OLEH : Chabib Musthofa El Qudsy
01. SEJARAH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB PENDIRI AJARAN "WAHHABI"
========== ========== ========== ========== ==========
Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama ayah pendirinya , Muhammad bin Abdul Wahab (lahir di Najed / Riyadh, tahun 1111 H / 1699 M). Asal mulanya dia adalah seorang pedagang yang sering berpindah dari satu negara ke negara lain dan diantara negara yang pernah disinggahi oleh pendiri ajaran wahabiyah ini (meninggal tahun 1206 H / 1792 M, seorang ulama mencatat tahunnya dengan hitungan Abjad: Ba daa halaakul khobiits "Telah nyata kebinasaan Orang yang Keji") adalah Baghdad, Iran, India dan Syam.
Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarka n ajaran barunya. Inggris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekt e bahkan agama baru di tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha'i. Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk dalam target program kerja kaum kolonial dengan alirannya Wahabi.
Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni pengikut madzhab Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah seorang sunni yang baik, begitu pula guru-gurun ya. Namun sejak semula ayah dan guru-gurun ya mempunyai firasat yang kurang baik tentang dia bahwa dia akan sesat dan menyebarka n kesesatan. Bahkan mereka menyuruh orang-oran g untuk berhati-ha ti terhadapny a. Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar. Setelah hal itu terbukti ayahnya pun menentang dan memberi peringatan khusus padanya. Bahkan kakak kandungnya , Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama besar dari madzhab Hanbali, menulis buku bantahan kepadanya dengan judul As-Sawaiqu l Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah. Tidak ketinggala n pula salah satu gurunya di Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafii, menulis surat berisi nasehat:
"Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehati mu karena Allah, tahanlah lisanmu dari mengkafirk an kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa orang yang ditawassul i bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirk an As-Sawadul Adham (kelompok mayoritas) diantara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti Jalan muslimin."
Sebagaiman a diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah sampai hari ini adalah kelompok terbesar. Allah berfirman : Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-oran g mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainy a itu (Allah biarkan mereka bergeliman g dalam kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-bu ruk tempat kembali (QS: An-Nisa 115)
Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah mengkufurk an kaum muslim sunni yang mengamalka n tawassul, ziarah kubur, maulid nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil akurat yang disampaika n ahlussunna h wal jamaah berkaitan dengan tawassul, ziarah kubur serta maulid, ditolak tanpa alasan yang dapat diterima. Bahkan lebih dari itu, justru berbalik mengkafirk an kaum muslimin sejak 600 tahun sebelumnya , termasuk guru-gurun ya sendiri.
Pada satu kesempatan seseorang bertanya pada Muhammad bin Abdul Wahab, "Berapa banyak Allah membebaska n orang dari neraka pada bulan Ramadhan?" Dengan segera dia menjawab, "Setiap malam Allah membebaska n 100 ribu orang, dan di akhir malam Ramadhan Allah membebaska n sebanyak hitungan orang yang telah dibebaskan dari awal sampai akhir Ramadhan." Lelaki itu bertanya lagi, "Kalau begitu pengikutmu tidak mencapai satu persen pun dari jumlah tersebut, lalu siapakah kaum muslimin yang dibebaskan Allah tersebut? Dari manakah jumlah sebanyak itu? Sedangkan engkau membatasi bahwa hanya pengikutmu saja yang muslim?" Mendengar jawaban itu Ibnu Abdul Wahab pun terdiam seribu bahasa.
Sekalipun demikian Muhammad bin Abdul Wahab tidak menggubris nasehat ayahnya dan guru-gurun ya itu. Dengan berdalihka n pemurnian ajaran Islam, dia terus menyebarka n ajarannya di sekitar wilayah Najed.
Orang-oran g yang pengetahua n agamanya minim banyak yang terpengaru h. Termasuk diantara pengikutny a adalah penguasa Dariyah, Muhammad bin Saud (meninggal tahun 1178 H / 1765 M) pendiri dinasti Saudi, yang dikemudian hari menjadi mertuanya. Dia mendukung secara penuh dan memanfaatk annya untuk memperluas wilayah kekuasaann ya. Ibn Saud sendiri sangat patuh pada perintah Muhammad bin Abdul Wahab. Jika dia menyuruh untuk membunuh atau merampas harta seseorang dia segera melaksanak annya dengan keyakinan bahwa kaum muslimin telah kafir dan syirik selama 600 tahun lebih, dan membunuh orang musyrik dijamin surga.
Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajar i sejarah nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdza b, Aswad Al-Ansiy, Tulaihah Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan mengaku nabi, ini tampak sekali ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya dengan julukan Al-Anshar, sedangkan pengikutny a dari luar daerah dijuluki Al-Muhajir in. Kalau seseorang ingin menjadi pengikutny a, dia harus mengucapka n dua syahadat di hadapannya kemudian harus mengakui bahwa sebelum masuk Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu pula kedua orang tuanya. Dia juga diharuskan mengakui bahwa para ulama besar sebelumnya telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut dia diterima menjadi pengikutny a, kalau tidak dia pun langsung dibunuh.
Muhammad bin Abdul Wahab juga sering merendahka n Nabi Muhammad SAW dengan dalih pemurnian akidah, dia juga membiarkan para pengikutny a melecehkan Nabi di hadapannya , sampai-sam pai seorang pengikutny a berkata : "Tongkatku ini masih lebih baik dari Muhammad, karena tongkat-ku masih bisa digunakan membunuh ular, sedangkan Muhammad telah mati dan tidak tersisa manfaatnya sama sekali."
Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan pengikutny a tak ubahnya seperti Nabi di hadapan umatnya. Pengikutny a semakin banyak dan wilayah kekuasaan semakin luas. Keduanya bekerja sama untuk memberanta s tradisi yang dianggapny a keliru dalam masyarakat Arab, seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid dan sebagainya . Tak mengherank an bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas menyerang makam-maka m yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang Karbala-Ir ak, tempat dikebumika n jasad cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun kemudian, mereka menyerang Madinah, menghancur kan kubah yang ada di atas kuburan, menjarah hiasan - hiasan yang ada di Hujrah Nabi Muhammad SAW.
Keberhasil an menaklukka n Madinah berlanjut. Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Kakbah yang terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan kubah di Ma'la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW, tempat kelahiran Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatun a Khadijah, masjid Abdullah bin Abbas.
Mereka terus menghancur kan masjid-mas jid dan tempat-tem pat kaum solihin sambil bersorak-s orai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. Mereka juga mencaci-ma ki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur kaum solihin tersebut.