Seorang Ulama Sunni
bertanya kepada Ulama Syi'ah :" Ada dua hal yang Syi'ah tak akan bisa
menjawabnya."
"Apa dua hal itu?" Tanya
Syi'ah.
"Pertama, bagaimana
hukumnya para shahabat Rasulullah menurut Syi'ah?"
"Mereka semua murtad
kecuali lima orang. Ali, Miqdad, Abu Dzar, Salman dan Amr bin Yasar." Jawab
Syi'ah.
"Kalau demikian keadaannya,
bagaimana bisa Ali bin abi Thalib mengawinkan putri beliau bernama Ummi Kultsum
dengan Umar bin Khattab?"
" Ali melakukannya karena
terpaksa." Jawab Syi'ah. Maka Ulama Suni segera berkata :
"Demi Allah. Kalian orang
Syi'ah mengi'tikadkan dalam diri Ali dengan sesuatu kenistaan yang orang rendah
pun tidak rela dengan kenistaan itu. Kalian berikan kenistaan itu kepada Ban
Hasyim,pemuka bangsa Arab,yangpaling utama kedudukannya. Paling luhur
nasabnya.Paling agung muru'ahnya serta paling banyak sifat-sifat
terpujinya
Sungguh,serendah-rendahnya
orang arab itu berani menyerahkan nyawanya dan mengorbankan dirinya tetapi
mereka tidak bakalan menyerahkan harga diri dan kehormatannya. Terhadap diri
sendiri mereka menganggapnya remeh. Tetapi terhadap urusan istri dan keluarga
mereka akan memertahankannya sampai mati. Lalu, bagaimana bisa kalian sematkan
dalam diri Ali, seorang singa Bani Ghalib sebuah kerendahan yang mana
seburuk-buruknya orang awam tidak mau melakukannya? Berapa banyak kita saksikan
orang-orang mati terbunuh karena membela kehormatan keluarganya?"
" Mungkin saja ada Jin
perempuan yang menjelma dihadapan Umar dengan mirip Ummu Kaltsum.." Kata
Syi'ah.
"Jawabanmu ini lebih buruk
dari yang pertama." Kata Sunni" Bagaimana bisa terlintas dalam akal dan pikiran,
hal-hal seperti ini. Andai hal ini diperbolehkan maka akan hancur seluruh
sendi-sendi syari'ah. Sehingga akan bisa datang seorang lelaki mendatangi
istrinya dan si istri malah berkata...Engkau itu Jin yang menjelma seperti
suamiku...sehingga wanita itu mencegah hak-hak suami mendekati dirinya. Jika
lelaki itu membawa dua saksi yang adil yang bisa bersaksi bahwa dia benar-benar
suaminya maka wanita itu berkata...mereka berdua itu jin yang merupai dua saksi
adil dan setersnya dan seterusnya...
Mungkin akan ada seorang
pelaku pembunuhan mengelak dan berkata..Itu bukanlah aku,tetapi Jin yang
menyerupai diriku yang melakukan pembunuhan itu. Dan akan bisa dikatakan bahwa
Jakfar Shadiqq yang kalian anggap ibadah-ibadah kalian itu sesuai dengan
mazhabnya itu ternyata bukanlah Jakfar Shodiq yang sebenarnya. Tetapi Jin yang
menrupa seperti dirinya sehingga Jin yang menyerupai Jakfar Shodiq itulah yang
mengajarkan hukum dan mazhabnya kepada kalian. "
Ulama Sunni kembali
bertanya :" Bagaimana hukumnya tindakan khalifah yang lalim , apakah tindakannya
bisa diterima menurut Syi'ah? "
Syiah menjawab :" Tidak sah
tindakan khalifah yang lalim dan tidak dapat diterima."
"SEmoga Allah membermu
hidayah." Kata Sunni:" Dari keluarga manakah ibunya MUHAMMAD BIN KHANIFAH
?"
"Tentu dari keluarga
KHANIFAH" Jawab Syi'ah.
"Lalu siapakah yang
menjadikan tawanan para Bani Khanifah tersebut?" Tanya Sunni.
"Saya tidak tahu.."Jawan
Syi'ah. Padahal dia bohong, karena siapapun tahu yang menjadikan mereka tawanan
adalah Khalifah Abu Bakar. :" Bagaimana bisa Ali memperbolehkan dirinya
mengambil seorang wanita dari budak tawanan itu dan melahirkan anak darinya pula
sedang Imam menurut persangkaan kalian adalah tidak sah dan hukum-hukumnya tidak
dapat diterima. Padahal, berhati-hati dlam urusan Farji {perempuan] adalah
sebuah esensi yang pasti."
"MUngkin saja Bani khanifah
menikahkannya kepada Ali." Kata Syi'ah.
"Itu butuh dalil-dalil yang
menunjukkannya,padahal tidak satu haditspun dari sunni ataupun syi'ah
menerangkannya."
Kemudian Ulama' sunni itu
berkata." Sesungguhnya Mazhab yang kalian peluk , yang kalian sandarkan
ibadah-ibadah kalian itu sama sekali tidak merujuk kepada pendapat seorang
mujtahid satu pun."
" Mazhab kami ini adalah
mazhab Jakfar As Shodiq." Kata Sy'ah.
"Sedikitpun Jakfar Shodiq
tidak berhubungan dengan kalian."Kata Sunni:" Dan sesungguhnya kalian sama
sekali tidak mengerti tentang mazhab Jakfar As Shodiq. Jika kalian katakan bahwa
didalam mazhab Jakfariy itu ada ajaran TAQIYYAH maka baik kalian sendiri ataupun
orang lain akan menjadi tidak mengerti mana mazhab Jakfariy yang
sesungguhnya.
Hal ini karena ada
kemungkinan bahwa setiap masalah didalamnya adalah sebuah TAQIYYAH. Aku
mendengar dari ajaran kalian bahwa menurut Mazhab Jakfariy fersi kalian itu jika
ada sumur yang airnya terkena najis maka ada tiga pendapat. Pertama, air sumur
itu air yang mengair maka tidak ada sesuatu yang menajiskannya. Kedua, air sumur
itu dikuras semua airnya untuk bisa suci. Ketiga, untuk mensucikannya cukup di
timba tujuh atau enam timba airnya.
Maka aku bertanya kepada
ulama kalian. Bagaimana kalian mensikapi dengan tiga pendapat dari Jakfar Shodiq
itu? Mereka menjawab...Mazhab kami berpendapat bahwa seseorang itu jika telah
menjadi ahli Ijtihad maka dia bisa dapat berijtihad tentang pendapat-pendapat
Jakfar Shodiq dan memilih salah satu dari pendapat yang ada tersebut.
Lalu aku tanyakan lagi,
lantas bagaimana sikapnya terhadap pendapat lain yang tidak dia pilih tersebut?
Mereka menjawabnya ..yang lain itu sebagai TAQIYYAH. Aku tanyakan lagi, jika
ternyata ada satu mujtahid yang lain berijtihad dan memilih pendapat yang bukan
pendapat yang pertama tadi yang telah dipilih oleh mujtahid yang pertama ,lalu
bagaimana yang kedua ini mensikapi yang pertama tadi...mereka menjawab...Yang
kedua akan menyataka bahwa yang pertama tersebut sebagai TAQIYYAH. Maka aku
katakan bahwa dengan demikian jadi KOSONG dan sirnalah mazhab Jakfar Shodiq itu
dikarenakan setiap masalah yang ada bisa dikatakan kepadanya sebagai TAQIYYAH
sebab tidak ada pertanda yang bisa membedakan mana yang TAQIyyah dan mana yang
bukan.
Kesimpulannya, jika kalian
katakan bahwa dalam mazhab Jakfariy itu tidak ada TAQIYYAH maka mazhab yang
kalian peluk itu BUKANLAH MAZHAB JAKFARI karena kita semua tahu kalian mengakui
adanya TAQIYYAH.
[Oleh Muhajir
Madad Salim pada 14 Januari 2012 pukul 3:27].