Dalam tulisan sebelumnya pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2012/02/26/ pendahulu-p ara-istri/ telah disampaika n bahwa perkataan Rasulullah shallallah u alaihi wasallam kepada Fatimah Radhiallah u Anha yang artinya "Sesungguhn ya kamu adalah orang yang paling pertama menyusulku dari kalangan ahlul baitku. Sebaik-bai k pendahulum u adalah aku" bukanlah menjelaska n adanya manhaj salaf atau mazhab salaf. Salaf dalam hadits tersebut semata-mat a bermakna pendahulu.
Begitupula firman Allah ta'ala yang artinya, “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-ta ma (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-oran g yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediaka n bagi mereka surga-surg a yang mengalir sungai-sun gai di dalamnya selama-lam anya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”. (QS At Taubah [9]:100 )
Firman Allah ta'ala di atas juga bukan menjelaska n
adanya manhaj Salaf ataupun mazhab salaf. Dalam firman tersebut ,
Allah Azza wa Jalla menjamin untuk masuk surga bagi “sebaik-ba ik manusia” paling awal atau manusia yang bersaksi/ bersyahadat paling awal atau yang membenarka n Nabi Muhammad Shallallah u alaihi wasallam sebagai utusan Allah ta’ala paling awal atau as-sabiqun al-awwalun
Mereka yang termasuk 10 paling awal bersyahada t/ bersaksi atau yang termasuk “as-sabiqu n al-awwalun ”
adalah, Abu Bakar Ash Shidiq ra, Umar bin Khattab ra, Ustman bin
Affan ra, Ali bin Abi Thalib ra, Thalhah bin Abdullah ra, Zubeir bin
Awwam ra, Sa’ad bin Abi Waqqas ra, Sa’id bin Zaid ra, ‘Abdurrahm an bin ‘Auf ra dan Abu ‘Ubaidah bin Jarrah ra
Sahabat dikatakan “sebaik-ba ik manusia” karena termasuk manusia awal yang “melihat” Rasulullah atau manusia awal yang bersaksi atau bersyahada t. Hal ini terkait dengan firman Allah ta'ala yang artinya “kuntum khayra ummatin ukhrijat lilnnaasi“ , “Kamu (umat Rasulullah ) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia” (QS Ali Imran [3]:110 ).
Ibnu Hajar al-Asqalan i asy-Syafi’ i berkata: “Ash-Shabi (sahabat) ialah orang yang bertemu dengan Rasulullah Shallallah u alaihi wasallam, beriman kepada beliau dan meninggal dalam keadaan Islam“
"Sebaik-ba ik manusia" tidaklah dibatasi oleh generasi. Semua manusia yang bersyahada t dapat menjadi "sebaik-ba ik manusia" yakni manusia yang mengikuti Rasulullah sehingga meraih maqom disisiNya. "Sebaik-ba ik manusia" atau muslim yang meraih maqom disisiNya adalah muslim yang bertaqwa.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Sesungguhn ya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu” (Al-Hujura at [49]: 13 )
"Sebaik-ba ik
manusia" atau muslim yang meraih maqom disisiNya atau muslim yang
bertaqwa adalah minimal muslim yang sholeh, berkumpul dengan 4 golongan
manusia yang meraih maqom disisiNya.
Firman Allah ta'ala yang artinya, “Dan barangsiap a yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya) , mereka itu akan bersama-sa ma dengan orang-oran g yang dianugerah i ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqii n, orang-oran g yang mati syahid, dan orang-oran g saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-bai knya .” (QS An Nisaa [4]: 69 )
Muslim yang terbaik untuk bukan Nabi dan meraih maqom
disisiNya sehingga menjadi kekasih Allah (wali Allah) dengan mencapai
shiddiqin. Bermacam-m acam tingkatan shiddiqin sebagaiman a yang diuraikan dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2011/01/14/ 2011/09/28/ maqom-wali- allah/
Syaikh M. Said Ramadhan Al- Buthi, dalam kitab “As-Salafi yyah” Marhalah Zamaniyah Mubarakah La Mazhab Islami mengatakan bahwa "Salaf
adalah rentang waktu zaman terbaik dalam Islam (fase sejarah bukan
golongan atau madzhab), oleh sebab itu apabila di zaman sekarang ada
yang mengaku bahwa ia adalah bermadzhab salaf maka ia termasuk ahli bid’ah"
Syaikh M. Said Ramadhan Al- Buthi menjelaska n bahwa generasi Salaf sangat berbeda dibandingk an dengan mazhab as Salafiyyah yang digembar-g emborkan oleh pengamal Wahabi di Makkah.
Beliau berkata, bahwa "istilah yang digunakan oleh para
ulama’ untuk menamakan kedudukan para ulama’ yang benar adalah ulama
Ahli Sunnah wal Jama’ah. Istilah ini telah disepakati oleh para ulama’ generasi Salaf untuk menamakan golongan yang benar. Tatkala istilah as-Salafiy yah yang digunakan oleh golongan Wahhabi untuk melambangk an golongan yang benar [menurut sangkaan mereka] adalah satu bid’ah yang tercela".
Beliau melanjutka n : “Apabila ada seorang Muslim yang memperkena lkan dirinya bahwa dia adalah pengikut mazhab Salafiyyah , maka tanpa ragu-ragu lagi bahwa dia adalah seorang ahli bid’ah. Sebab jika istilah Salafiyyah itu disamakan dengan “Ahli Sunnah wal Jamaah”, maka sungguh dia telah menciptaka n nama yang berbeda dengan nama yang telah disepakati oleh generasi Salaf. Bahkan nama serta istilah Salafiyah ini telah cukup menimbulka n perpecahan di kalangan umat Islam sendiri”.
“Dan jika istilah Salafiyyah ini memiliki maksud yang berbeda dengan Ahli Sunnah wal Jama’ah, maka mereka telah membuat istilah Salafiyyah baru dengan isi ajarannya yang bathil. Dan telah terbuktila h bahwa golongan Salafi Wahhabi ini telah menggunaka n istilah Salafiyyah untuk memisahkan diri dari jemaah mayoritas Umat Islam yang bersatu dalam menggunaka n istilah “Ahli Sunnah wal Jama’ah” yang benar”
Imam an-Nawawi di dalam kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhazza b pada bab Adab Berfatwa, Mufti dan Orang Yang Bertanya Fatwa. berpendapa t : “Tidak
boleh bagi si awam untuk bermazhab kepada salah seorang dari para
sahabat r.a atau bermazhab kepada generasi awal, walaupun mereka lebih
alim dan lebih tinggi derajatnya dibanding dengan ulama’ sesudah mereka. Kerena mereka tidak meluangkan waktu sepenuhnya untuk merumuskan prinsip-pr insip asas dan furu’nya. Maka tidak ada seorang pun dari generasi sahabat yang memiliki mazhab yang telah dianalisis , Tapi para ulama’ yang datang sesudah merekalah yang melakukan usaha merumuskan hukum-huku m serta menerangka n prinsip-pr insip asas dan furu’, seperti Imam Malik dan Imam Abu Hanifah dan lain-lain.”
“Bahkan Imam Syafi’ie adalah imam berikutnya yang telah menganalis is mazhab-maz hab pendahulun ya seperti mereka melihat mazhab-maz hab para ulama’ sebelumnya . Beliau menguji, mengkritik dan memilih mana yang paling rajih (kuat), dan beliau mendapat hasil dari usaha ulama’ sebelumnya dan telah meluangkan waktu untuk memilih dan mentarjih serta menyempurn akannya.
Dan dengan alasan inilah beliau mendapat kedudukan yang lebih kuat
dan rajih, bahkan tidak ada sesudah beliau, ulama yang mencapai
kedudukan ini. Maka dengan alasan ini pula, mazhab beliau adalah
mazhab yang paling utama untuk diikuti dan bertaqlid dengannya”.
Lalu kenapa kita butuh mengikuti apa yang disampaika n oleh Imam Mazhab yang empat ?
Karena Imam Mazhab yang empat telah disepakati oleh jumhur ulama sejak dahulu sampai sekarang sebagai pemimpin ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak)
Imam Mazhab yang empat bertalaqqi (mengaji) langsung dengan Salaf yang sholeh
Imam Mazhab yang empat mendapatka n pemahaman Salaf yang sholeh langsung dari lisannya Salaf yang sholeh bukan berdasarka n muthola'ah , menelaah kitab sebagaiman a yang dilakukan oleh para ulama yang mengaku-ak u mengikuti pemahaman Salaf yang sholeh. Mereka yang mengaku-ak u mengikuti pemahaman Salaf yang sholeh pada kenyataann ya mereka mengikuti akal pikiran mereka sendiri karena mereka tidak bertalaqqi (mengaji) dengan Salaf yang sholeh
Abad Salaf mencakup tiga generasi atau abad pertama umat Islam,
sejak masa Nabi, Sahabat dan berakhir pada era Anas bin Malik (W. 91
H/710 M atau 93 H/712 M), masa Tabi’in (180 H/796 M), masa Tabi’ut
tabi’in (241 H/855 H), dan Ahmad bin Hanbal (64-241 H/780-855 M).
Sedangkan ulama-ulam a seperti Ibnu Taimiyah (W.728 H/ 1328 M), Ibnu Qoyyim Al Jauziah(W.751 H/1350 M), dan M. Ibn Abdul Wahab At Tamimi An-Najdi (W. 1206 H/ 1792 M) adalah termasuk ulama akhir zaman atau ulama khalaf (kemudian) bukan ulama Salaf.
Kesimpulan nya kalau kita mau mengikuti cara beragamany a para Sahabat yang telah dipuji dan direkomend asi kan langsung oleh Allah Ta’ala maka kita ikuti apa yang disampaika n
oleh Imam Mazhab yang empat karena Imam Mazhab yang empat melihat
langsung cara beragama Salaf yang sholeh. Imam Mazhab yang empat
melihat langsung penerapan, perbuatan serta contoh nyata, jalan atau cara (manhaj) beribadah dari Salaf yang sholeh.
Imam Mazhab yang empat menasehatk an kita agar mencapai ke-sholeh- an sebagaiman a Salaf yang sholeh adalah menjalanka n perkara syariat sebagaiman a yang mereka sampaikan dalam kitab fiqih sekaligus menjalanka n tasawuf untuk mencapai muslim yang baik, muslim yang sholeh, muslim yang berakhlaku l karimah atau muslim yang Ihsan
Imam Syafi’i ~rahimahul lah menyampaik an nasehat (yang artinya) ,”Berusaha lah engkau menjadi seorang yang mempelajar i ilmu fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya. Sesungguhn ya demi Allah saya benar-bena r ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajar i
ilmu fiqih tapi tidak mau menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat
merasakan kelezatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani
tasawuf tapi tidak mau mempelajar i ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik (ihsan)?” [Diwan Al-Imam Asy-Syafi' i, hal. 47]
Begitupula dengan nasehat Imam Malik ~rahimahul lah bahwa menjalanka n tasawuf agar manusia tidak rusak dan menjadi manusia berakhlak baik
Imam Malik ~rahimahul lah menyampaik an nasehat (yang artinya) “Dia yang sedang tasawuf tanpa mempelajar i fiqih (perkara syariat) rusak keimananny a , sementara dia yang belajar fikih tanpa mengamalka n Tasawuf rusaklah dia, hanya dia siapa memadukan keduanya terjamin benar"
Sejak dahulu kala, dipergurua n-pergurua n tinggi Islam, tasawuf adalah jalan (thariqat) untuk mencapai "sebaik-ba ik manusia" atau muslim yang berakhlaku l karimah, muslim yang sholeh, muslim yang ihsan, muslim yang bermakrifa t, muslim yang dapat menyaksika n Allah ta'ala dengan hati (ain bashiroh).
Tentang Ihsan, Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda "Kamu takut (takhsya / khasyyah) kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Ny a (bermakrif at), maka jika kamu tidak melihat-Ny a maka sesungguhn ya Dia melihatmu. ’ (HR Muslim 11)
Imam Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bernama Zi’lib Al-Yamani,
“Apakah Anda pernah melihat Tuhan?”
Beliau menjawab, “Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?”
“Bagaimana Anda melihat-Ny a?” tanyanya kembali.
Sayyidina Ali ra menjawab “Dia tak bisa dilihat oleh mata
dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati ,
ain bashiroh (bermakrif at)”
Sebuah riwayat dari Ja’far bin Muhammad beliau ditanya: “Apakah engkau melihat Tuhanmu ketika engkau menyembah- Nya?” Beliau menjawab: “Saya telah melihat Tuhan, baru saya sembah”. Bagaimana anda melihat-Ny a? dia menjawab: “Tidak dilihat dengan mata yang memandang, tapi dilihat dengan hati yang penuh Iman (bermakrif at)”
Rasulullah bersabda “Iman paling afdol ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaim u dimanapun kamu berada“. (HR. Ath Thobari)
Muslim yang meyakini diawasi Allah -Maha Agung sifatNya atau
mereka yang dapat melihat Rabb dengan hati (ain bahiroh) atau muslim
yang Ihsan maka ia mencegah dirinya dari melakukan sesuatu yang
dibenciNya , mencegah
dirinya dari perbuatan maksiat, mencegah dirinya dari melakukan
perbuatan keji dan mungkar. Sehingga terwujud dalam berakhlaku l karimah. Inilah tujuan Rasulullah shallallah u alaihi wasallam diutus oleh Allah Subhanahu wa ta’ala
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda “Sesungguhn ya aku diutus (Allah) untuk menyempurn akan Akhlak.” (HR Ahmad)
Pada hakikatnya upaya kaum Zionis Yahudi menjauhkan kaum muslim dari tasawuf adalah dalam rangka merusak akhlak kaum muslim sebagaiman a mereka menyebarlu askan pornografi , gaya hidup bebas, liberalism e, sekulerism e, pluralisme , hedonisme dll
Upaya kaum Zionis Yahudi menghasut atau menjauhkan kaum muslim dari tasawuf dengan cara mencitraka n
hal yang buruk terhadap tasawuf agar kaum muslim gagal mencapai
"sebaik baik manusia" atau gagal mencapai muslim yang berakhlaku l karimah atau muslim yang sholeh atau muslim yang ihsan atau muslim yang bermakrifa t.
Salah satu yang termakan hasutan atau korban ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi adalah pemerintah an kerajaan dinasti Saudi
Ulama keturunan cucu Rasulullah shallallah u alaihi wasallam, Abuya Prof. DR. Assayyid Muhammad bin Alwi Almaliki Alhasani dalam makalahnya dalam pertemuan nasional dan dialog pemikiran yang kedua, 5 s.d. 9 Dzulqo’dah 1424 H di Makkah al Mukarromah , menyampaik an bahwa dalam kurikulum tauhid kelas tiga Tsanawiyah (SLTP) cetakan tahun 1424 Hijriyyah di Arab Saudi berisi klaim dan pernyataan bahwa kelompok Sufiyyah (aliran–al iran tasawuf) adalah syirik dan keluar dari agama. Kutipan makalah selengkapn ya ada pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2010/08/18/ ekstrem-dal am-pemikir an-agama/
Mereka yang gagal mencapai "sebaik baik manusia" atau gagal mencapai muslim yang berakhlaku l karimah atau muslim yang sholeh atau muslim yang ihsan atau muslim yang bermakrifa t akan menularkan kepada yang lain.
Ahmad Shodiq, MA-Dosen Akhlak & Tasawuf, UIN Syarif Hidayatull ah Jakarta mengutip perkataan Imam Syafi’i ~rahimahul lah yang menyatakan
bahwa orang yang buruk itu seperti pantatnya dandang (tempat menanak
nasi) yang hitam. Kata Imam Syafi’i, dia hitam, dan dia ingin
menempelka nnya ke kulit kita. Kalau kita terpancing , maka yang hitam itu dua. Jadi kalau sampai kita sadar bahwa ada ruhani yang tidak stabil, dan kita terpancing untuk tidak stabil, maka sesungguhn ya yang terjadi adalah dua ketidaksta bilan, karena kita terpancing . Selengkapn ya uraian dosen Ahmad Shodiq tentang tasawuf dan pendidikan akhlak ada dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2010/06/07/ pendidikan- akhlak/
Semoga Allah Azza wa Jalla melindungi kita dari tertular mereka yang berakhlak buruk dan mewafatkan kita dalam keadaan muslim yang sholeh.
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830