PERTANYAAN
:
Assalamu'alaykum. Apa yang
sebaiknya kita lakukan ketika mendampingi seseorang yang sedang sakaratul maut ?
[Si Trexz
].
JAWABAN
:
Wa'alaykumussalaam. Berikut
hal-hal yang sunah dilakukan terhadap orang yang sakit parah (muhtadhor, sakit
yang membawa pada kematian) dan DETIK DETIK SAKAROTUL MAUT
:
1.
Mengahdapkannya ke arah kiblat
Hal ini bisa dilakukan
dengan cara membaringkannya pada lambung sebelah kanan (kepal di utara), jika
tidak mampu maka dengan membaringkan pada lambung kirinya (kepala di selatan),
dan bila hal ini tidak mampu maka dengan posisi diterlentangkan (mlumah) dan
member sejenis bantal dikepalanya agar bisa menghadap kiblat.
2.
Membacakan surat yasin dengan keras dan surat Ar-Ra’du dengan lirih,
Jika keduanya mungkin di
baca, namun jika hanya mungkin membaca salah satunya, maka dibacakan surat yasin
untuk mengingatkannya pada urusan akhirat. Jika muhtadhlor (orang yang sudah
sekarat) sudah tidak mempunyai perasaan maka yang lebih utama di bacakan surat
Ar-Ra’du, untuk mempermudah keluarnya ruh.[4]
3.
Mentalqin ( menuntun untuk membaca "laa ilaaha illallooh" ), Nabi bersabda
:
«
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ »(رواه
الحاكم)
“Barangsiapa yang akhir
hayatnya membaca لا اله الاالله maka ia akan masuk surga”
Menurut qaul sahih
penalkinan dilakukan satu kali (tidak perlu diulangi), kecuali apabila muhtadlor
setelah ditalkin berbicara sekalipun masalaj ukhrawi, maka talkin sunah untuk
diulangi lagi. Menurut imam As Shamiri talkin tidak sunat diulangi selama
muhtadlor tidak membicarakan urusan duniawi. Talkin untuk orang muslim tidak
memakai lafadz tasbih dan ashadu, kedua lafadz tersebut digunakan untuk
mentalkin orang kafir yang diharapkan masuk islam.
Orang yang melakukan talkin
disunahkan bukan ahli waris, bukan musuhnya atau orang yang hasud/iri kepadanya,
hal ini bertujuan untuk menghindari dugaan bahwa mereka mengharapkan kematian
muhtadlor.[5]
Jika yang ada hanya ahli
waris maka hendaknya yang metalkin adalah ahli waris yang paling sayanng
kepadanya.[6]
كتاب
الجنائز
{
وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ وَعُثْمَانُ ابْنَا أَبِى شَيْبَةَ ح وَحَدَّثَنِى
عَمْرٌو النَّاقِدُ قَالُوا جَمِيعًا حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الأَحْمَرُ عَنْ
يَزِيدَ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ أَبِى حَازِمٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ . }
4.
Memberi minum kepada Muhtadlor (orang yang sakit parah)
Hal tersebut disunnahkan,
terutama apabila ada tanda bahwa ia meminta minum, sebab pada waktu itu syetan
menawarkan minum yang akan ditukar dengan keimanan.
Tanda baik dan buruknya
mayyit
Tanda-tanda mayyit yang
baik :
1. Keningnya
berkeringat
2. Kedua matanya
mengeluarkan air mata
3. Janur hidungnya
mengembang
4. Wajahnya ceria
Tanda- tanda mayit jelek
:
1. Wajahnya kelihatan sedih
dan takut.
2. Ruhnya sulit keluar,
bahkan sampai seminggu
3. Kedua sudut bibirnya
berbusa.
Tanda-tanda diatas bisa
kelihatan semua, atau hanya sebagiannya saja.[7]
Keterangan : Apabila ada
tanda yang baik maka sunnah untuk disiarkan kecuali jika mayyit dhohirnya ahli
maksiat atau orang fasik, maka tidak boleh di siarkan, agar perilaku jeleknya
tidak ditiru orang lain. Bila ada tanda yang jelek maka wajib dirahasiakan,
kecuali dhohirnya mayit adalah orang yang ahli maksiat atau orang fasik, maka
boleh untuk diberitahukan orang lain agar perilaku jeleknya tidak diikuti orang
lain.
Kesunnahan
Setelah Ruh Dicabut
1. Memejamkan kedua matanya
dengan mengusap wajahnya sambil membaca :
بسم
الله وعلى ملة رسول الله صلى الله عليه وسلم
bila belum berhasil maka
tariklah kedua lengan dan ibu jari kakinya secara bersamaan.
2. Kedua rahangnya hingga
kepala bagian atas diikat dengan kain yang lebar agar mulut tidak terbuka.
3. Sendi-sendi tulang
dilemaskan dengan cara melekukkan tangan pada lengan, betis pada paha, paha pada
perut agar mudah didalam memandikan dan mengkafaninya
4. Pakaian mayit dilepas
dengan pelan, lalu mayit ditutupi dengan kain yang tipis, ujungnya diselipkan
dibawah kepala dan kedua kaki.
Keterangan :
a. Untuk mayit laki-laki
yang dalam keadaan ihrom maka kepalanya harus terbuka (tidak boleh
ditutupi)
b. Untuk mayit perempuan
yang sedang ihrom maka wajahnya tidak boleh ditutupi.
5. Mayit diletakkan
ditempat yang agak tinggi, sekira tidak menyentuh tanah, seperti di atas dipan
(amben), agar tanah yang basah tidak mengenainya (supaya tidak segera membusuk).
6. Membakar dupa atau
menaburkan wewangian disekitar mayit, agar bau yang tak sedap menjadi hilang.
7. Meletakkan sesuatu
(selain mushaf) yang agak berat di perut mayit, dengan cara benda tersebut di
bujurkan dan diikat agar perutnya tidak mengembang. Untuk beratnya kira-kira
54,3 gram atau 0,5 ons.
8. Segera melunasi hutang
dan melaksanakan wasiatnya.
Diantara anjurannya adalah
membacakan Ayat Quran (surat Yaasiin dan Arra'du), sebagaimana keterangan kitab
Roudhotut thoolibiin II/97 :
ويستحب
أن يقرأ عند سورة ( يس ) واستحب بعض التابعين سورة ( الرعد ) أيضا
Dan disunahkan membacakan
surat Yaasiin pada orang yang sakit keras (sakarat almaut) sebagian para
taabi’iin juga mensunahkan dibacakan surat arra’du.
وفي
رباعيات أبي بكر الشافعي: ما من مريض يقرأ عند يس إلا مات ريانا، وأدخل قبره ريانا،
وحشر يوم القيامة ريانا. قال الجاربردي: ولعل الحكمة في قراءتها أن أحوال القيامة
والبعث مذكورة فيها، فإذا قرئت عليه تجدد له ذكر تلك الاحوال. (وقوله: والرعد) أي
ويسن أن يقرأ عنده الرعد أي لقول جابر بن زيد: فإنها تهون عليه خروج الروح.
Dalam seperempat bahasan
milik Abi Bakar assyafi’i dijelaskan : “Tidak seorang yang sakit (keras)
dibacakan surat yaasiin kecuali bila meninggalnya dalam keadaan lega, saat
memasuki kuburnya juga lega, saat digiring dihari qiyaamat juga lega”. Imam
AlJarbardy berkata “Hikmah membacakan Yasiin adalah sesungguhnya keadaan hari
Qiyamat dan kebangkitan disebut dalam surat tersebut, maka saat dibacakan dapat
memperbaharui ingatannya kembali tentangnya”. Disunahkan juga membacakan surat
arra’du berdasarkan riwayat jabir bin zaid “sesungguhnya surat arra’du dapat
memudahkan keluarnya ruh”.
وروي.
ما من ميت يقرأ عنده يس إلا هون الله عليه. ويستحب - إذا احتضر الميت - أن يقرأ
عنده أيضا سورة الرعد فإن ذلك يخفف عن الميت سكرة الموت، وإنه أهون لقبضه، وأيسر
لشأنه.
Dalam sebuah riwayat
dijelaskan “Tidak seorang yang (hendak) meninggal saat dibacakan yaasin kecuali
Allah memudahkannya”. Disunahkan juga saat menjemput kematian dibacakan surat
arra’du karena yang demikian dapat meringankannya dari sakarat almaut,
mempermudah tercabutnya ruh, dan meringankan keadaannya. [ Hasyiyah iaanah
at-thoolibiin II/107,164 ].
- Hasyiyah alBujairomi
I/449 :
قوله
( وأن يقرأ عنده يس ) أي بتمامها روى الحرث بن أسامة أن النبي صلى الله عليه وسلم
قال من قرأها وهو خائف أمن أو جائع شبع أو عطشان سقي أو عار كسي أو مريض شفي دميري
وصح في حديث غريب ما من مريض يقرأ عليه يس إلا مات ريانا وأدخل قبره ريانا ع ش على
م ر يندب قراءة الرعد عنده لأنها تسهل طلوع الروح والمراد أن يقرأها بتمامها إن
اتفق له ذلك وإلا فما تيسر له منها ولو تعارض عليه قراءتهما فهل يقدم يس لصحة
حديثها أو الرعد فيه نظر وينبغي أن يقال بمراعاة حال المحتضر فإن كان عنده شعور
وتذكر للقبر والبعث قرأ سورة يس وإلا قرأ سورة الرعد ع ش على م ر
Tetapi ada juga yang
menyarankan cukup membisikkan terus kalimat Allah, Allah, Allah Allah Allah...
ketika mendampingi seseorang yang sedang sakaratul maut, karena itu lebih mudah
bagi mereka, cukup kalimat pendek tersebut (Allah ber ulang-ulang ), sebagai
ganti talqin, karena dikhawatirkan bacaan La ILA HA ILLALLAH terputus di tengah
jalan menjadi La Ila H, maaf bin afwan, sebab kondisi mereka yang sudah
kepayahan mendekati ajal. Wallaahu A'lamu Bis showaab. [Nizar
Arif, Kaheel Baba Naheel, Mbah Jenggot II, Masaji Antoro].
-------------------------
[4] Al mahalli juz 1 hal;
321
[5] Nihayatuz zain
147
[6] Qulyubi juz 1
hal;321
[7] Nihayatuz zain hal; 147