PERTANYAAN
:
Eh, mau tanya. Menjawab
Adzan setahuku hukumnya sunah dan belajar hukumnya wajib. Kejanggalan timbul
ketika KBM aktif dihentikan sejenak untuk jawab adzan. Bukankah yang seperti itu
hukumnya malah makruh. [Dewi
Aking Ajha].
JAWABAN
:
Sunnahnya memang menghentikan kegiatan belajar mengajar tersebut karena KBM waktunya masih lama bereda dengan menjawab adzan yang hilang seiring terdiamnya suara muadzdzin. Keterangan di atas diambil dari Imam an-Nawaawy dalam
kitab al-Adzkaar :
قال
النووي رحمه الله في الأذكار: فصل: في أحوال تعرض للذاكر يستحب له قطع الذكر بسببها
ثم يعود إليه بعد زوالها منها: إذا سلم عليه رد السلام ثم عاد إلى الذكر، وكذا إذا
عطس عنده عاطس شمته ثم عاد إلى الذكر، وكذا إذا سمع الخطيب، وكذا إذا سمع المؤذن
أجابه في كلمات الأذان والإقامة ثم عاد إلى الذكر، وكذا إذا رأى منكرًا أزاله، أو
معروفًا أرشد إليه، أو مسترشدًا أجابه ثم عاد إلى الذكر، وكذا إذا غلبه النعاس أو
نحوه. وما أشبه هذا كلها .انتهى.
[ PASAL ] Hal-hal yang
disunahkan bagi seorang sedang berdzikir menghentikan dzikirnya kemudian
meneruskannya kembali setelah hal-hal tersebut berlalu :
• Saat ada seseorang
memulai salam padanya
• Saat ada seseorang bersin
di dekatnya
• Saat mendengar khutbah
seorang khothib
• Saat mendengar adzan dan
iqamah dikumandangkan, sunah baginya menjawabnya dan setelahnya meneruskan
kembali dzikirnya
• Saat melihat kemungkaran
yang dapat ia singkirkan
• Saat ia mampu menunjukkan
hal-hal kebaikan
• Saat dimintai petunjuk
kebaikan oleh orang lain
• Saat rasa kantuk sangat
menguasainya
• Dan hal-hal sejenis
tersebut di atas
Hukum Adzan Dan hukum
menjawab Adzan menurut madzhab 4., TA'BIR :
_________إتقق
الأئمة على ان الأذان سنة مؤكد : ماعد الحنابلة ، فانهم قالوا : إنه فرض كفاية
بمعنى انه اذا أتي به أحد فقد سقط عن الباقين الخ
(
الفقه على المذاهب الاربعة - ص ٢٤٥ )
Para imam sepakat atas
bahwa hukum Adzan itu sunnah mu'akkad. ( sunnah yang kuat ) Selain ulama'
hanabilah. Mereka Berpendapat bahwa Adzan hukum Nya fardlu kifayah dengan artian
jika Ada 1. Orang yang melaksanakan maka gugur Atas kewajiban yang lain ( Fiqhih
Alaa madzahibil Arba'ah -245 ).
إجابة
المؤذن مندوبة لمن يسمع الأذان ، ولو كان جنبا او كانت حائضا او نفسها ، فيندب ان
يقول مثل مايقول المؤذن الا عند قول (( حي على الصلاة )) ،ا(( حى على الفلاح ))
فإنه يجيبه فيها بقول لا حول ولا قوة الا بالله ، وهذا الحكم متفق عليه ، الا أن
الحنفية اشترطوا أن لا تكون حائضا او نفساء ، فإن كانت فلا تندب لها الاجابة ،بخلاف
باقي الأئمة والحنابلة اشترطوا الا يكون قد صلى الفرض الذي يؤذن له الخ ( الفقه على
المذاهب الأربعة - ص، ٢٤٩ )
Menjawab Adzan hukum Nya
sunnah bagi yang mendengar Adzan . Walaupun sedang ke Ada'an junub ( Hadast
besar ) Dan ke Ada'an haid / nifas .maka sunnah menjawab seperti yang dikatakan
mu'adzdzin ( orang yang Adzan ) kecuali baca'an (( hayyaa
'alassholah
Dan hayyaa
'alalfalaah ))
maka dijawab dengan baca'an ( laa
hawala wala Quwwata illa billah, Dan hukum ini Sudah
disepakati Oleh semua ulama' ..Kecuali ulama' Hanafiah mensyaratkan harus tidak
dalam ke Ada'an haid Dan nefas Maka tidak disunnah kan menjawab Nya beda dengan
imam-imam yang lain. Dan ulama' hanabilah mensyaratkan dalam kesunnahan menjawab
Adzan tidak mendirikan sholat fardhu dengan Adzan tersebut jika Melaksanakan
sholat fardhu dengan Adzan tersebut maka tidak sunnah mejawab, karena jama'ah
sholat fardhu itu tidak dipanggil dengan Adzan tersebut. ( fiqhih ala madzahibil
4. Hal - 249 ). Wallohu a'lam. [Mujalli
Anwar, Masaji Antoro, Adi Tia].
والله
اعلم بالصواب