Dalam siklus kehidupan
manusia, masa kanak – kanak merupakan sebuah periode yang paling penting, namun
sekaligus juga merupakan suatu periode yang sangat berbahaya dalam artian sangat
memerlukan perhatian dalam kesungguhan dari pihak – pihak yang bertanggung jawab
mengenai kehidupan anak – anak. Sebab, seorang anak pada hakekatnya telah
tercipta dengan kemampuan untuk menerima kebaikan maupun keburukan. Kedua orang
tuanyalah yang membuatnya cenderung kearah salah satu dari keduanya. Sebagaimana
dalam sabda Nabi Saw :
ما
من مولود إلا يولد على الفطرة وإنما أبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه (رواه
مسلم)
Artinya : “Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah ( bersih dan suci ); maka kedua orang tuanyalah
yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani ataupun Majusi”. (HR. Muslim)
[1]
Oleh karena itu, penanaman
pendidikan pada masa itu sangatlah penting agar anak memiliki bekal dalam hidup
selanjutnya. Dan pendidikan yang relevan ditanamkan pada masa ini adalah
pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak harus dilakukan sejak dini, sebelum
kerangka watak dan kepribadian seorang anak yang masih suci itu diwarnai oleh
pengaruh lingkungan (millieu) yang belum tentu paralel
dengan tuntunan agama.[2]
Al-Qur’an telah memberikan
gambaran yang jelas mengenai pendidikan akhlak pada anak – anak yang tertuang
dalam surat Lukman.
1. Akhlak Kepada
Allah
وَإِذْ
قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (لقمان : 13)
Artinya : “Dan (ingatlah)
ketika Luqman mengatakan kepada anak-anaknya untuk memberikan pelajaran : Hai
anakku ! janganlah engkau menyekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah
itu adalah suatu kesalahan besar”. (Q.S. Luqman : 13). [3]
Ayat tersebut
mengisyaratkan bagaimana seharusnya para orang tua mendidik anaknya untuk
mengesakan penciptanya dan memegang prinsip tauhid dengan tidak menyekutukan
Tuhannya. Kemudian anak – anak hendaklah diajarkan untuk mengerjakan sholat.
Sehingga terbentuk manusia yang senantiasa kontak dengan penciptanya.
يَابُنَيَّ
أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ (لقمان:
17)
Artinya : “Hai anakku,
dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan mencegah
(mereka) dari perbuatan yang munkar…”. (Q.S. Luqman : 17). [4]
2. Akhlak Kepada Orang
Tua
وَوَصَّيْنَا
الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ
فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (لقمان :
14)
Artinya : “Dan kamu
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) terhadap dua orang ibu bapaknya :
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada Akulah kamu kembali ”. (Q.S. Luqman : 14). [5]
Islam mendidik anak-anak
untuk selalu berbuat baik terhadap orang tua sebagai rasa terima kasih atas
perhatian, kasih sayang dan semua yang telah mereka lakukan untuk anak-anaknya.
Bahkan perintah untuk bersyukur kepada orang tua menempati posisi setelah
perintah bersyukur kepada Allah.
3. Akhlak Kepada Orang
Lain
وَلاَ
تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي الاَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّه َ لاَ
يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ(لقمان18)
Artinya : “Dan janganlah
kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Q.S. Luqman :18).
[6]
Kaitannya dengan kehidupan
bermasyarakat. Anak-anak haruslah dididik untuk tidak bersikap acuh terhadap
sesama, sombong atas mereka dan berjalan dimuka bumi ini dengan congkak. Karena
perilaku-perilaku tersebut tidak disenangi oleh Allah dan dibenci
manusia.
4. Akhlak Kepada Diri
Sendiri
وَاقْصِدْ
فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ
الْحَمِيرِ (لقمان : 19)
Artinya : “Dan
sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk – buruk suara ialah suara keledai”. (Q.S. Luqman : 19). [7]
Berbarengan dengan larangan
berjalan dengan congkak. Allah memerintahkan untuk sederhana dalam berjalan,
dengan tidak menghempaskan tenaga dalam bergaya, tidak melengak-lengok, tidak
memanjangkan leher karena angkuh, akan tetapi berjalan dengan sederhana, langkah
sopan dan tegap. Memelankan suara adalah budi yang luhur. Begitu pula percaya
diri dan tenang karena berbicara jujur. Suara lantang (melengking) dalam
berbicara termasuk perangai yang buruk.
Demikian Allah Swt telah
memberikan contoh kongkret mendidik akhlak anak-anak. Jika setiap orang tua
dapat melaksanakannya dengan baik, maka besar harapan anak-anak akan tumbuh
menjadi manusia-manusia muslim yang berakhlak luhur. (Hakam
Ahmed).
[1] Imam Abi Husain Muslim
Bin Hajaj, Shahih
Muslim, Dar al
Fikr, Mesir, t.th. hal. 46
[2] M. Fuat Nasar,
Agama
di Mata Remaja, Angkasa Raya, Padang,
1991, hal. 44
[3] Depag RI, Op.
Cit., hal.
670
[4] Ibid,., hal. 655
[5] Ibid.., hal. 654
[6] Ibid,., hal. 655
[7] Ibid