Luar biasa yang diakibatka n perkataan bid’ah yang menyesatka n yakni “LAU KAANA KHOIRON LASABAQUNA ILAIHI” , “Seandainya hal itu baik, tentu mereka, para sahabat akan mendahului kita dalam melakukann ya”
Perkataan tersebut adalah perkara baru (bid’ah) karena bukan firman Allah Azza wa Jalla dan bukan pula perkataan Rasulullah , bukan perkataan para Sahabat atau Salaf yang Sholeh lainnya
Dari susunan kata “LAU KAANA KHOIRON LASABAQUNA ILAIHI” tak ada satupun yang dapat diartikan sebagai “para Sahabat”
Ada perkataan yang mirip dengan itu adalah pada firman Allah ta’ala, waqaala alladziina kafaruu lilladziin a aamanuu law kaana khayran maa sabaquunaa ilayhi wa-idz lam yahtaduu bihi fasayaquul uuna haadzaa ifkun qadiimun
Dan orang-oran g kafir berkata kepada orang-oran g yang beriman: “Kalau sekiranya di (Al-Qur’an ) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya. Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya maka mereka akan berkata: “Ini adalah dusta yang lama”. (QS al Ahqaaf [46]:11 ).
Maksud ayat ini ialah bahwa orang-oran g kafir itu mengejek orang-oran g Islam dengan mengatakan : Kalau sekiranya Al-Qur’an ini benar tentu kami lebih dahulu beriman kepadanya daripada mereka orang-oran g miskin dan lemah itu seperti Bilal, ‘Ammar, Suhaib, Habbab radhiyalla hu anhum dan sebagainya . Jelas perkataan tersebut adalah perkataan orang-oran g kafir.
Tinjauan kritis terhadap perkataan bid’ah yang menyesatka n tersebut telah disampaika n dalam tulisan pada http:// mutiarazuhu d.wordpres s.com/ 2012/01/16/ bukan-perka taan-salaf /
Akibat dari perkataan bid’ah yang menyesatka n tersebut segelintir kaum muslim secara tidak disadari tidak dapat dengan baik menggunaka n Al Qur’an dan As Sunnah sebagai petunjuk dalam menjalanka n kehidupan di dunia agar selamat di dunia dan di akhirat.
Firman Allah ta’ala yang artinya,
"Dengan kitab (Al-Qur’an ) itulah Allah menunjuki orang-oran g yang mengikuti keredhaan- Nya ke jalan keselamata n, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluark an orang-oran g itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya , dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus". (QS Al Maa’idah [5] :16)
"Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa", (QS. Al Baqarah [2]: 2)
Mereka ragu mana yang merupakan amal kebaikan mana yang amal keburukan. Bahkan ada yang ikut-ikuta n bahwa “baik itu relatif tergantung sudut pandang manusia atau kesepakata n antar manusia”
Berikut pertanyaan dan pemahaman yang mereka sampaikan,
"Maulid Nabi adalah amal kebaikan", baik di sini menurut apa?
Apakah menurut Al Qur’an dan As Sunnah atau menurut hawa nafsu ?
Yang bisa dijadikan tolok ukur perbuatan itu baik atau tidak adalah Al Qur’an dan As Sunnah.
Antum sendiri mengkritis i mereka yang menggunaka n akal pikiran dalam 'membid'ah kan' sesuatu. Tapi akal pikiran pula yang antum gunakan untuk menilai "Maulid Nabi adalah amal kebaikan"
Berikut penjelasan dari kami,
Setiap kita akan bersikap atau melakukan perbuatan diluar apa yang telah diwajibkan oleh Allah Azza wa Jalla yakni wajib dikerjakan dan wajib dijauhi , apa yang menjadi landasan bagi kita bahwa sikap atau perbuatan itu adalah baik atau buruk ?
Sikap atau perbuatan yang baik adalah jika sikap atau perbuatan tersebut sesuai atau tidak bertentang an dengan Al Qur'an dan As Sunnah
Sikap atau perbuatan yang buruk adalah jika sikap atau perbuatan tersebut tidak sesuai atau bertentang an dengan Al Qur'an dan As Sunnah
Jadi segala sikap dan perbuatan yang tidak bertentang an dengan Al Qur'an dan As Sunnah adalah perkara baik atau amal kebaikan (hasanah / mahmudah / amalan sunnah)
Sebaliknya , segala sikap dan perbuatan yang bertentang an dengan Al Qur'an dan As Sunnah adalah perkara buruk (sayyiah)
Tidak semua amal kebaikan disampaika n atau dicontohka n dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Pada hakikatnya seluruh sikap dan perbuatan yang tidak bertentang an dengan Al Qur’an dan As Sunnah adalah amal kebaikan.
Seluruh manusia yang ingin selamat dunia dan akhirat wajib melakukan sikap dan perbuatan yang sesuai atau tidak bertentang an dengan Al Qur'an dan As Sunnah
Contohnya,
Seseorang menggunaka n facebook sebagai sarana belajar agama atau untuk berdakwah. Apakah perbuatan tersebut bertentang an atau tidak bertentang an dengan Al Qur'an dan As Sunnah ? Tentu perbuatan tersebut tidak bertentang an dengan Al Qur'an dan As Sunnah sehingga termasuk amal kebaikan
Seseorang menggunaka n facebook untuk bergossip, fitnah, menghujat. Apakah perbuatan tersebut bertentang an atau tidak bertentang an dengan Al Qur'an dan As Sunnah ? Tentu perbuatan tersebut bertentang an dengan Al Qur'an dan As Sunnah sehingga termasuk amal keburukan.
Hal pokok yang disampaika n
dalam Al Qur’an dan As Sunnah dan wajib diiikuti oleh seluruh manusia
adalah urusan agama atau perkara syariat atau syarat sebagai hamba
Allah atau segala perkara yang telah diwajibkan Nya yakni wajib dikerjakan dan wajib dijauhi meliputi,
Perkara kewajiban yang jika ditinggalk an berdosa
Perkara larangan yang jika dikerjakan / dilanggar berdosa
Perkara pengharama n yang jika yang jika dikerjakan / dilanggar berdosa
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda, “di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarka n akal pikiran, sesungguhn ya agama itu dari Tuhan, perintah-N ya dan larangan-N ya.” (Hadits riwayat Ath-Thabar ani)
Rasulullah shallallah u alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhn ya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban (ditinggal kan berdosa), maka jangan kamu sia-siakan dia; dan Allah telah memberikan beberapa larangan (dikerjaka n berdosa)), maka jangan kamu langgar dia; dan Allah telah mengharamk an sesuatu (dikerjaka n berdosa), maka jangan kamu pertengkar kan dia; dan Allah telah mendiamkan beberapa hal sebagai tanda kasihnya kepada kamu, Dia tidak lupa, maka jangan kamu perbincang kan dia.” (Riwayat Daraquthni , dihasankan oleh an-Nawawi)
Urusan agama atau perkara syariat atau perkara yang diwajibkan Nya (wajib dikerjakan dan wajib dijauhi) telah sempurna.
Firman Allah ta'ala yang artinya, "Pada hari ini telah Kusempurna kan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupka n kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (Qs. Al Maidah; 3)
Rasulullah shallallah u ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Tidak tertinggal sedikitpun yang mendekatka n kamu dari surga dan menjauhkan mu dari neraka melainkan telah dijelaskan bagimu ” (HR Ath Thabraani dalam Al Mu’jamul Kabiir no. 1647)
“mendekatk an dari surga” = perkara kewajiban (ditinggal kan berdosa)
“menjauhka n dari neraka” = perkara larangan dan perkara pengharama n (dikerjaka n berdosa)
Segala sikap dan perbuatan atau amalan diluar perkara syariat atau diluar dari apa yang telah diwajibkan Nya (wajib dijalankan dan wajib dijauhi) yang tidak bertentang an dengan Al Qur’an dan As Sunnah atau yang tidak bertentang an dengan apa yang telah diwajibkan Nya atau tidak bertentang an dengan perkara syariat atau tidak menyelisih i syar’i atau amalan sunnah atau amal kebaikan bertujuan untuk memperjala nkan dirinya agar sampai (wushul) kepada Allah atau mendekatka n diri kepada Allah Azza wa Jalla.
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman “hamba-Ku tidak bisa mendekatka n
diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang
telah Aku wajibkan (perkara syariat), jika hamba-Ku terus menerus
mendekatka n diri kepadaKu dengan amalan sunnah (amal kebaikan), maka Aku mencintai dia“ (HR Bukhari 6021)
Seorang muslim melakukan segala sikap dan perbuatan atau
amalan diluar perkara syariat atau diluar dari apa yang telah
diwajibkan Nya (wajib dijalankan dan wajib dijauhi) yang tidak bertentang an dengan Al Qur’an dan As Sunnah termasuk amalan / perbuatan mengingat Allah (dzikrullah) .
Seluruh dzikrullah bertujuan untuk memperjala nkan diri agar sampai (wushul) kepada Allah atau mendekatka n diri kepada Allah Azza wa Jalla
Dalam suatu riwayat. ”Qoola a’liyy bin Abi Thalib: Qultu yaa Rosuulollo h ayyun thoriiqoti n aqrobu ilallohi? Faqoola Rasulluloh i: dzikrullah i”. artinya; “Ali Bin Abi Thalib berkata; “aku bertanya kepada Rasullulah , jalan/ metode(Thar iqot) apakah yang bisa mendekatka n diri kepada Allah? “Rasullula h menjawab; “dzikrulla h.”
Dalam urusan mendekatka n diri kepada Allah ta’ala, carilah jalan (washilah) masing-mas ing asalkan akhirnya adalah mencapai muslim yang baik, muslim yang sholeh, muslim yang ihsan.
Firman Allah ta’ala yang artinya “Hai orang-oran g yang beriman, bertakwala h kepada Allah dan carilah jalan (washilah) yang mendekatka n diri kepada-Nya , dan berjihadla h pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntun gan” (QS Al Maa’idah [5]: 35 )”
Jadi, Maulid Nabi adalah amal kebaikan karena tidak bertentang an dengan Al Qur’an dan As Sunnah. Sekarang tergantung bagaimana cara mengisi peringatan Maulid Nabi dan tinggalkan lah bentuk kegiatan yang bertentang an dengan Al Qur’an dan As Sunnah.
Maulid Nabi umumnya diisi dengan kegiatan membaca Al Qur’an, Sholawat, kajian dan ceramah seputar kehidupan Rasulullah dan implementa sinya dalam kehidupan masa kini.
Kita boleh memperinga ti atau mengingat masa lampau untuk bekal hari esok, bahkan hal ini adalah anjuran dari Allah Azza wa Jalla, sebagaiman a firmanNya, “Wal tandhur nafsun ma qaddamat li ghad” “Perhatikan masa lampaumu untuk hari esokmu” (QS al Hasyr [59] : 18 )
Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahull ah
(Guru imam Nawawi) : Merupakan Bid’ah hasanah yang mulia dizaman kita
ini adalah perbuatan yang diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran
Rasul shallallah u alaihi wasallam dengan banyak bersedekah , dan kegembiraa n, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul shallallah u alaihi wasallam dan membangkit kan rasa cinta pada beliau shallallah u alaihi wasallam, dan bersyukur kepada Allah ta’ala dengan kelahiran Nabi shallallah u alaihi wasallam.
Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahull ah, dengan karangan maulidnya yang terkenal “al aruus” juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, “Sesungguh nya membawa keselamata n tahun itu, dan berita gembira dengan tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yang membacanya serta merayakann ya”.
Jadi, jika berpatokan baik dan buruk sebuah perbuatan bukan berdasarka n Al Qur’an dan As Sunnah dan berpatokan pada perkataan bid’ah yang menyesatka n yakni “LAU KAANA KHOIRON LASABAQUNA
ILAIHI” maka justru timbul perkara baru (bid’ah) dalam agama atau
perkara baru (bid’ah) dalam perkara syariat yakni perkara larangan yang
jika dikerjakan berdosa. Seolah-ola h Allah Azza wa Jalla telah lupa berfirman karena yang tahu baik dan buruk bagi manusia hanyalah Allah Azza wa Jalla
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya, “Katakanlah ! Siapakah yang berani mengharamk an perhiasan Allah yang telah diberikan kepada hamba-hamb aNya dan beberapa rezeki yang baik itu? Katakanlah ! Tuhanku hanya mengharamk an hal-hal yang tidak baik yang timbul daripadany a dan apa yang tersembuny i dan dosa dan durhaka yang tidak benar dan kamu menyekutuk an Allah dengan sesuatu yang Allah tidak turunkan keterangan padanya dan kamu mengatakan atas (nama) Allah dengan sesuatu yang kamu tidak mengetahui .” (QS al-A’raf: 32-33)
Kami ada pernah mendengar mereka yang berpendapa t bahwa bencana alam dan kemudharat an
lainnya yang menimpa khususnya umat Islam di negara kita adalah karena
masih melakukan perbuatan bid'ah dholalah yakni peringatan Maulid Nabi.
Sebagaiman a yang telah diuraikan di atas peringatan Maulid Nabi tidaklah bertentang dengan Al Qur'an dan As Sunnah
Kemudharat an yang menimpa khususnya umat Islam di negara kita salah satunya boleh jadi dikarenaka n penguasa negeri menjadikan Amerika yang dibelakang nya kaum Zionis Yahudi sebagai teman kepercaaya n, penasehat bahkan pemimpin. Perbuatan inilah yang jelas-jela s bertentang an dengan Al Qur'an dan As Sunnah.
Firman Allah Azza wa Jalla,
“Hai orang-oran g yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaa nmu orang-oran g yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hent inya (menimbulk an) kemudharat an bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahka n kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyi kan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminy a” , (QS Ali Imran, 118)
“Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kita b semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri , mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanm u itu”. Sesungguhn ya Allah mengetahui segala isi hati“. (QS Ali Imran, 119)
“Tidakkah kamu perhatikan orang-oran g yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-oran g itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan , sedang mereka mengetahui“. (QS Al Mujaadilah [58]:14 )
“Janganlah orang-oran g mu’min mengambil orang-oran g kafir menjadi wali (pemimpin) dan meninggalk an orang-oran g mu’min. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolonga n Allah…” (Qs. Ali-Imran : 28)
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-oran g yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-oran g itu bapak-bapa k, atau anak-anak, atau saudara-sa udara ataupun keluarga mereka.” (Qs. Al Mujadilah : 22)
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830