Ryna Asryforeve r Al-khawari zmi >>
"saya pernah mendapat ijazah amalan sholat hajat khusus syaikh
imam abu qosim al-Qusyair i dr kakek
saya.. siapakah syaikh tsb?
-
-
Mbah Jenggot II >>Nama lengkap imam al-Qusyair
i adalah Abdul Karim ibn Hawazin ibn Abdul Malik ibn Thalhah bin Muhammad, nama kun-yahnya Abul Qasim. Beberapa gelar yang disandang oleh al-Qusyair i yaitu : pertama, An-Naisabu ri, sebuah gelar yang dinisbatka n pada nama kota Naisabur atau Syabur, salah satu ibu kota terbesar negara Islam pada abad pertengaha n, di samping kota Balkh-Harr at dan Marw. Kedua, al-Qusyair i, nama Qusyairi adalah sebutan marga Sa’ad al-Asyirah al-Qahthan iyah. Mereka adalah sekelompok orang yang tinggal di pesisiran Hadramaut. Ketiga, al-Istiwa, orang-oran g yang datang dari bangsa Arab yang memasuki daerah Khurasan dari daerah Ustawa, yaitu sebuah negara besar di wilayah pesisiran Naisabur, yang berhimpita n dengan batas wilayah Nasa. Keempat, Asy-Syafi’ i sebuah penisbatan nama pada madzhab Syafi’i yang didirikan oleh al-Imam Muhammad ibn Idris ibn Syafi’i pada tahun 150-204 H/ 767-820 M. Kelima, al-Qusyairi memiliki gelar kehormatan , antara lain: al-Imam, al-Ustadz, asy-Syaikh , Zainul Islam, al-Jami’ baina Syari’ati wa al-Haqiqah (perhimpun an antara nilai syariat dan hakikat). Gelar-gela r ini diberikan sebagai wujud penghormat an atas kedudukan yang tinggi dalam bidang tasawuf dan ilmu pengetahua n di dunia Islam. Al-Qusyairi lahir di Astawa pada bulan Rabi’ul Awal tahun 376 H/ 986 M. Ia mempunyai garis keturunan dari pihak ibu berporos pada moyang atau marga Sulami, paman dari pihak ibu, Abu Aqil al-Sulami termasuk para pembesar yang menguasai daerah Ustawa. Marga Al-Sulami sendiri dapat ditarik dari salah satu bangsa, yaitu : al-Sulami yang menisbatkan pada Sulaim dan al-Sulami yang dinisbatka n pada bani Salamah. Ia meninggal di Naisabur, Ahad pagi tanggal 16 Rabi’ul Akhir tahun 465 H/ 1073 M. Ketika beliau berumur 87 tahun. Jenazah beliau disemayamkan di sisi makam gurunya, Syaikh Abu Ali al-Daqaq. Beliau menjadi yatim ketika masih kecil, kemudian diasuh oleh Abul Qasim al-Yamany, sahabat karib keluarga Qusyairi. Pada masa itu, kondisi pemerintahan tidak berpihak pada kepentinga n rakyat. Pada penguasa dan staf-stafn ya berlomba-l omba memperbera t tingkat pungutan pajak. Hal ini sangat mempengaru hi pertumbuha n jiwa beliau untuk bercita-ci ta meringanka n beban dari masyarakat . Beliau berpikiran pergi ke Naisabur untuk belajar hitung yang berkaitan pajak. Naisabur pada saat itu berposisi sebagai ibu kota Khurasan yang sebelumnya merupakan pusat tempat para ulama dan pengarang serta para pujangga. Sesampainy a di Naisabur beliau belajar berbagai ilmu pengetahua n pada seorang guru yang dikenal sebagai Imam yaitu Abu Ali al-Hasan ibn Ali al-Naisabu r dan lebih dikenal dengan al-Daqaq. Semenjak pertama kali mendengar fatwanya, beliau sudah mengagumin ya. Sementara Syaikh al-Daqaq sendiri juga berfirasat bahwa pemuda ini seorang murid yang cerdas dan brilian. Karena itu, Syaikh al-Daqaq bermaksud mengajari dan menyibukka nnya dengan berbagai bidang ilmu. Kenyataan ini membuat beliau mencabut cita-citan ya semula, membuang pikiran yang berencana menguasai peran pemerintah an dan memilih thariqah sebagai garis perjuangan . Beliau menikah dengan Fatimah, putri guru sejatinya (al-Daqaq). Dia seorang wanita berilmu, beradab, dan termasuk ahli zuhud yang diperhitun gkan di zamannya. Beliau hidup bersamanya semenjak tahun 405 H/1014 M - 412 H/ 1021 M dan meninggalkan enam orang putra dan seorang putri. Kesemuanya adalah ahli ibadah. Al-Qusyair i berangkat haji dengan ulama-ulam a terkemuka yang sangat dihormati pada waktu itu, di antaranya adalah Syaikh Abu Muhammad Abdullah ibn Yusuf al-Juwainy , salah seorang ulama tafsir, bahasa dan fiqh. Beliau termasuk orang yang pandai menunggangkuda. Kepiawaian nya telah dibuktikan dalam berbagai lapangan pacuan kuda. Beliau juga seorang yang tangkas memainkan senjata. Permainann ya benar-bena r sangat mengagumka n. Ia mempunyai seekor kuda pemberian teman akrabnya, dan menggunaka nnya selama 20 tahun. Ketika beliau meninggal, kudanya ini sangat sedih, selama seminggu kuda tersebut tidak mau makan, sehingga akhirnya kuda tersebut meninggal karena sedih dan lapar. Selain Abu Ali al-Hasan ibn Ali al-Naisaburi al-Daqaq. Al-Qusyair i pun mempunyai beberapa guru, antara lain: (1). Abu Abdurrahma n Muhammad ibn al-Husin ibn Muhammad al-Azdi al-Sulami al-Naisabu ri (325 H/936 M – 412 H/ 1012 M), seorang sejarahwan, ulama sufi sekaligus pengarang. (2). Abu Bakar Muhammad ibn al-Husain ibn Furak al-Anshari al-Ashbaha ni, meninggal tahun 406 H/ 1015 M, beliau seorang imam usul fiqh. (3). Abu Ishaq Ibrahim ibn Muhammad ibn Mahran al-Asfarayain i meninggal tahun 418 h/ 1027 M, seorang cendekiawan bidang fiqh dan usul fiqh yang besar di daerah Isfarayain . Kepadanya beliau belajar Ushuluddin . (4). Abu Manshur aliah Abdur Qahir ibn Muhammad al-Baghdad i al-Tamimi al-Asfaray aini, meninggal tahun 429 H/1037 M, kepadanya beliau belajar madzhab Syafi’i. Dalam pengajaran, beliau memakai sistem majelis imla’ dan majelis tadzkir. Beliau mengadakan majelis imla’ bidang hadits di Baghdad pada tahun 432 H/ 1040 M, beberapa paradigma yang dibuatnya dilampiri sejumlah gubahan puisi religius. Kemudian menghentikan kegiatan ini dan pulang ke Naisabur tahun 455 H/ 1063 M, untuk merintis kegiatan semacamnya. Beliau sebagaimana dikatakan oleh al-Subkhi adalah seorang ulama yang menguasai bidang ilmu, termasuk bahasa, sastra dan budaya. Karena itu beliau juga disebut seorang sastrawan sekaligus penulis. Ulama penyair ini banyak mengubah syair-syai rnya secara improvisas i. Ali al-Bakhilz i banyak menyebut karya-kary anya dalam kitab Damiyatul al-Qashri. B. KARYA-KARYANYA Al-Qusyairi dapat mengarang dalam kitab-kita bnya yang berisi masalah tasawuf dan ilmu-ilmu Islam. Antara lain: 1) Ahkam al-Syar’i2) Adab al-Shufiyah 3) Al-Arba’unfi al-Hadits 4) Istifadhahal-Muradat 5) Balaghah al-Maqashid fi al-Tasawuf 6) At-Tahbir fi Tadzkir7) Tartib al-Suluk, fi Thariqillahi Ta’ala 8) Al-Tauhid al-Nabawi9) At-Taisir fi ‘Ilmi al-Tafsir10) Al-Jawahir11) Hayat al-Arwah dan al-Dalil ila Thariq al-Shalah12) Diwan al-Syi’ri13) Al-Dzikr wa al-Dzakir14) Al-Risalahal-Qusyair iyah fi ‘Ilmi al-Tasawuf 15) Sirat al-Masayikh 16) Syarâh Asma al-Husna17) Syikuyat Ahl al-Sunnah bi Hikayati ma Nalahun min al-Mihnah18) Uyun al-Ajwibahfi Ushul al-Asilah 19) Lathaif al-Isyarat20) Al-Fushul fi al-Ushul21) Al-Luma’ fi al-I’tiqad22) Majalis Abi Ali al-Hasan al-Daqaq23) Al-Mi’raj24) Al-Munajah25) Mantsuru al-Khitab fi Syuhub al-Albab26) Nasikhu al-Hadits wa Mansukhuhu27) Nahw al-Qulub al-Shaghir28) Nahw al-Qulub al-Kabir29) Nukatu Uli al-NuhaC. AJARAN-AJARANNYA Beberapa pandangan yang dikemukakan oleh al-Qusyair i berkaitan dengan tasawuf antara lain adalah: pertama, menolak terhadap para sufi Syatahi, yang mengucapka n ungkapan-u ngkapan yang mengesanka n terjadinya persatuan antara sifat-sifa t ketuhanan dengan sifat-sifa t kemanusiaa n. Kedua, mengemukak an ketidakset ujuan terhadap para sufi pada masanya yang mempunyai kegemaran untuk memperguna kan pakaian-pa kaian orang-oran g miskin, tetapi perilakuny a bertolak belakang dengan pakaian yang mereka kenakan. Pendapat al-Qusyairi memberikan gambaran kepada kita bahwa tasawuf pada masanya dianggap telah menyimpang dari perkembang annya yang pertama, baik dari segi akidah, maupun dari segi moral dan tingkah laku. Al-Qusyair i ingin mengembali kan arah tasawuf pada doktrin ahl al-sunnah wa al-jamaah, yaitu dengan mengikuti para sufi Sunni pada abad ketiga dan keempat hijriyah. Usaha yang dilakukann ya merupakan pembuka jalan bagi al-Ghazali yang berafilias i pada aliran yang sama yaitu al-Asy’ari yah. Al-Qusyairi berpendapa t bahwa hal adalah sesuatu yang dirasakan manusia seperti rasa gembira, sedih, lapang, sempit, rindu, gelisah, takut, gemetar dan lain-lain, merupakan suatu pemberian atau karunia, sedangkan maqam diperoleh dari hasil usaha. Hal datang dari yang ada dengan sendirinya , sementara maqam terjadi karena pencurahan perjuangan yang terus menerus. Pemilik maqam memungkink an menduduki maqamnya secara konstan, sementara pemilik hal sering mengalami naik turun (berubah-u bah). Fana’ dipakai untuk menunjukkan keguguran sifat tercela, sedangkan baqa’ untuk menandakan sifat-sifa t terpuji, Beberapa maqam yang dikemukakan oleh al-Qusyair i yaitu : 1) Tobat adalah awal tempat pendakian orang-orang yang mendaki dan maqam pertama bagi sufi pemula. Kata tobat menurut bahasa berarti “kembali”, maka tobat artinya kembali dari sesuatu yang di cela dalam syari’at menuju sesuatu yang dipuji dalam syari’at. 2) Wara’ adalah meninggalkan hal-hal yang subhat. 3) Khalwah dan uzlah, khaliyah merupakan sifat ahli sufi, sedangkan uzlah merupakan bagian dari tanda bahwa seseorang bersambungdengan Allah SWT. Imam al-Qusyairi menjelaska n bahwa ma’rifat menurut bahasa adalah ilmu. Maka setiap ilmu adalah ma’rifat dan setiap ma’rifat adalah ilmu. Setiap orang yang berma’rifa t kepada Allah arif (orang bijak yang banyak pengetahua nnya). Seorang orang arif adalah alim. DAFTAR PUSTAKA1. Imam al-Qusyairi an-Naisabu ry, Risalah al-Qusyair iyah, terj. Mohammad Luqman Hakiem, (Surabaya: Risalah Gusti, 2000), hlm. xiv. 2. Abu al-Wafa al-Ghanamial-Taftaza ni, Sufi dari Zaman ke Zaman, terj. Ahmad Rofi Ustmani, (Bandung: Pustaka, 1985), hlm. 142. 3. Umar Ismail Asep, dkk., Tasawuf, Pusat Studi Wanita UIN Jakarta, 2005.
-