
Sunnah Sayyid Sabiq (bahasa Indonesia) jilid 2 hal. 195 bab Menggadha Sholat
diterangkan: Menurut madzhab jumhur termasuk disini Imam Abu Hanifah, Imam Malik
dan Imam Syafi’i mengatakan orang yang sengaja meninggalkan sholat itu berdosa
dan ia tetap wajib meng-gadhanya.
Yang menolak pendapat qadha
dan ijma’ ulama ialah Ibnu Hazm dan Ibn Taimiyyah, mereka ini membatalkan (tidak
sah) untuk menggadha sholat !! Dalam buku ini diterangkan panjang lebar alasan
dua imam ini.
(Tetapi alasan dua imam ini
terbantah juga oleh hadits-hadits diatas dan ijma’ para ulama pakar termasuk
disini Imam Hanafi, Malik, Syafi’i dan ulama pakar lainnya yang mewajibkan qadha
atas sholat yang sengaja ditinggal-kan. Mereka ini juga bathil dari sudut dalil
dan berlawanan dengan madzhab jumhur—pen.).
Kesimpulan
:
Kalau kita baca
hadits-hadits diatas semuanya masalah qadha sholat, dengan demikian buat kita
insya Allah sudah jelas bahwa menggadha/meng-gantikan sholat yang ketinggalan
baik secara disengaja maupun tidak disengaja menurut ijma’ ulama hukumnya wajib,
sebagaimana yang diutarakan oleh ulama-ulama pakar yang telah diakui oleh
ulama-ulama dunia yaitu Imam Hanafi, Imam Malik dan Imam Syafi’i.
Hanya perbedaan antara yang
disengaja dan tidak disengaja ialah masalah dosanya jadi bukan masalah qadhanya.
Semoga dengan adanya dalil-dalil yang cukup jelas ini bisa menjadikan manfaat
bagi kita semua. Semoga kita semua tidak saling cela-mencela atau merasa
pahamnya/anutannya yang paling benar.
Hadits mengqodlo sholat
:
إن
المشركين شغلوا رسول الله صلّى الله عليه وسلم عن أربع صلوات يوم الخندق، حتى ذهب
من الليل ما شاء الله ، فأمر بلالاً فأذن، ثم أقام، فصلى الظهر، ثم أقام فصلى
العصر، ثم أقام فصلى المغرب، ثم أقام فصلى العشاء» (2)
رواه
الترمذي والنسائي وأحمد، قال الترمذي: ليس بإسناده بأس، إلا أن أبا عبيدة ( راويه
عن أبيه عن ابن مسعود ) لم يسمع من أبيه. ورواه النسائي أيضاً عن أبي سعيد الخدري،
ورواه البزار عن جابر ابن عبد الله ( نصب الراية: 2 /164- 166 ).
ومن
شغلت ذمته بأي تكليف لا تبرأ إلا بتفريغها أداء أو قضاء، لقوله صلّى الله عليه وسلم
: «فدين الله أحق أن يقضى» (3) . فمن وجبت عليه الصلاة، وفاتته بفوات الوقت المخصص
لها، لزمه قضاؤها (4) فهو آثم بتركها عمداً، والقضاء عليه واجب، لقوله صلّى الله
عليه وسلم : «إذا رقد أحدكم عن الصلاة، أو غفل عنها، فليصلها إذا ذكرها، فإن الله
عز وجل يقول: {أقم الصلاة لذكري} [طه:14/20] (5) وللبخاري: «من نسي صلاة، فليصلها
إذا ذكرها، لا كفارة لها إلا ذلك» ومجموع الحديث المتفق عليه بين البخاري ومسلم:
«من نام عن صلاة أو نسيها، فليصلها إذا ذكرها» فمن فاتته الصلاة
لنوم
أو نسيان قضاها، وبالأولى من فاتته عمداً بتقصير يجب عليه قضاؤها. وعليه: يجب
القضاء بترك الصلاة عمداً أو لنوم أو لسهو، ولوشكاً. ولا يجب القضاء عند المالكية
لجنون أو إغماء أو كفر، أو حيض أو نفاس، أو لفقد الطهورين. (3) رواه البخاري
والنسائي عن ابن عباس. وهناك أحاديث أخرى في الحج في معناه (نيل الأوطار:285/4 وما
بعدها). (4) الكتاب مع اللباب: 1 / 88، الشرح الصغير: 1 /364، مغني المحتاج: 1
/127، المهذب: 1 / 54، المجموع: 3 /72 وما بعدها، المغني: 2 /108، بداية
المجتهد:175/1. (5) رواه مسلم عن أنس بن مالك (نيل الأوطار: 2 /25).
Wallaahu A'lamu Bis
showaab. [Mbah
Jenggot II, Masaji Antoro].