Rasulullah shallallah u alaihi wasallam tidak pernah mengatakan "seluruh bid'ah sesat" namun Beliau mengatakan "kullu bid'atin dholalah"
Dalam memahami ilmu agama janganlah menggunaka n akal pikiran sendiri.
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda, “Barangsiap a menguraika n Al Qur’an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhn ya dia telah berbuat kesalahan”. (HR. Ahmad)
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda, “di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarka n akal pikiran, sesungguhn ya agama itu dari Tuhan, perintah-N ya dan larangan-N ya.” (Hadits riwayat Ath-Thabar ani)
Yang dimaksud menggunaka n akal pikiran sendiri adalah akal pikiran mendahului dalil naqli atau akal pikiran mendahului firmanNya atau akal pikiran mendahului sunnah Rasulullah .
Akal pikiran mendahului dalil naqli atau akal pikiran mendahuli firmanNya dikatakan sebagai upaya pembenaran .
Seharusnya adalah akal pikiran mengikuti dalil naqli atau akal pikiran mengikuti firmanNya atau akal pikiran mengikuti sunnah Rasulullah
Akal pikiran mengikuti dalil naqli atau akal pikiran mengikuti firmanNya dikatakan sebagai upaya mengikuti kebenaran.
Akal pikiran mengikuti dalil naqli atau akal pikiran mengikuti firmanNya adalah,
1. Memahami dengan mendengark an apa yang disampaika n oleh ulama-ulam a bersanad ilmu tersambung kepada lisannya Rasulullah shallallah u alaihi wasallam
2. Memahami dengan alat-alat bahasa seperti nahwu, shorof, balaghoh, makna majaz dll
3. Memahami dengan akal qalbu. Akal pikiran mengikuti akal qalbu , akal pikiran (otak / logika / memori) mengikuti akal qalbu yang telah diilhamkan oleh Allah Azza wa Jalla.
Firman Allah ta’ala yang artinya,
“maka Allah mengilhamk an kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaann ya“. (QS Asy Syams [91]:8)
“Dan Kami telah menunjukka n kepadanya dua jalan” (QS Al Balad [90]:10)
Pemahaman dengan akal qalbu disebut pemahaman secara hikmah.
Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya “Allah menganuger ahkan al hikmah (pemahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendak i-Nya. Dan barangsiap a yang dianugerah i hikmah, ia benar-bena r telah dianugerah i karunia yang banyak. Dan hanya Ulil Albab yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)“. (QS Al Baqarah [2]:269 ).
Berikut memahami "Kullu bid'atin dholalah" dengan alat bahasa
Pengertian kullu ada 3 macam yakni
1. syay’in artinya setiap satu
2. ba’din artinya setiap sebagian
3. jam’in artinya setiap semua.
Al-Imam an-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menuliskan : “Sabda Rasulullah “Kullu Bid’ah dlalalah” ini adalah ‘Amm Makhshush; artinya, lafazh umum yang telah dikhususka n
kepada sebagian maknanya. Jadi yang dimaksud adalah bahwa sebagian
besar bid’ah itu sesat (bukan mutlak semua bid’ah itu sesat)” (al-Minhaj Bi Syarah Shahih Muslim ibn al-Hajjaj, j. 6, hlm. 154).
Hadits “Kullu bid’atin dholalah” menurut tata bahasanya ialah ‘Amm Makhsus, artinya makna bid’ah lebih luas dari makna sesat.
Maknanya adalah “setiap sesat adalah bid’ah akan tetapi tidak setiap bid’ah adalah sesat”.
Setiap sesat adalah bid’ah
Setiap yang sesat, Rasulullah shallallah u alaihi wasallam tidak pernah melakukann ya
Contohnya meninggalk an sholat 5 waktu. Rasulullah Rasulullah shallallah u alaihi wasallam tidak pernah melakukann ya.
Tidak setiap bid’ah adalah sesat
Tidak selalu perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah adalah sesat.
Jika perbuatan tersebut bertentang an dengan Al Qur’an dan As Sunnah maka perbuatan itu termasuk sesat (bid’ah dholalah)
Jika perbuatan tersebut tidak bertentang an dengan Al Qur’an dan As Sunnah maka perbuatan itu termasuk hal yang baik (bid’ah hasanah/ mahmudah)
Dengan kesadaran adanya bid’ah hasanah maka setiap kita akan melakukan perbuatan atau mencontohk an perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallah u alaihi wasallam maka kita akan selalu merujuk kepada Al Qur’an dan As Sunnah.
قاَلَ الشّاَفِعِ ي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ -ماَ أَحْدَثَ وَخاَلَفَ كِتاَباً أَوْ سُنَّةً أَوْ إِجْمَاعاً أَوْ أَثَرًا فَهُوَ البِدْعَةُ الضاَلَةُ ، وَماَ أَحْدَثَ مِنَ الخَيْرِ وَلَمْ يُخاَلِفُ شَيْئاً مِنْ ذَلِكَ فَهُوَ البِدْعَةُ المَحْمُوْ دَةُ -(حاشية إعانة 313 ص 1الطالبين -ج )
Artinya ;
Imam Syafei ra berkata –Segala hal yang baru (tidak terdapat di masa Rasulullah ) dan menyalahi pedoman Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijma’ (sepakat Ulama) dan Atsar (Pernyataa n sahabat) adalah bid’ah yang sesat (bid'ah dholalah). Dan segala kebaikan yang baru (tidak terdapat di masa Rasulullah )
dan tidak menyelahi pedoman tersebut maka ia adalah bid’ah yang
terpuji (bid'ah mahmudah atau bid'ah hasanah), bernilai pahala.
(Hasyiah Ianathuth- Thalibin –Juz 1 hal. 313)
Kita harus terus mewaspadai upaya hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) yang dilancarka n oleh kaum Zionis Yahudi.
Salah satu penghasutn ya
adalah perwira Yahudi Inggris bernama Edward Terrence Lawrence yang
dikenal oleh ulama jazirah Arab sebagai Laurens Of Arabian. Laurens
menyelidik i dimana letak kekuatan umat Islam dan berkesimpu lan bahwa kekuatan umat Islam terletak kepada ketaatan dengan mazhab (bermazhab ) dan istiqomah mengikuti tharikat-t harikat tasawuf. Laurens mengupah ulama-ulam a yang anti tharikat dan anti mazhab untuk menulis buku buku yang menyerang tharikat dan mazhab. Buku tersebut diterjemah kan ke dalam berbagai bahasa dan dibiayai oleh pihak orientalis .
Cara-cara mereka menghasut sangat halus sekali, contohnya
mereka mengajak kaum muslim kembali kepada Al Qur'an dan As Sunnah
dengan akal pikiran sendiri sehingga menimbulka n perselisih an di antara kaum muslim
Mereka yang terhasut meninggalk an pemahaman atau pendapat Imam Mazhab yang empat yang telah disepakati oleh jumhur ulama sejak dahulu sampai sekarang sebagai pemimpin atau imam ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak)
Imam Mazhab yang empat bertalaqqi (mengaji) langsung dengan Salafush Sholeh.
Imam Mazhab yang empat mengetahui dan mengikuti pemahaman Salafush Sholeh melalui lisannya Salafush Sholeh.
Imam Mazhab yang empat melihat sendiri penerapan, perbuatan serta contoh nyata dari Salafush Sholeh.
Mereka yang terhasut merasa telah mengikuti pemahaman Salafush Sholeh namun kenyataann ya mereka tidak lebih dari mengikuti pemahaman ulama-ulam a yang mengaku-ak u mengikuti pemahaman Salafush Sholeh namun tidak bertalaqqi (mengaji) dengan Salafush Sholeh. Dari mana ulama-ulam a tersebut mendapatka n pemahaman Salafush Sholeh kalau bukan pemahaman ulama-ulam a tersebut dengan akal pikiran mereka sendiri.
Marilah kita kembali mengikuti pemahaman Salafush Sholeh melalui apa yang disampaika n oleh Imam Mazhab yang empat dan mengikuti penjelasan -penjelasa n yang disampaika n oleh para ulama-ulam a terdahulu yang mengikuti Imam Mazhab yang empat sambil kita merujuk darimana mereka mengambiln ya yakni Al Qur'an dan As Sunnah
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830