PERTANYAAN
:
Bolehkah lewat di depan
orang yang sedang shalat ? [Seara
'purnama' Arisugawa].
JAWABAN
:
Disyaratkan sudah ada
pembatas di hadapan musholli, maka jika demikian adanya niscaya melewatinya
HARAM
Yang dihukumi haram leat di
depan orang sholat adalah ketika orang yang sholat itu sudah menggunakan sutroh
(pembatas) dan pembatas ini ada urutannya. 1. Sholat dibelakang Tiang 2. Memberi
tongkat didepannya 3. Memberi garis di depannya. Ketahuilah lebih baik berdiam
seribu tahun daripada lewat didepan orang shalat.
Sepakat, Haram lewat depan
orang sholat (di antara pembatas) namun dalam keadaan tertentu Menurut
al-Adzrô’i diperbolehkan, apabila sangat terpaksa. Sedangkan menurut al-Asnâwi,
boleh lewat di depan orang shalat, DENGAN SYARAT TIDAK ADA
JALAN LAIN,
walaupun tidak dalam keadaan terpaksa. Jika ada orang lewat pas didepannya.
Terus diperingatin tidak menghiraukan, maka boleh ditinju.
بغية
المسترشدين للسيد باعلوي الحضرمي صحـ : 91 مكتبة دار الفكر
[
فائدة ] يَحْرُمُ الْمُرُوْرُ بَيْنَ الْمُصَلِّيْ وَسُتْرَتِهِ وَإِنْ لَمْ يَجِدْ
طَرِيْقاً وَلَوْ لِضَرُوْرَةٍ كَمَا فِي اْلإِمْدَادِ وَاْلإِيْعَابِ لَكِنْ قَالَ
اْلأَذْرَعِيُّ وَلاَ شَكَّ فِي حِلِّ الْمُرُوْرِ إِذَا لَمْ يَجِدْ طَرِيْقاً
سِوَاهُ عِنْدَ ضَرُوْرَةِ خَوْفِ بَوْلٍ كَكُلِّ مَصْلَحَةٍ تَرَجَّحَتْ عَلَى
مَفْسَدَةِ الْمُرُوْرِ وَقَالَ اْلأَئِمَّةُ الثَّلاَثَةُ يَجُوْزُ إِذَا لَمْ
يَجِدْ طَرِيْقاً مُطْلَقاً وَاعْتَمَدَهُ اْلإِسْنَوِيُّ وَالْعُبَابُ
وَغَيْرُهُمَا اهـ كُرْدِيّ وَبِهِ يُعْلَمُ جَوَازُ الْمُرُوْرِ لِنَحْوِ
اْلإِمَامِ عِنْدَ ضَيْقِ الْوَقْتِ أَوْ إِدْرَاكِ جَمَاعَةٍ اهـ بَاسُودَانُ
وَقَالَ فِي فَتْحِ الْبَارِي وَجَوَازُ الدَّفْعِ وَحُرْمَةُ الْمُرُوْرِ عَامٌّ
وَلَوْ بِمَكَّةَ الْمُشَرَّفَةِ وَاغْتَفَرَ بَعْضُ الْفُقَهَاءِ ذَلِكَ
لِلطَّائِفِيْنَ لِلضَّرُوْرَةِ عَنْ بَعْضِ الْحَنَابِلَةِ جَوَازَهُ فِي جَمِيْعِ
مَكَّةَ اهـ
Dari Abu Juhaim Ibnul
Harits Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Seandainya orang yang lewat di depan orang yang sholat mengetahui
dosa yang akan dipikulnya, maka ia lebih baik berdiri empat puluh hari daripada
harus lewat di depannya." Muttafaq Alaihi dalam lafadznya menurut Bukhari.
Menurut riwayat Al-Bazzar dari jalan lain: "(lebih baik berdiri) Empat puluh
tahun." Wallohu a'lam. [Hakam
Trunojoyo ElChudrie, Zhafier Khaliq, Mbah Jenggot II, Koes Safi'i].