PERTANYAAN :
Romlee Mochammad
assalamu alaikum mau tnya.....? Seperti apa haqikatnya SYUKUR itu.....? Monggo pencerahan ya...?
JAWABAN :
Masaji Antoro
Wa'alaikum salam
{ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَن َّكُمْ } ( 7 ) إبراهيم وهو لغة : فعل ينبئ عن تعظيم المنعم بسبب كونه منعماً على الشاكر أو غيره سواء كان ذكراً باللسان أو عملاً بالأركان أو اعتقاداً بالجنان
اعلم أن الشكر ينتظم من علم وحال وعمل فالعلم معرفة النعمة من المنعم والحال هو الفرح الحاصل بإنعامه والعمل هو القيام بما هو مقصود المنعم ومحبوبه ويتعلق ذلك العمل بالقلب وبالجوارح وباللسان أما بالقلب فقصد الخير وإضماره لكافة الخلق وأما باللسان فإظهار الشكر لله تعالى بالتحميدات الدالة عليه وأما بالجوارح فاستعمال نعم الله تعالى في طاعته والتوقي من الاستعانة بها على معصيته
بيان الشكر في حق الله تعالى
اعلم أن العبد لا يكون شاكرا لمولاه إلا إذا استعمل نعمته في محبته أي فيما أحبه لعبده لا لنفسه وأما إذا استعمل نعمته فيما كرهه فقد كفر نعمته كما إذا أهملها وعطلها وإن كان هذا دون الأول إلا أنه كفران للنعمة بالتضييع وكل ما خلق في الدنيا إنما خلق إلة للعبد ليتوصل به إلى سعادته
"Sesungguh nya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu” (QS. 14:7).
Bersyukur kepada Allah itu ada tiga cara, yaitu bersyukur dengan hati, dengan lisan, dan bersyukur dalam sikap perilaku (perbuatan )
1. Bersyukur dengan hati
Bersyukur di dalam hati ialah dengan cara membentuk keyakinan dan keinginan dalam diri untuk menjalani kebajikan- kebajikan yang telah diperintah kan dan tidak gampang memperliha tkan bentuk nikmat yang telah Allah berikan padanya terhadap setiap orang.
2. Beresyukur dengan lisan
Adapun syukur dengan lisan yaitu dengan memperbany ak puji syukur kepada Allah sambil membaca Alhamdulil lah.
3. Bersyukur dalam dalam sikap prilaku (Perbuatan )
Adapun bersyukur dalam bentuk sikap tingkah laku dan perbuatan adalah dengan menjadikan nikmat-nik mat yang telah Allah berikan padanya sebagai sarana amal ibadah serta menjaga diri sedapat mungkin dari tercebur dalam maksiat.
Ketahuilah …
Seseorang tidak dikatakan bersyukur selagi belum mampu menjadikan nikmat yang telah ia terima sebagai sarana untuk mahabbah (mencintai Allah) bukan untuk kesenangan -kesenanga n yang bersifat pribadi, bila ia menjadikan nikmatNya justru sebagai sarana terhadap hal-hal yang Allah murkai sesungguhn ya ia benar-bena r telah mengkufuri nikmatNya sebagaiman a bila ia mengangang gurkan nikmat tersebut karena artinya ia telah menyia-men yiakan kesempatan yang telah Allah berikan padanya untuk menggapai kehidupan bahagia.
Syarh al-Hikam al-‘Athooi yyah hal 64 dan Mau’izhoh al-Mu’mini in Min Ihyaa ‘Uluum ad-Diin I/420